Hari Santri Nasional

Gadis Manis Ini Ungkap Tantangan Jadi Santri di Era Milenial

Seiring perkembangan zaman yang segala sesuatunya sudah serba digital, nyatanya tak menyurutkan semangat anak-anak muda Indonesia untuk menuntut ilmu.

TRIBUN KALTIM/FACHMI RACHMAN
Santri Ponpes Modern Al Muttaqien Banafsa Ghafiera Al-Fatihah 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Seiring perkembangan zaman yang segala sesuatunya sudah serba digital, nyatanya tak menyurutkan semangat anak-anak muda Indonesia untuk menuntut ilmu di Pondok Pesantren.

Seperti yang diungkapkan oleh Banafsa Ghafiera Al-Fatihah atau yang sehari-hari disapa Fira.

Fira merupakan santri putri di Pondok Pesantren Modern Al-Muttaqien dan sudah empat tahun tinggal di Ponpes.

Fira bercerita, awalnya ia memutuskan untuk mondok karena disuruh orangtua.

“Saya pindahan dari Tasikmalaya, Jawa Barat. Saya ke sini, karena orangtua saya tinggal di sini. Akhirnya, saya disuruh mondok di Balikpapan aja biar dekat, biar terpantau,” kisah Fira ketika ditemui pada Jumat (18/10/2019).

Akhir 2015 hingga sekarang, Fira mengaku banyak merasakan kebersamaan selama tinggal di Ponpes.

“Pertama datang ke sini, ya enak-enak aja, terus di tengah-tengah juga ada rasa sedihnya gitu, kayak ditinggalin gitu. Terus (setelahnya), ya udah enak aja. Kami di sini bisa makan bareng, beda sama di rumah yang sepi nggak ada teman,” terang Fira.

Bagi Fira, ia lebih menyukai kehidupan di Ponpes sebagai sarana untuk mengikuti perkembangan zaman.

“Saya mengikuti amalan-amalan dari pondok dan mengikuti saja pelajaran yang diberikan,” ujar Fira.

Fira juga berbagi cerita perihal kebiasaan buruknya sebelum mondok, ia sangat kecanduan bermain smartphone.

“Saya sempat kecanduan HP juga, pokoknya waktu SD tuh ya zaman-zaman main HP terus,” terang Fira.

Kebiasaan tersebut lalu berubah sedikit demi sedikit ketika ia di Ponpes. Karena penggunaan gadget juga dilarang dalam areal Ponpes, maka Fira bisa mengatasi kecanduannya tersebut.

Meski santri tidak diperkenankan membawa gadget, namun pihak ponpes tetap memberi ruang kepada santri terhadap akses informasi.

Akses tersebut berupa diskusi dengan teman dan guru, guru sebagai perantara informasi dari internet kepada santri, dan lain-lain.

Menurut Fira, banyak lini yang bisa dimanfaatkan tanpa harus ketergantungan dengan mesia sosial dan gadget jika ingin update perihal informasi dari dunia luar.

Dengan mengikuti segala peraturan dari pondok dan tetap istiqomah, menjadi kunci utama Fira untuk fokus belajar sekaligus terhindar dari pergaulan-pergaulan negatif di masyarakat.

Fira juga berkeinginan untuk meneruskan kuliah selepas lulus SMK, namun ia berencana untuk tetap tinggal di pondok untuk memperdalam ilmu agama.

Baginya, pendidikan dunia dan akhirat harus tetap berjalan beriringan. Namun, tak lupa harus mengedepankan akhlak.

Fira mengaku prihatin dengan pergaulan di masyarakat yang terbilang mulai menjurus ke arah yang negatif. Ia menyayangkan anak-anak seusianya sudah ada yang sampai hamil di luar nikah juga.

Kepada anak-anak muda milenial yang berencana untuk mondok namun masih ragu, Fira berpesan untuk jangan takut memulai.

“Mondok itu enak, terus tuh banyak temannya. Belum tentu di luar sana temennya juga banyak. (Pokoknya) jangan ragu, kalau misalkan pengin mondok ya harus diniatin dari dalam hati, biar ilmunya barokah,” jelas Fira.

Memperingati Hari Santri Nasional yang akan jatuh pada 22 Oktober ini, Fira berharap semoga santri-santri di Indonesia bisa mengamalkan ilmunya kepada lebih banyak orang dan menyebarkan pengetahuan supaya semakin banyak orang yang merasakan manfaatnya juga. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved