BPJS Ketenagakerjaan

AGM: Jangan Ada Lagi Pekerja Formal dan Informal yang Belum Menjadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan

Perlindungan itu berupa Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun yang diselenggarakan oleh BPJS K

HO - BPJS KETENAGAKERJAAN
Bupati PPU, Abdul Gafur Mas'ud (AGM) di sela-sela kegiatan penandatanganan Kerja Sama Operasional (KSO) dengan OPD Kabupaten PPU, Rabu (4/12/2019) di Kantor Bupati PPU. 

TRIBUNKALTIM.CO, PENAJAM - Program kesehatan geratis melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) merupakan salah satu program prioritas yang telah digagas oleh Bupati PPU, Abdul Gafur Mas'ud (AGM) sejak dirinya terpilih menjadi bupati di kabupaten kesembilan di Kalimantan Timur ini.

Demikian juga halnya dengan perlindungan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan bagi seluruh pekerja, baik formal dan informal.

Perlindungan itu berupa Perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun yang diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.

Perihal ini seperti disampaikan Bupati PPU, Abdul Gafur Mas'ud (AGM) di sela-sela kegiatan penandatanganan Kerja Sama Operasional (KSO) dengan OPD Kabupaten PPU, Rabu (4/12/2019) di Kantor Bupati PPU.

Kerja sama ini digagas dalam rangka tercapainya Perlindungan Sosial Ketenagakerjaan bagi seluruh pekerja berupa Pelindungan Jaaminan Kematian, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan Jaminan Pensiun selain Jaminan kesehatan yang memang sudah digratiskan.

Bupati PPU, Abdul Gafur Mas'ud (AGM) di sela-sela kegiatan penandatanganan Kerja Sama Operasional (KSO) dengan OPD Kabupaten PPU, Rabu (4/12/2019) di Kantor Bupati PPU.
Bupati PPU, Abdul Gafur Mas'ud (AGM) di sela-sela kegiatan penandatanganan Kerja Sama Operasional (KSO) dengan OPD Kabupaten PPU, Rabu (4/12/2019) di Kantor Bupati PPU. (HO - BPJS KETENAGAKERJAAN)

"Memang program Perlindungan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan melalui BPJS Ketenagakerjaan ini merupakan salah satu program prioritas kami bagi seluruh masyarakat pekerja sejak terpilih menjadi Bupati PPU. Jadi, baik BPJS Kesehatan maupun BPJS Ketenagakerjaan itu wajib bagi masyarakat PPU," tegas AGM.

AGM menjelaskan, bahwa Pemerintah Kabupaten PPU juga telah menjalankan amanat Undang-undang Negara yang mengatur tentang peruntukan 10 persen APBD bagi kesehatan daerah.

Oleh karenanya, jika dikalkulasikan antara jumlah penduduk dan APBD Kabupaten PPU tahun 2020 yang berkisar Rp 1,6 triliun, maka angka 10 persen untuk kesehatan di PPU lumayan besar termasuk anggaran BPJS di dalamnya.

Lanjut dia, di tahun 2020 mendatang, Pemkab PPU telah mengganggarkan untuk BPJS Kesehatan sebesar Rp 40 miliar.

Kemudian diharapkan sisa anggaran 10 persen dari ABPD Kabupaten PPU diharapkan mampu menunjang kebutuhan lainnya di lingkup Dinas Kesehatan Kabupaten PPU.

Pekan Depan DPRD Kaltim Akan Panggil PT AKU, Bagus Susetyo: Datang Tidak Lengkap Kami Suruh Pulang

Gara-gara Anang Hermansyah, Ashanty Marah Nyaris Nangis, Ibunda Aurel Tanya Kamu Kawin Sama Siapa ?

Dianggarkan Rp 4,2 Milar, Bawaslu Sebut Pemkot Fasilitasi Sekretariat Panwascam Pilkada 2020 Bontang

"Makanya jangan sampai warga kami ketika membutuhkan pelayanan kesehatan ditolak oleh BPJS, karena semua telah pemda bayar duluan. Bukan lagi perorangan tetapi telah keseluruhan dibayarkan melalui APBD kita," kata AGM.

"Demikian juga dengan kewajiban pemberi kerja terhadap seluruh Pegawai Non ASN (THL, honorer, kontrak dll) di lingkungan OPD Kabupaten PPU, wajib untuk diberikan Perlindungan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan oleh BPJS Ketenagakerjaan," tandas AGM.

Dikarenakan, lanjut AGM, hal ini memang sudah diatur oleh UU Nomor 24 Tahun 2011 Pasal 5 tentang hanya ada 2 (dua) Badan yang ditunjuk untuk mengelola 4 (empat ) Program tersebut.

Program JKK, JKM , JHT dan JP khusus untuk Pekerja adalah BPJS Ketenagakerjaan dan satu Program Kesehatan untuk seluruh Pekerja dan masyarakat Indonesia dikelola oleh BPJS Kesehatan.

"Sehingga kami mewajibkan kedua BPJS ini untuk diikuti," beber AGM.

Dalam kesempatan ini, AGM juga sempat menyinggung persoalan lain, yaitu tentang ASN yang masih menjadi warga Balikpapan, sementara mereka yang bersangkutan bekerja di Kabupaten PPU.

Dirinya menegaskan jika tidak dapat menetap di PPU, paling tidak KTP dan NPWP dirubah menjadi warga PPU.

Menurutnya, jika ini masih terjadi, salah satu kekurangannya adalah ketika KTP dan NPWP masih berstatus Balikpapan, maka pembayaran pajak yang dilakukan ASN tersebut akan masuk ke kas Balikpapan, bukan PPU sebagai wilayah tempat ia bekerja.

"Jika semua ini tidak bisa dipatuhi, lebih baik yang bersangkutan buat surat pindah dan ajukan akan segera saya tandatangani. Bukan kami pelit, tetapi memang harus begitu ketentuannya," tegas AGM.

Big Match Inter Milan vs AS Roma dan Lazio vs Juventus Warnai Liga Italia Giornata 15 Pekan Ini

YouTube Rewind 2019 Rilis, Lebih Banyak Dislike Daripada Like Seperti Tahun 2018, Ada Apa?

6 Pilihan Tiket Murah ke Eropa Mulai Rp 6 Jutaan, Bisa Rayakan Liburan Natal & Tahun Baru di Paris

"Atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten PPU, saya menyambut baik dilaksanakannya penandatangan kerja sama pada hari ini. Di mana kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian upaya kita dalam mempersiapkan diri untuk melaksanakan program Jaminan Sosial Nasional yang berbasis pada BPJS Ketenagakerjaan perlindungan untuk seluruh pekerja dan pegawai khususnya bagi seluruh Pegawai Non ASN yang jumlahnya sekitar 3.500 orang," kata AGM.

Terpisah, Kepala Bidang Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan Balikpapan selaku PPS Kepala Cabang BPJS Ketenagakerjaan Balikpapan, Murniati, mengatakan bahwa KSO dilaksanakan untuk mempertegas koordinasi kerja sama antara Pemkab PPU dengan BPJS Ketenagakerjaan, khususnya Cabang Balikpapan dalam pemberian dukungan pada kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan di Kabupaten PPU.

"Selama ini kita disibukkan dengan BPJS Kesehatan, akhirya BPJS ketenagakerjaan terlupakan, padahal pembiayaannya sangatlah murah. Hanya dengan biaya Rp 8.100 seluruh biaya tenagakerja non ASN yang mengalami kecelakaan kerja diberikan perlindungan pengobatan di rumah sakit kelas 1 milik pemerintah," kata Murniati.

"Kalau di rumah sakit swasta disesuaikan standarnya dengan pelayanan atau tarif kelas 1 rumah sakit pemerintah tanpa ada batasan biaya (unlimited). Dibiayai sampai sembuh tanpa batasan obat-obatan yang digunakan asal sesuai dengan diagnosa oleh dokter yang merawat demi untuk kesembuhan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja,"

"Dokter yang merawat diperbolehkan memberikan obat yang paten sekalipun, dan apabila ternyata setelah perawatan peserta Non ASN kami menagalami kecacatan maka BPJS Ketenagakerjaan memberikan santunan kecacatan dari cacat fungsi, cacat sebagian, sampai dengan cacat total sebesar 56 kali gaji ditambah uang santunan berkala sebesar Rp 4,8 juta dan ditambah bea siswa buat anak,"

"Apabila kecelakaan akibat kerja mengakibatkan meninggal dunia, maka pegawai Non ASN kita juga bisa tercover santunan Kematian Akibat Kerja sebesar 48 kali gaji, ditambah uang kubur Rp 3 juta, ditambah lagi Santunan Berkala sebesar Rp 4,8 juta, serta bagi yang sudah memiliki anak dapat bea siswa dari BPJS Ketenagakerjaan," jelas Murniati.

Susi Pudjiastuti Disebut Layak Pimpin Garuda Indonesia, Ramai Diusulkan Warganet di Twitter

Pasca Kasus Suap Hakim Kayat, KY Fokus Awasi Persidangan di Bontang dan Kutim, Begini Alasannya

Tendangan Matias Conti Jelang Tutup Babak Pertama, Tambah Gol Borneo FC, 2-0 Atas PS Tira Persikabo

Ada pula tambahan manfaat lagi apabila peserta meninggal dunia karena sakit atau bukan karena akibat Kecelakaan Kerja. Keluarga juga mendapatkan santunan sebesar Rp 24 juta.

"Begitulah perlindungan yang kami berikan, sangat luar biasa tanpa batasan dan paripurna, sehingga pegawai Non ASN yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan dapat terjamin secara maksimal tanpa batasan," kata Murniati.

KSO tersebut lanjutnya, tujuannya adalah untuk menjembatani.

Sehingga ke depan seluruh OPD diberikan perlindungan khususnya bagi Non ASN dapat terlaksana dengan baik di Kabupaten PPU, sebagaimana yang sudah diamanatkan oleh Undang-undang yang telah diatur oleh pemerintah.

Bahkan khusus untuk Non ASN, kepesertaannya boleh secara bertahap diperkuat oleh Perpres 109 Tahun 2013 Pasal 5 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3) , dan Ayat (4).

"Alhamdulillah kami laporkan untuk kepesertaan kita Non ASN di PPU luar biasa kesadarannya, walaupun belum dianggarkan ke dalam Anggaran Belanja Kabupaten saat ini ada 23 OPD di PPU yang telah mendaftarkan Non ASN-nya kepada BPJS Ketenagakerjaan,"

"Dengan berbagai program di dalamnya kepada kami dengan cara di sisihkan dari gaji pegawai. Harapan kami ke depannya pemerintah daerah bisa menganggarkan di tahun 2020 karena nilainya juga tidak terlalu besar. Untuk 3.500 pegawai Non ASN dikali Rp 8.100, maka total anggaran perbulan hanya sebesar Rp 28.350.000," jelas Murniati. (Humas6)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved