Komut Pertamina jadi Kunci, Rematch Ahok vs Anies di Pilpres 2024 Menguat, Begini Hasil Analisa LSI
Pengangkatan Ahok BTP sebagai Komisaris Utama Pertamina mengundang beragam spekulasi yang bisa mengubah konstelasi peta politik nasional
TRIBUNKALTIM.CO - Saat menjabat Komisaris Utama ( Komut ) Pertamina jadi kunci, pertandingan ulang atau rematch Ahok BTP vs Anies Baswedan di Pilpres 2024 terbuka, begini analisa peneliti LSI.
Pengangkatan mantan gubernur DKI, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok sebagai Komisaris Utama PT Pertamina mengundang beragam spekulasi yang bisa mengubah konstelasi peta politik nasional.
Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny Ja, Toto Izul Fatah mengungkap, re-match Ahok versus Anies Baswedan sangat potensial terjadi pada Pilpres 2024, dengan beberapa catatan.
• Di Mata Fadli Zon, Nyaris Tak Ada yang Baik di Era Jokowi, Yunarto Wijaya: Kecuali Dua Instansi Ini
• Ahok Diminta Mundur dan Jalani Proses Hukum di KPK, Arya Sinulingga Bantah Diistimewakan
• Sejarah Hari Ini, Runtuhnya Jembatan Kukar, Golden Gate Kaltim, Puluhan Tewas, SBY Beri Titah
“Bukan mustahil, pengangkatan Ahok ini pada saatnya akan memberi suguhan tontonan rakyat Indonesia berupa pertarungan ulang Ahok Vs Anies pada Pemilihan Presiden 2024 mendatang,”kata Toto dalam pernyataannya, Rabu (27/11/2019).
Toto yang juga Direktur Eksekutif PT Citra Komunikasi LSI ini menegaskan kembali, arah angin politik sedang menuju kesana.
Sejumlah pihak dengan berbagai motif kepentingan, termasuk bisnis, menginginkan Ahok kembali masuk gelanggang politik.
Toto kemudian memberi beberapa catatan penting, potensi re-match itu bisa terjadi.
Antara lain, jika karir Ahok pada jabatannya sekarang berjalan mulus.
Apalagi, jika pada saatnya nanti, Ahok masuk Kabinet Jokowi menggantikan Menteri yang kena reshuffle.
“Tugas Ahok sekarang, bagaimana amanat memegang jabatan strategis di BUMN ini benar-benar dimanfaatkan untuk menunjukkan skaligus membuktikan bahwa dia betul-betul sosok yang kredibel dan kompeten," kata dia.
"Sehingga memberi warna baru Pertamina sebagai perusahaan yang maju dan bersih. Tidak seperti yang dicitrakan buruk sekarang,” lanjut Toto.
Jika Ahok gagal memerankan posisinya itu, Toto meyakini sangat kecil kemungkinan Ahok rebound di kancah politik.
Bahkan bukan mustahil, jabatan barunya ini malah akan mengantar dia ke jurang kehancuran karir politiknya.
Catatan lain, menurut Toto, Ahok harus sadar bahwa penunjukannya sebagi Komut
Pertamina itu selain “ucapan terimakasih”, juga berupa testing the water buat dirinya.
Apakah tingkat resistensi kepada dirinya masih sangat tinggi atau mulai meredup.
“Jika dia berhasil melewati ujian ini, termasuk dengan mengubah karakter temperamentalnya yang dipersepsi buruk oleh public, karier politik Ahok bisa cemerlang. Banyak kekuatan politik yang menginginkan dia rebound, termasuk para pemegang kapital kakap” katanya.
Sementara terkait tentang rival Ahok selain Anies, Toto menyebut sejumlah nama potensial seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Harry Tanu, dan bahkan tokoh dari internal partai sendiri, yaitu Puan Maharani.
Meski, bisa saja target nama-nama tersebut pada saatnya hanya sebagai wakil presiden. Khusus soal AHY, kata Toto, dia harus mampu keluar dulu dari bayang-bayang bapaknya, SBY.
Ketokohan mantan presiden RI ke 6 itu meredup sejalan dengan merosotnya perolehan suara Partai Demokrat pada 2019 kemarin.
“Saatnya SBY mundur dan menyerahkan sepenuhnya partai bintang mercy ini kepada AHY. Sebab jika tidak, AHY pun akan meredup, apalagi tak dapat panggung politik di cabinet Jokowi,” Toto menegaskan kembali.
Nama Capres di Pilpres 2019 mulai bermunculan
Meski perhelatan Pemilihan Presiden ( Pilpres ) 2024 masih terbilang lama, nama-nama yang berpotensi bertarung sudah mulai bermunculan.
Dari sejumlah nama yang mengemuka, nama Puan Maharani, Anies Baswedan hingga Prabowo Subianto menjadi sorotan.
Prabowo Subianto harus waspada, daftar nama bakal Capres di 2024 pengganti Jokowi.
Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan ( Menhan ), Prabowo Subianto harus waspada, muncul nama-nama bakal Capres baru di Pilpres 2024.
Bagaimana Sandiaga Uno yang pernah sama-sama Prabowo Subianto pada Pilpres 2019.

Pemilihan Presiden pada tahun 2024 masih jauh, namun isu sederet nama yang akan ikut bertarung merebut takhta orang nomor 1 di Indonesia itu sudah ramai dibahas.
Untuk Capres pada 2024 diprediksi akan datang dari berbagai latar belakang mulai dari kepala daerah hingga militer.
Pengamat politik dari Poltracking, Hanta Yudha menerangkan kepala daerah khususnya gubernur di Pulau Jawa yang menurutnya harus menjadi perhatian.
Hal tersebut berkaca dari jejak perjalanan Jokowi yang memulai langkahnya sebagai wali kota hingga menjadi presiden RI.
"Kalau track itu tidak patah terhenti pada Joko Widodo yang tadi pernah jadi Walikota menjadi Gubernur kemudian menjadi Presiden," ujar Hanta dalam diskusi 'Golkar Mempersiapkan Transformasi Kader' di Senopati, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2019).
Kedua, Capres pada 2024 muncul dari partai politik.
Menurut Hanta, partai-partai besar seperti Partai Golkar, PDIP Perjuangan, Partai Nasdem, dan Partai Gerindra tentu akan memiliki figur-figur partai yang masih mungkin untuk dimunculkan saat kontestasi Pemilu 2024.
"PDIP misalnya, pasti muncul figur dari partai itu yang akan mendapat posisi strategis di 2024," katanya.
Ketiga, datang dari pemerintahan atau parlemen.
Menurutnya ada kemungkinan akan muncul nama sejumlah jajaran menteri jelang 2024.
"Prediksi saya dari kelompok dari para menteri mungkin untuk muncul," ujar Hanta Yudha.
Keempat, akan lahir dari kalangan militer aktif.
Namun, Hanta Yudha meyakini dari kalangan ini potensinya akan sangat kecil lantaran hanya memanfaatkan momentum.
"Terakhir sebagai opsi, ada kemungkinan muncul dari militer aktif yang kemudian dia punya momentum di 2024," ujarnya.
"Kita tidak menyebutkan nama dan jabatan tapi ada kemungkinan akan muncul nama-nama dari tentara atau polisi," kata Hanta Yudha lebih lanjut.
Daftar Nama Capres di 2024
Sementara itu, pada kesempatan terpisah, pengamat politik, M Qodari mengungkapkan siapa saja tokoh yang jadi incaran untuk dijadikan calon Presiden RI pada Pilpres 2024 mendatang.
M Qodari mengungkapkan setidaknya terdapat 3 nama tokoh yang disebut Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh dan digadang-gadang akan maju pada Pilpres 2019, menggantikan Jokowi atau Joko Widodo.
Hal itu disampaikan M Qodari melalui acara Indonesia Lawyers Club atau ILC TV One, Selasa (12/11/2019).
Simak video berikut ini di menit 16:43.
Mulanya, M Qodari menyebut Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta yang serasa Presiden RI.
"Gubernur DKI Jakarta adalah gubernur rasa Presiden," kata M Qodari.
"Dan tolong jangan salahkan saya, Bang. Tadi malam, saya hadir dalam hadir dalam acara Nasdem," katanya menyambung
Dalam acara Kongres Partai Nasdem itu, Surya Paloh disebutnya menyampaikan ada beberapa calon Presiden yang menjadi perhatian publik.
M Qodari menyinggung nama Anies Baswedan hingga Gubernur Jawa Timur ( Jatim ), Khofifah Indar Parwansa.
"Bang Surya Paloh selalu menyebut bahwa di antara calon-calon itu Partai Nasdem menyebut di antara calon Presiden yang diperhatikan adalah Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa," katanya menyebut.
Lantas, M Qodari menyinggung nama Gubernur Jawa Tengah ( Jateng ), Ganjar Pranowo.
"Sengaja enggak disebut Ganjar, takut Ibu Mega pulang lagi enggak jadi menghadiri acara," ucap M Qodari terkekeh.
Menyinggung soal Pilpres 2024, M Qodari mengungkapkan nama Anies Baswedan disebut pertama kali oleh Surya Paloh.
"Yang disebut pertama bang itu Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta. Nah ini baru masuk kacamata politiknya, Bang," kata M Qodari.
Lantas, M Qodari memberikan imbauan kepada Anies Baswedan.
"Memang Bung Anies harus betul-betul hati-hati karena semua aspek ini bisa dianggap sebagai bagian atau proses menuju Pilpres 2024 yang akan datang," ujar M Qodari.
M Qodari menyebut berbagai masalah dan tuduhan yang diarahkan ke Anies Baswedan bisa jadi merupakan serangan politik menuju Pilpres 2024 mendatang.
"Jadi yang namanya masalah, yang namanya kontroversi, yang namanya anggap lah serangan politik kan biasanya begitu, tuh. Kalau ada kritik, ada tuduhan, ada masukan, kadang-kadang kepala daerah itu bilang ini bersifat politis, kan gitu kan," kata M Qodari.
Lebih lanjut, M Qodari mengungkap dugaan adanya motif politik yang melatarbelakangi penemuan APBD janggal DKI Jakarta.
"Jadi bisa jadi ada motif-motif politik yang kita pada hari ini belum tahu apakah itu betul atau tidak. Tapi bisa saja orang mengatakan, William juga harus siap ya dengan tuduhan begini, jadi yang bisa dituduh itu bukan cuma Anies, tapi William juga bisa dituduh," katanya.
Menjadi orang pertama yang menyoroti isu APBD janggal DKI Jakarta, William Aditya Sarana disebutnya harus siap terhadap segala tuduhan yang mungkin saja menyerang.
"Bahwa William melemparkan isu Aibon ini atau skandal (lem) Aica Aibon ini dalam tanda kutip karena belum jadi masalah korupsi ya baru indikasi di dalam anggaran ini adalah tanda kutip serangan politik," ujar M Qodari.
Lantas, M Qodari menyinggung tentang Partai Solidaritas Indonesia ( PSI ) yang menaungi William Aditya Sarana.
M Qodari menyinggung soal beberapa kemungkinan agenda politik PSI.
"Karena PSI entah karena punya hubungan masa lalu dengan gubernur sebelumnya atau agenda berbeda dengan Anies. Mungkin sudah menggadang-gadang calon presiden tersendiri gitu ya, entah siapa namanya, ini bisa dianggap sebagai serangan politik terhadap Anies," ucap M Qodari.
• Kabar Buruk Menimpa Putri Presiden Soekarno, Saudara Megawati, Bisa Bernasib Seperti Ahok BTP
• Bakal Jadi Bos BUMN, Mahfud MD Singgung Status eks Napi Ahok, Tak Bisa Jadi Pejabat Publik Ditunjuk
• Sebab Anies Baswedan Gelisah Diungkap, Beda Penyusunan Anggaran Era Ahok BTP Dibeber di Mata Najwa
• PKS Khawatir Ahok jadi Bos BUMN, Mardani Ali Sera Soroti Kedekatan BTP dengan Partai Megawati
Langganan berita pilihan tribunkaltim.co di WhatsApp klik di sini >> https://bit.ly/2OrEkMy

(*)