Sri Wahyuni, Rela Tinggalkan Pegawai Kantoran demi Jadi Guru, Bahagia Itu Kalau Ketemu Murid

Sri Wahyuni, Rela Tinggalkan Pegawai Kantoran demi Jadi Guru, Bahagia Itu Kalau Ketemu Murid

Editor: Samir Paturusi
zoom-inlihat foto Sri Wahyuni, Rela Tinggalkan Pegawai Kantoran demi Jadi  Guru, Bahagia Itu Kalau Ketemu Murid
TribunKaltim.Co/HO
Sri Wahyuni, Guru di SLBN Balikpapan

dan tidak malu walaupun jawaban itu salah dan mulai sering maju ke depan,” ujar Sri Wahyuni, membagi secuil kebahagiaan ketika bersama murid-murid.

Tak hanya suka yang dirasa, namun menjadi guru juga diliputi rasa duka.

“Dukanya kalau kita belum menemukan metode yang tepat dalam mengajarkan sebuah materi atau mendidik mereka untuk berperilaku seperti yang kita harapkan.

Atau mendapati murid harus putus sekolah karena hal di luar kemampuan kita sebagai guru.

Padahal, murid ini punya potensi, misalnya. Tapi tetap menjadi tantangan (bagi saya) untuk menemukan solusinya” katanya.

Tak lupa, ia pun juga membagi pengalaman berkesan selama mendidik generasi bangsa,

“Sebelum saya mengajar di SLBN Balikpapan, saya pernah merasa bangga dan cukup berpengalaman sebagai guru Bahasa Inggris selama ini.

Ketika pindah ke SLBN Balikpapan, saya merasa sama sekali nggak ada apanya dibandingkan dengan guru-guru yang mengajar di SLBN.

Ketika upacara bendera hari Senin pertama kali di SLB, saya terkesima dengan murid-murid pengibar bendera yang tuna rungu.

Yang bawa pembawa teks Pancasila dari siswa kelas autis dan yang baca doa dan UUD 1945 dari siswa tunagrahita.

Begitu pula saat Pramuka, semua yang dilakukan layaknya di sekolah umum.

Apalagi saat pentas seni, mulut saya ternganga ketika menyaksikan murid-murid tuna rungu menari, dan air mata saya jatuh ketika murid-murid tunanetra menyanyi dengan suara merdunya. Dan ternyata pemain band-nya juga murid-murid SLB”.

Menyaksikan pemandangan-pemandangan tersebut, Sri Wahyuni semakin merasa kecil hati dan merasa tidak berarti di antara teman-teman guru di SLBN Balikpapan.

Ia kagum dengan kehebatan guru-guru SLB mengajarkan aktivitas baris-berbaris dan menari kepada siswa tuna rungu, mengajarkan alat musik kepada siswa tuna netra, dan banyak lagi.

“10 jempol untuk guru-guru SLB!,” tandasnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved