Kisah Kolektor Pusaka Badik di Bontang, Mewarisi Budaya Leluhur Bernilai Magis dengan Harga Jutaan

Kisah Kolektor Pusaka Badik, Mewarisi Budaya Leluhur Bernilai Magis dengan Harga Jutaan.

Editor: Budi Susilo
TribunKaltim.Co/Ikhwal Setiawan
Kisah Kolektor Pusaka Badik, Mewarisi Budaya Leluhur Bernilai Magis dengan Harga Jutaan 

TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG -- Kisah Kolektor Pusaka Badik, Mewarisi Budaya Leluhur Bernilai Magis dengan Harga Jutaan

Sukri mengeluarkan tiga badik berbeda ukuran dari tas ransel kecilnya.

Kemudian ia hampar ketiganya di atas meja bersebelahan dengan gelas kopi dan sebungkus rokok kretek.

Peninggalan Purba Berupa Koin, Guci dan Pusaka Emas Ditemukan di Desa Sekarpuro, Cek Foto-fotonya

Kain Merah di Bendera Pusaka Indonesia Ternyata Diambil dari Tenda Warung Kaki Lima

Tiga Pusaka Ponorogo Dijamas Air 7 Perigi

Video-Bikin Merinding Saat jokowi, SBY dan Habib Rizieq Nyanyi Bareng Indonesia Pusaka

Kisah Pengibar Bendera Pusaka, Ayah tak Izinkan Kami Berbahasa maupun Bersekolah di Sekolah Belanda

Badik paling besar ia sebut berasal dari Makassar, Sulawesi Selatan.

Sedangkan dua badik lainnya dari tanah Bugis.

Ketiganya merupakan benda pusaka miliknya, ia peroleh dari rekan sesama kolektor benda seni badik.

"Kalau yang ini (badik paling kecil) saya beli dari teman Rp 1,2 juta," ujar Sukri yang akrab disapa Yuko oleh para rekan sesama kolektor badik.

Harga untuk sebilah badik tergantung dari kerumitan dan keunikan pusaka.

Sebilah badik tak dibuat sembarang.

Harus melalui ritual tersendiri yang dilakukan Panre-sebutan bagi empu (pembuat) badik.

"Panre harus tahu nama, tanggal lahir dan nama orang tua si pemesan," ungkapnya.

Proses itulah yang membuat harga sebilah badik cukup tinggi.

Bahkan, disebut sebilah badik ada yang mencapai Rp 100 sampai 200 juta.

Sukri melepas sangkur ketiga badik.

Tiap bilah memiliki batik berbeda.

Ia menyebut motif dengan Pamor.

Pamor tercipta sesuai dengan tempaan sang Empu dan jenis besi yang digunakan.

Dari ketiga badik, Pamor batik Biji Pare yang paling unik.

Bahan baku besi untuk bilah badik berumur cukup tua, batiknya melingkar-lingkar tak keruan menghias bilah badik mulai dari pangkal hingga ujung lancip.

Badik lainnya-disebut asal Makassar bermotif Batik Panjarungan atau bulir padi.

Nama motifnya tak sesuai dengan batik lurik-lurik garis panjang.

Teman sebelah Sukri, Ismail mengaku menjadi seorang kolektor benda pusaka memiliki kebanggan tersendiri.

Mewarisi tradisi budaya dari leluhur hingga nilai seni dari kampung halamannya. "Ini pakai bukan untuk gaya-gaya atau ancam tapi sebagai hobi saja," ujarnya

Badik memiliki kesan tersendiri bagi dia.

Perawatan untuk koleksi pusakanya juga rutin dilakukan.

Ada ritual-ritual secara berkala sering digelar antara Ismail dengan teman-teman sehobi.

"Kita cuci pakai jeruk, ada ritual bakar-bakar kemenyan untuk bersih-bersih saja," katanya. 

Keunikan badik di Benteng Roterdam

Berita sebelumnya. Komunitas Bina Seni Budaya (Kombinasi78) ikut meramaikan pameran bilah pusaka yang berlansung di Benteng Fort Roterdam, Makassar, Jumat (19/10/2018).

Pameran benda atau bilah pusaka digelar dalam rangka merayakan HUT Ke-349 Sulsel.

Meski terbilang baru terbentuk, Kombinasi78 memamerkan puluhan jenis bilah pusaka. Mulai dari senjata tajam jenis badik, keris dan parang dan beberapa lainnya.

"Kalau dari komunitasnya kita, Kombinasi78 mamerkan bilah sebanyak 80 buah, terdiri delapan bilah keris, dua bilah parang, 55 bilah badik Makassar dan 15 bilah badik Luwu dan Bugis," kata ketua Kombinasi78, Ardiansyah Daeng Lalank melalui rilisnya.

Satu dari puluhan bilah yang dipamerkan Kombinasi78, ialah badik Luwu. Badik bersarung perak gandaria itu cukup menarik perhatian pengunjung.

Lalu apa keunggulan dari badik Luwu yang disebutnya Kurissi Jala-jala itu?

Sang pemilik badik, Hasbullah Karaeng Nappa, kepada TribunTimur.com mengungkapkan, jika tekhnik tempa pada bilah badik Luwu miliknya itu memiliki keunikan tersendiri.

"Modelnya itu tua temporer, agak unik. Cuman yang bikin susah itu karena di pamornya itu tembus dan tipis seperti kertas dan ada kayak jala-jala (jaring-jaring). Jadi tehnik papanrenya (pandai besi) itu yang luar biasa dan bahannya kan bahan meteor," kata Hasbullah Karaeng Nappa.

Selain kaunikan bentuk, pamor atau urat besi yang muncul pada badik miliknya juga tidak kalah unik.

"Kalau secara logika manusia murni, kayakmya susah juga dikatakan kalau manusia murni yang buat itu. Ada urat tallasanya (urat hidup) dan ada bolang-bolangnya, badik itu jenis sambung, orang Luwu bilang jenis sambang," ujarnya.

Bentuknya yang unik dan langkah diyakini Karaeng Nappa, badik miliknya itu tidak ada duanya.

"Karena memang tidak ada duanya itu barang, biar cariki dimana tidak ada itu samanya," ungkap Hasbullah.

Untuk menjaga keunikan kemewahan badik miliknya, ia pun memasangkan sarung perak gandaria yang nilainya hingga jutaan rupiah.

"Sarungnya itu saya pakaikan perak gandsria, ongkos buatnya itu kemarin Rp 7,5 juta. Untuk menjaga kelasnya ini barang saya juga pakaikan batu ruby dan pegangannya itu tanduk kerbau, tapi rencana saya mau ganti juga," kata Hasbullah.

Ia pun mengaku tidak akan menjual badik miliknya itu, walau dihargai ratusan juta rupiah.

"Kemarin itu sempat ada yang minta Rp 50 juta tapi saya tidak lepas, bahkan jika ada yang minta sampai Rp 100 juta saya juga tidak bakalan lepas, karena barang ini susah dapatnya," ungkap Karaeng Nappa.

Hasbullah Karaeng Nappa tergabung dalam Kombinasi78, sebagai bendahar komunitas.

Ingin melihat koleksi benda pusaka komunitasi itu, silahka buka facebook dan cari nama grup, "Komunitas Bina Budaya dan Seni 78"

 Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Begini Keunikan Badik yang Dipamerkan Kombinasi78 di Benteng Roterdam, https://makassar.tribunnews.com/2018/10/19/begini-keunikan-badik-yang-dipamerkan-kombinasi78-di-benteng-roterdam?page=all.
Penulis: Muslimin Emba
Editor: Imam Wahyudi

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved