Dosen IPB Ungkap Awal Rencana Kerusuhan, Anggap Negara Sedang Runyam dan Butuh Shock Therapy

AB (44), dosen IPB yang kini dinonaktifkan membeberkan awal mula tuduhan soal rencana membuat rusuh di tengah Aksi Mujahid 212 beberapa waktu lalu.

Editor: Doan Pardede
(KOMPAS.COM/RAMDHAN TRIYADI BEMPAH)
Kediaman rumah Abdul Basith di Perumahan Pakuan Regency, Cluster Linggabuana, Dramaga, Bogor, Jawa Barat, nampak sepi, Senin (30/9/2019). Basith ditangkap Densus 88 atas dugaan menginisiasi dan menggerakkan pembuatan bom molotov untuk aksi Mujahid 212 

”Yang punya logo seperti ini komunis. Bangsa Indonesia tidak perlu logo seperti ini. Itu dibantah BI, tetapi faktanya seperti itu. Teman saya di BI bilang kita kecolongan ada yang bikin draf seperti itu dibiarkan. Akhirnya disimpulkan tidak bisa dibiarkan, negeri ini makin genting. Apa yang bisa kita lakukan,” tutur dia.

Akhirnya, disimpulkan perlu shock therapy untuk mengusik para pembuat runyam negara.

Mengusik bisa dua cara, yaitu mengusik keluarga atau mengusik bisnis.

Rencana mengusik keluarga dicoret karena bisa menimbulkan korban nyawa.

Rencana mengusik bisnis mereka dipilih dengan meledakkan bom ikan di pusat bisnis, pertokoan, dan pergudangan.

Bom direncanakan diledakan pada 24 September.

Namun, karena pada tanggal itu para peracik bom belum siap, diundur pada 28 September.

”Masalahnya, S (salah satu tersangka yang ditangkap), yang mendatangkan empat orang itu, bilang tiket dan bahan (bom) saya yang beli. Padahal, itu tidak benar. Yang mendanai mereka, ya, bapak-bapak itu yang menyanggupi untuk mendatangkan mereka. Dugaan saya, S menerima uang dari… (AB menyebut beberapa nama),” katanya.

Ketika dikonfirmasi apakah AB anggota ormas HTI yang telah dibubarkan, pria kelahiran Kendal, Jawa Tengah, itu langsung membantah.

”Teman saya HTI banyak, tetangga satu kompleks saya ada salah satu ketua HTI. Saya bukan pengurus HTI. Satu-satunya acara HTI yang saya datangi waktu ulang tahun di Sentul. Ada belasan ribu orang hadir, tetapi saya tidak sreg dengan acaranya lalu saya pulang duluan,” ujarnya.

Menurut AB, dia merupakan anggota Majelis Kebangsaan Pancasila Nusantara (MKPN) yang berkantor di Cawang, Jakarta Timur.

Kegiatan organisasi tersebut adalah menganalisis Pancasila.

Di organisasi tersebut, AB kenal dengan M (64) sebagai pendiri MKPN yang juga ditetapkan sebagai tersangka.

AB secara panjang lebar menjelaskan konsepnya tentang Indonesia yang sekarang ada dalam kondisi mengkhawatirkan.

AB berpendapat diperlukan suatu upaya untuk mengembalikan Indonesia pada relnya.

Abdul Basith, dosen IPB yang diduga inisiasi perakitan molotov, disebut-sebut merupakan motivator pemegang rekor MURI.
Abdul Basith, dosen IPB yang diduga inisiasi perakitan molotov, disebut-sebut merupakan motivator pemegang rekor MURI. (Istimewa dan Surya Malang)
Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved