Toleransi Antar Umat Beragama Ditunjukan Warga Perbatasan, Ini Kegiatan TNI dan Warga Perbatasan
Toleransi Antar Umat Beragama Ditunjukan Warga Perbatasan, Ini Kegiatan TNI dan Warga Perbatasan,
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN -Toleransi Antar Umat Beragama Ditunjukan Warga Perbatasan, Ini
Kegiatan TNI dan Warga Perbatasan.
Prajurit TNI Batalyon Infanteri Raider 600/Modang yang tergabung
dalam Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan ( Satgas Pamtas ) antara Republik Indonesia dan Malaysia di
Pos Aji Kuning, melaksanakan karya bakti berupa rehab masjid Al-Hikmah di Kampung Rambutan, desa Aji
Kuning, Kecamatan Sebatik, Kalimantan Utara, Minggu (17/11/2019).
Dansatgas Yonif Raider 600/Modang, Letkol Inf Ronald Wahyudi menjelaskan, selain mengamankan
wilayah perbatasan, prajurit di Pos Aji Kuning juga mengemban tugas membantu segala kesulitan warga
setempat, salah satunya masalah pembangunan sarana dan prasarana tempat ibadah..
“Tak cukup hanya membantu pembangunan, Satgas juga memberikan motivasi untuk mengatasi kesulitan-
kesulitan yang dialami oleh warga setempat," ucapnya melalui siaran pers Penrem 091/Aji Surya
Natakesuma (ASN), Minggu (17/11/2019).
Untuk diketahui, kegiatan merupakan salah satu bentuk program serbuan teritorial TNI Angkatan Darat,
dilaksanakan oleh Prajurit Satgas Pamtas RI-Malaysia Yonif Raider 600/Modang untuk memperbaiki sarana
ibadah yang kurang terawat.
“Partisipasi masyarakat saat proses rehab masjid sangatlah luar biasa dan bersemangat. Masyarakat
bekerja bergantian dengan prajurit. Ibu-ibu di sana juga ikut serta membantu dengan memasakan
makanan untuk semua warga dan prajurit yang melakukan karya bakti," tuturnya.
Tidak hanya masyarakat muslim saja yang ikut serta dalam rehab bangunan masjid, namun masyarakat
non muslim juga ikut serta. Ini merupakan wujud dari toleransi antar umat beragama yang dijunjung tinggi
oleh masyarakat.
Tohari selaku DKM Masjid Al-Hikmah mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dan motivasi dari
prajurit Pos Aji Kuning, telah membantu merehab masjid.
“Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan satuan penugasan bukan hanya menjaga keamanan di Desa
kami, namun juga mampu membantu kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat memajukan desa kami,"
ucapnya singkat. (*)
Ratusan Prajurit Satgas Pamtas RI-Malaysia Kembali ke Tanah Air
Setelah sukses menjaga wilayah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia dalam kurun waktu satu tahun
lamanya, ratusan prajurit Satgas Pamtas RI-Malaysia akhirnya memasuki masa purna tugas,
dan selanjutnya mereka akan dikembalikan ke satuannya masing-masing.
Satgas Pamtas RI-Malaysia ini berjumlah 450 personil TNI dari satuan Yonif 144 Jalayuda, Kodam II Sriwijaya
yang tergabung dalam Korps Dam VI Mulawarman.
Mereka dikembalikan ke tanah air pada, Selasa (23/7/2019) menggunakan KRI Teluk Hading yang
berangkat dari pelabuhan Nunukan menuju pelabuhan Semayang Balikpapan, Kalimantan Timur.
Setibanya di pelabuhan Semayang Balikpapan, 450 prajurit Satgas Pamtas RI-Malaysia ini
disambut Pangdam VI Mulawarman, Mayjen TNI Subyanto beserta unsur pejabat Kodam VI Mulawarman.
Dalam sambutannya, pangdam VI Mulawarman, Mayjen TNI Subyanto mengatakan,
prajurit Satgas Pamtas RI-Malaysia ini dikembalikan ke satuannya masing-masing karena sudah memasuki
masa purna tugas di wilayah perbatasan RI-Malaysia.
"Mereka sudah memasuki masa purna tugas menjaga perbatasan RI-Malaysia, selanjutnya mereka akan
kembali ke satuannya masing-masing.
Penugasan ini kan berlanjut, yang kembali ini, kemarin digantikan oleh batalyon 303 dari Kostrad,
kemudian mereka yang ada di perbatasan Kabupaten Mahakam Ulu dan Malinau," ujar Mayjen TNI
Subyanto
Lebih lanjut perwira TNI berpangkat bintang dua di pundaknya itu menegaskan,
pemulangan Satgas Pamtas RI-Malaysia tersebut bukanlah menjadi akhir dari penugasan selanjutnya.
"Ini bukan pasukan yang terakhir, mereka silih berganti, menjaga perbatasan RI-Malaysia," tegasnya
Lebih lanjut ia menjelaskan, kondisi di wilayah perbatasan antara negara Indonesia dan Malaysia
khususnya di Kabupaten Mahakam Ulu terus membaik hingga saat ini.
"Berkat adanya Satgas Pamtas ini kondisi di wilayah perbatasan seperti di Kabupaten Mahakam Ulu terus
membaik, kasus-kasus penyelundupan barang ilegal sudah mulai berkurang, begitu juga dengan kondisi
keamanan wilayah," ujarnya (*)
Cerita Satgas Pamtas RI-Malaysia, Terpaksa Puasa Berhari-hari Saat Kehabisan Logistik
Sebelumnya diberitakan, terlibat sebagai satuan tugas pengamanan perbatasan (Satgas Pamtas) RI-
Malaysia bukanlah perkara yang mudah. Pasalnya, wilayah perbatasan merupakan salah satu wilayah
yang termasuk obyek vital dan terbilang cukup rawan.
Selain itu, di wilayah perbatasan khusunya perbatasan antara Negara Indonesia dan Negara Malaysia juga
hampir semua kondisi akses jalan sangat sulit, bahkan sama sekali tidak bisa diakses kendaraan darat.
Sehingga keterlambatan pengiriman logistik serta kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya menjadi hal
yang sering kali terjadi.
Seperti Satgas Pamtas RI-Malaysia yang baru saja purna tugas menjaga wilayah perbatasan antara Negara
Indonesia dan Negara Malaysia selama satu tahun.
Satgas Pamtas RI-Malaysia ini dikembalikan ke satuan masing-masing pada Selasa (23/7/2019)
menggunakan KRI Teluk Hading,
yang di berangkatkan dari pelabuhan Nunukan menuju Pelabuhan Semayang Balikpapan, Kalimantan Timur.
Pulang ke tanah air, Ratusan prajurit satgas Pamtas RI-Malaysia tiba pelabuhan Semayang Balikpapan,
mereka akan di pulangkan ke satuannya masing-masing. (TribunKaltim.CO/Zainul)
Mereka berjumlah 450 prajurit dari Satuan Yonif 144 Jalayuda Kodam II Sriwijaya yang tergabung dalam
Korps Dam VI Mulawarman.
Kisah hidup mereka selama menjaga tegaknya patok perbatasan Negara Indonesia dan Malaysia cukup
memprihatinkan sekaligus menyayat hati.
Pasalnya, untuk menyambung hidup saja mereka harus berharap tada hujan, jika hujan tidak turun maka
mereka otomatis kesulitan air,
kerena di wilayah perbatasan tersebut sangat sulit ketersediaan air bersih sebab berada pada dataran
pegunungan yang mencapai ketinggian di atas rata-rata.
Selain terpaksa puasa berhari-hari, juga sampai makan daun - daunan demi bertahan hidup
lantaran logistik belum terkirim karena proses pengiriman terhambat oleh faktor cuaca.
Pengiriman logistik tidak dapat dilakukan dengan akses darat karena tidak ada akses jalan raya, jalan satu-
satunya untuk mengirim logistik adalah menggunakan helikopter.
Sementara helikopter tersebut harus menyesuaikan kondisi cuaca agar dapat bisa terbang
mengirim logistik dengan jarak yang mencapai ratusan kilometer.
"Medan di sana kan cukup ekstrim, kemana-mana harus menggunakan helikopter karena tidak bisa
diakses dengan kendaraan lain," katanya.
Ditanya mengenai pos mana saja yang medannya sulit, perwira TNI berpangkat melati dua di pundaknya
itu mengatakan, semua posko yang ada di perbatasan RI-Malaysia tidak ada yang tidak sulit.
"Rata-rata posnya susah, itu semua harus lewat udara. Saya harus pake heli dan gak bisa lewat darat kalau
berkunjung dari posko yang satu ke posko yang lainnya," terangnya
Mengenai kebutuhan pokok sehari-hari, para prajurit penjaga perbatasan RI-Malaysia ini serba terbatas
dan dituntut harus kreatif dan memiliki strategi khusus agar dapat bisa makan.
"Iya kalau kebutuahan air di sana, selama ini menggunakan tada hujan, logistik di dorong harus
menggunakan heli tidak bisa kendaraan lain,"jelasnya
Pengiriman logistik itu pun tidak selancar seperti yang diharapkan, karena sangat ketergantungan dengan
kondisi cuaca sehingga keterlambatan tak bisa terhindarkan.
Baca Juga;
• Hadiri Serah Terima Satgas Pamtas RI-Malaysia, Bupati: Terima Kasih TNI Telah Jaga Perbatasan
• Sedih dan Haru Warnai Pelepasan 450 Prajurit Satgas Pamtas Yonif Raider 600 Modang ke Perbatasan
• Prajurit Satgas Pamtas Yonif Rider 303 SSM Tiba di Kota Tarakan, 900 Prajurit Amankan Perbatasan