Ramai Dikunjungi Wisatawan Untuk Menyelam, Maratua Kabupaten Berau Butuh Alat Hiperbarik

Pulau Derawan, Kabupaten Berau ramai dikunjungi wisatawan untuk menyelam, ternyata puskesmas di Kecamatan Derawan tak memiliki alat Hiperbarik

Penulis: Ikbal Nurkarim | Editor: Samir Paturusi
TribunKaltim.CO/Ikbal Nurkarim
Suasana Wisatawan menikmati keindahan pulau Maratua, Kabupaten Berau, Kaltim 

TRIBUNKALTIM.CO,TANJUNG REDEB -Pulau Derawan, Kabupaten Berau ramai dikunjungi wisatawan untuk menyelam, ternyata puskesmas di Kecamatan Derawan tak memiliki alat Hiperbarik

Pulau Maratua, Kabupaten Berau merupakan salah satu kecamatan yang dijuluki surga yang ada di ujung Kalimantan Timur.

Pasalnya, kecamatan tersebut memiliki keindahan bawah laut yang banyak dijadikan rujukan wisatawan lokal maupun mancanegara.

Namun, meskipun menjadi tujuan wisatawan untuk menyelam. Puskesmas Kecamatan Maratua tidak dilengkapi oleh Hiperbarik.

Hiperbarik merupakan terapi medis yang memberikan oksigen murni kepada peserta terapi. Tentu hal ini, menjadi kondisi yang cukup memprihatinkan.

Camat Maratua, Marsudi saat dikonfirmasi awak media pada Kamis (2/1/2019) kemarin mengatakan, kebutuhan Hyperbarik yang memang dibutuhkan di kecamatan yang dipimpinnya.

Bangun Rambu-rambu, Pulau Maratua Dapat Bantuan Rp 330 Juta dari Kementerian Desa Tertinggal

Tingkatkan Wisatawan ke Maratua dan Derawan, Bupati Berau Muharram Resmikan Dermaga Wisata Sanggam

Tindaklanjuti Pengembangan Wisata Maratua, Kaltim Berkunjung Lagi ke Seychelles, Dipimpin Wagub

Pulau Maratua Berau Bakal Dapat Limpahan Wisatawan dari Republik Seychelles, Begini Konsepnya

Marsudi menjelaskan, keberadaan Hperbarik tentu akan sangat membantu wisatawan yang mengalami masalah pada saat penyelaman.

"Kami tidak ingin, kejadian beberapa waktu lalu terulang lagi. Karena terlambat penanganan medis,” katanya.

Hiperbarik terdekat yakni di Tanjung Batu, yang memakan waktu hingga 2 jam lebih.

Jika keberadaan alat tersebut di Maratua, wisatawan yang mengalami masalah di Pulau Kakaban hanya memerlukan waktu 40 menit untuk bisa segera ditangani.

"Kami sudah usulkan diberbagai kementrian. Yang menyanggupi kementrian desa tertinggal. Tetapi kami tidak tahu kapan,” jelasnya.

Hiperbarik adalah salah satu metode pengobatan yang dilakukan dengan cara memberikan oksigen murni di dalam ruangan khusus bertekanan udara tinggi, untuk dihirup pasien.

Terapi oksigen hiperbarik dilakukan di ruangan khusus yang dapat meningkatkan tekanan udara hingga tiga kali tekanan atmosfer normal.

Lanjut Marsudi, menjelaskan keberadaan Puskesmas Maratua sudah mencukup untuk keberadaan alat tersebut.

"Kami tidak ingin, wisatawan kapok untuk datang ke Pulau Maratua. Kami ingin mereka selalu kembali kesini,” kata Marsudi.

Tidak bisa dipungkiri, keindahan bawah laut Maratua, beserta berbagi jenis ikan dan rumah bagi terumbu karang selalu menjadi magnet bagi wisatawan.

Ribuan wisatawan baik lokal maupun mancanegara selalu mengunjungi Maratua setiap tahunnya. Kekhawatiran Marsudi bukan tanpa alasan.

Ia tidak kejadian ada lagi kejadian penyelam yang kehilangan nyawa karena terlambat ditangani.

"Harapan saya, tahun ini sudah bisa terealisasi pengadaan alat (Hiperbarik) tersebut,” tutupnya.

Warga Pulau Maratua Keluhkan Minimnya Sumber Air Tawar

Sementara itu, warga di tiga kampung Kecamatan Pulau Maratua mengeluhkan minimnya sumber air yang mereka miliki.

Warga di Kampung Teluk Alulu, Bohe Silian, dan Payung-Payung selama ini hanya mengandalkan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari. Pasalnya, pulau yang berjarak tiga jam perjalanan dengan speed boat itu, memang minim sumber air tawar.

Baca Juga;

Bukan Persib Bandung, Pemain Tira Persikabo Ciro Alves Dikabarkan Justru Merapat ke Klub Ini

Menteri Nadiem Makarim Hapuskan Ujian Nasional, Ikatan Guru Indonesia Minta Dipercepat Ini Alasannya

Pramugari Ini Disebut Jadi Korban 'Selir' Ari Askhara, Finalis Putri Indonesia 2015 Buka Aibnya

Pramugari Diduga Selingkuhan Eks Dirut Garuda Sering Gantungkan Foto Ari Askhara di Belakang ID Card

Kepala Kampung Teluk Alulu, Mustakim mendesak agar Pemkab Berau segera memenuhi kebutuhan air bersih ini. “Namanya kebutuhan air kan tidak bisa ditawar-tawar, karena manusia sangat butuh air,” kata Mustakim.

Masyarakat di pulau itu pun tidak bisa terus menerus mengandalkan air hujan. Apalagi saat musim kemarau terjadi.

“Air hujan pun tidak bisa langsung digunakan. Paling tidak harus menunggu semalaman untuk mengendapkan kotoran atau partikel lain,” jelasnya.

Biasanya, masyarakat di tiga kampung tersebut harus rela merogoh uang hingga Rp 150 ribu per tandon berisi 1.200 liter air tawar yang didatangkan dri Kmapung Teluk Harapan, satu-satunya kampung yang memiliki sumber air tawar.

Warga berharap, pemerintah membangun tempat penampungan air yang besar, sehingga bisa digunakan oleh seluruh masyarakat kampung. “Paling tidak, ada penampungan yang besar untuk menyimpan air tawar,” ujarnya.

Pemerintah pusat pernah membangun Instalasi Pengolahan Air (IPA) Salinasi yang digunakan untuk mengubah air laut menjadi air tawar.

Namun fasilitas itu tidak banyak menghasilkan air. Belum lagi, sejumlah IPA sudah mulai tidak berfungsi karena minimnya perawatan.

Menanggapi keluhan ini, Bupati Berau Muharram mengakui, memenuhi kebutuhan air bersih di Kecamatan Maratua memang cukup sulit.

"Satu-satunya jalan ya hanya mengubah air asin menjadi air tawar. Tetapi biayanya mahal," ungkapnya. Karena itu, Pemkab Berau mengajukan bantuan keuangan dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi untuk mengatasi kesulitan air tawar ini.

Solusi sementara, kata Muharram yakni dengan mengangkut air PDAM menggunakan kapal ponton. “Itu yang sedang dipikirkan untuk memenuhi kebutuhan air tawar di Maratua,” tandasnya.

Sebelumnya, Saipul Rahman, Direktur Perusahaan Daerah Air Minum ( PDAM ) Tirta Segah juga mengungkapkan rencana untuk mengangkut air tawar ke Pulau Maratua dengan menggunakan kapal.

Namun cara ini pun menurutnya kurang ekonomis. “Tetapi karena air adalah kebutuhan dasar, mau tidak mau harus kita penuhi,” tegasnya.

Saipul mengatakan, ada tiga solusi untuk mengatasi persoalan air tawar di Pulau Maratua. Pertama dengan membangun instalasi penyulingan air laut menjadi air tawar. Membangun IPA tadah hujan dan mengirimkan air PDAM dari kota ke Pulau Maratua.

Baca Juga;

Siswa jadi Lembek dan Masa Lalu Terulang, Kekhawatiran JK Bila UN Dihapus, Nadiem Makarim Bereaksi

Begini Sosok Richard Kevin Calon Suami Cut Tari, Menurut Indra Bekti yang Sempat Bisnis Bersama

Menteri Nadiem Makarim Hapuskan Ujian Nasional, Ikatan Guru Indonesia Minta Dipercepat Ini Alasannya

Hasil Akhir Liga Champion Klub Italia Hadirkan Kejutan Temani Manchester City ke Babak Selanjutnya

“Kalau salinasi dan mengangkut air tawar ke Maratua memang kurang ekonomis. Yang termurah adalah IPA tadah hujan,” ujarnya.

Menurut Saipul, karena Pulau Maratua relatif tidak banyak polusi, kualitas air hujan di sana masih layak untuk dimnafaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.

Sedangkan untuk mengatasi kandungan asam dalam air hujan, menurut Saipul bisa diatasi dengan perlakukan khusus.
“Air hujan bisa dikondisikan dengan menambahkan zat kimia ke dalam air hujan yang ditampung, sehingga menghasilkan air tawar dengan asam atau basa yang seimbang,” tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved