Kampung Markisa Gresik, Kisah Mengubah Tanaman Peneduh Menjadi Bernilai Ekonomis
Rasa manis bercampur dingin langsung membasahi kerongkongan para jurnalis yang hari itu tengah mengikuti gathering Pertamina Borneo di Jawa Timur.
Penulis: Januar Alamijaya | Editor: Januar Alamijaya
Tak dinyana dari sekadar meminta bantuan untuk tumbuhan peneduh bibit markisa yang diberikanPertamina ternyata tumbuh subur.
Dari hal tersebut kemudian terbersit untuk merubahnya lebih bernilai ekonomis.
Atas kespakatan bersama maka buah-buah markisa itu diolah dalam bentuk minuman kemasan yang ternyata cukup digemari masyarakat.
Seiring berjalannya waktu produksi markisa di kampung ini semakin dikenal luas, hingga akhirnya RT 001 Sukorame Gresik ini dijuluki sebagai Kampung Markisa.
Retno Istanti menyebut kini dalam sekali produksi ibu-ibu di kampung ini bisa menghasilkan sekitar 60 botol.
Jumlah tersebut meningkat jika panen raya berlangsung karena pohon yang dipanen bisa menghasilkan sekitar 40 kilogram buah markisa segar.
• Menengok Pabrik Pelumas Pertamina PUG, Teknologi Anak Bangsa untuk Indonesia, Begini Prosesnya
• Pertamina Tambah Stok Penyaluran BBM ke Kabupaten Kutai Timur, Berikut Alasannya
• Pasokan Minim, Pertamina Menambah Penyaluran Premium Pertalite Pertamax Wilayah Samarinda Kaltim
• Pertamax Turbo Mulai Jadi Idola Pengendara Kalimantan, Pertumbuhan Konsumsi Capai 353 Persen
Untuk harga jual minuman dalam kemasan ini cukup terjangkau hanya dengan Rp 5 ribu konsumen sudah bisa merasakan rasa segar dari produk markisa olahan.
Tak heran meski pemasarannya masih sebatas online, namun untuk dapat memesan minuman ini konsumen harus memesan lebih delu mengingat banyaknya daftar tunggu yang ingin merasakan sensasi minuman segar produksi Kampung Markisa.