Menahan Tangis, Ustaz Abdul Somad UAS Tanggapi Rusuh di Wamena: Kita Adalah Nusantara
Ustaz Abdul Somad (UAS) nyaris menangis saat mengeluarkan pernyataan berkaitan dengan kerusuhan Wamena
Doakan dari jauh.
Mudah-mudahan saudara kita, saya hanya sebut Minangkabau, Makassar, Bugis, dan Jawa karena ini (bangsa) yang paling banyak merantau.
Tapi, suku-suku yang lain, kita adalah Nusantara.
Mudah-mudahan, kita tetap disatukan oleh kebhinekaan.
Disatukan oleh Laa ilaha illallah Muhammadar Rasulullah.
Bagi yang seagama, berdoalah, kita disatukan oleh Laa ilaha Illallah.
Bagi yang tidak (seagama), bersatulah, kita disatukan oleh Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Terima kasih.
Assalamualaykum warahmatullahi wabaraktuh.

OAP Sembunyikan Warga Pendatang saat Rusuh Wamena
Di tengah kerusuhan Wamena, Papua, ada cerita-cerita yang menunjukkan bahwa sisi kemanusiaan manusia masih ada di tengah kondisi genting dan menyeramkan.
Melalui akun facebook miliknya, Errisa Dwisand, dosen di Stisip Al Yapis Wamena, memberi penghargaan setinggi-tingginya kepada Orang Asli Papua (OAP) yang menolong dengan cara menyembunyikannya.
Penyebutan OAP tidak dimaksudkan sebagai bentuk diskriminatif melainkan hanya untuk mengidentifikasi.
Errisa mengungkapkan, jika bukan karena kebaikan OAP, dia bersama sejumlah rekannya bisa jadi ikut menjadi korban kerusuhan dan ikut tewas bersama puluhan korban lainnya.
Saat kerusuhan, 23 September 2019 lalu, Erissa menceritakan OAP tersebut menyembunyikan dirinya dan sejumlah rekannya di bangunan seperti honai di belakang rumahnya.
Rumah warga Papua tersebut terletak di belakang kampus.
Saat itu, kampusnya sudah dibakar oleh massa.
“Lokasinya itu tidak sampai tak sampai 200 meter (dari lokasi pembakaran rumah). Sudah terasa panasnya. Jika tempat (sembunyi) ini ketahuan, pasti dibakar. Saat mereka datang, mungkin akan dibinasakan entah di bacok parang, kapak, di aniaya atau dibakar hidup-hidup,” kata Erissa.
Errisa bahkan sempat berpikir untuk bunuh diri jika ketahuan oleh perusuh.
“Daripada mati konyol terzalimi mereka jika ketahuan,” katanya.
Erissa menuturkan, OAP yang menyuruhnya bersembunyi tersebut membantu mengalihkan perhatian para perusuh ke tempat lain.
“Selama satu jam bapak Asli Papua itu datang membuka pintu honai dan berkata ‘ada aparat’. Sontak saya berlari sekencang-kencangnya keluar dari honai menuju keluar pagar dan berteriak melambaikan tangan ‘tolong pak’,” ceritanya melalui akun media sosial miliknya.
Anggota TNI pun menjawab dan memintanya berlari cepat sambil berpakaian senjata lengkap.
Errisa berlari sekuat tenaga terengah-engah, menerobos pagar kawat, rawa, masuk selokan dengan berseragam rok panjang.
“Dengan kaki telanjang berlari menuju jalan besar untk dpt segera sampai di truck evakuasi. Mashaallah…. Saya masih hidup,” tulisnya.
Dia juga menceritakan, banyak warga OAP yang justru menolong dan menyelamatkan pendatang.
Dia menceritakan, ada warta pendatang yang kios dan warungnya dibakar hingga di lantai 2. Dia pun melarikan diri dengan memanjat tangki air.
“Saat mereka mau melompat ke bawah ada beberapa OAP di bawah. Mereka berfikir akan dibantai. Ternyata tidak. Mereka (Orang Asli Papua) justru membantu para pendatang turun dari tangki air itu. Dan menjaga, menyelamatkan para pendatang itu,” ceritanya.
“Bukankah terbayang indahnya perdamaian di atas perbedaan. Sadarlah wahai saudaraku. Lihat betapa indahnya perdamaian. Di tanah lembah baliem masih ada malaikat berhati mulia. Tuhan maha adil. Semoga Tuhan membalasnya suatu saat nanti sobat,” katanya lagi dikutip dari laman makassar terkini.
Jokowi Akhinya Sampaikan Belasungkawa untuk 33 Korban Tewas di Wamena
Hari Senin, 30 September 2019, atau sepekan setelah Rusuh Wamena, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya menyampaikan ucapan berbelasungkawa.
Jokowi mengucapkan belasungkawa atas kerusuhan yang menyebabkan 33 orang meninggal dunia di Wamena, Papua.
"Saya ucapkan duka mendalam meninggalnya korban di Wamena, 33 meninggal," kata Jokowi di Istana Bogor, Senin (30/9/2019).
Jokowi menegaskan aparat keamanan kerja keras melindungi warga.
Ia meminta tak ada pihak yang mengarahkan kerusuhan ini sebagai konflik antaretnis.
"Ini adalah Kelompok Kriminal Bersenjata turun dari gunung dan melakukan pembakaran-pembakaran rumah warga," kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Jokowi Sampaikan Belasungkawa untuk 33 Korban Tewas di Wamena
Diketahui, aksi unjuk rasa siswa di Kota Wamena, Papua, Senin (23/9/2019), berujung rusuh.
Demonstran bersikap anarkistis hingga membakar rumah warga, kantor pemerintah, PLN, dan beberapa kios masyarakat.
Unjuk rasa yang berujung rusuh itu diduga dipicu oleh perkataan bernada rasial seorang guru terhadap siswanya di Wamena.
Komandan Kodim 1702/Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto menyatakan bahwa korban tewas berjumlah 33 orang.
Berikut data korban tewas berdasarkan data yang dihimpun Kompas.com:
1. Muh Subhan, asal Makassar.
2. Yohanis Karangan, asal Toraja.
3. Ketron Kogoya, 23, asal Wamena.
4. Sofyan, 32, asal Madura.
5. Elies Himan, 20, asal Madura.
6. Yus Asso, 20, asal Wamena.
7. Rahul, 21, asal Poso, Sulawesi Tengah.
8. Risky, 3, asal Padang, Sumbar.
9. Mison Lokbere, 15, asal Wamena.
10. Anto, 32, asal Padang, Sumbar.
11. Yapet 25, asal Padang, Sumbar.
12. Hendra, 21, asal Padang.
13. Linda, 23, asal Padang.
14. Ibnu, 8, asal Padang.
15 . Yoga, 30, asal Padang.
16. Iwan, 27, asal Padang.
17. Rustam, 33, asal Enrekang, Sulsel.
18. Irma, 25, asal Enrekang.
19. Ilmi, 2, asal Enrekang.
20. Erwin, 17, asal Enrekang.
21. Tukang ojek, belum bisa teridentifikasi, luka bakar.
22. Yunus Todingbua, 40, asal Toraja.
23. Untung, 30, asal Pasuruan, Jatim.
24. Bambang, 35, asal Lumajang.
25. dr. Soeko Marsetyo, asal Yogyakarta.
26. Marius Wenda, 18, asal Kimbim, Papua.
27. Ari Nurdani, 27, asal Padang.
28. Manu Meage.
29. Risda, 24, asal Karujaya, Makassar.
30. Elakim Wetapo, 20, Homhom.
31. Gestanus Hisage, 21, asal Popukoba, Papua.
Penyebutan asal daerah korban tewas menunjukkan bahwa korban tewas juga banyak dari kalangan Orang Asli Papua (OAP).
(*)