Gegara Revitalisasi, Seniman Minta DPR RI Beri Sanksi ke Anies Baswedan, Bukan Monas atau Formula E
Gegara Revitalisasi, seniman minta DPR RI beri sanksi ke Anies Baswedan, bukan Monas atau Formula E
TRIBUNKALTIM.CO - Gegara Revitalisasi, seniman minta DPR RI beri sanksi ke Anies Baswedan, bukan Monas atau Formula E.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kembali menuai kritik dari proyek Revitalisasi.
Kali ini proyek Revitalisasi Taman Ismail Marzuki yang mendapat penolakan dari para seniman.
Bukan Revitalisasi Monas yang rencananya akan digunakan untuk balap Formula E.
Komisi X DPR menggelar rapat dengar pendapat umum (RDPU) dengan Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (TIM) di DPR, Senayan, Jakarta, Senin (17/2/2020).
Dalam rapat itu, pimpinan Forum Seniman Peduli TIM Radhar Panca Dahana meminta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diberikan sanksi terkait Revitalisasi TIM.
• Mahfud MD Terima Laporan BEM UI, Serupa Laporan Veronica Koman Soal Papua, Apakah Ini Sampah?
• Kabar Traveller, Presiden Jokowi Beri Diskon 30 Persen ke Wisatawan, Bisa Tiket Pesawat atau Hotel
• Kasus Istri Bakar Suami, Pupung Sadili Lempar Asbak Suruh Aulia Kesuma Mencuri, Tak Mau Dihukum Mati
• Ibunda Lina, eks Istri Sule Hanya Bisa Nangis di Apartemen Ingat Kelakuan Teddy, Dijadikan Pembantu
Panca menilai Anies Baswedan telah melanggar banyak aturan.
"Mohon Saudara Gubernur itu bukan hanya diberi teguran, saya kira diberi sanksi.
Karena dia melanggar juga banyak aturan," kata Panca.
"Melangkahi Permendagri, Mendagri, tidak ada Amdal, tidak ada izin ini dan lain-lain, tidak ngomong sama DPRD," imbuh dia.
Panca mengutarakan para seniman yang tergabung dalam Forum Seniman Peduli TIM telah berupaya menyampaikan aspirasi ke sejumlah pihak terkait, termasuk DPRD DKI Jakarta.
Namun, kata Panca, hasilnya nihil.
Menurut dia, Revitalisasi yang dilakukan Anies Baswedan hanya berorientasi untuk kepentingan komersial.
Dia mengatakan Anies Baswedan punya pandangan keliru mengenai Revitalisasi TIM.
"Revitalisasi itu diberlakukan oleh Saudara Gubernur dengan aspek komersial yamg sangat tinggi.
Itu rinciannya ada.
Kami sudah rinci satu per satu.
Praktik komersial supaya BEP, supaya dapat profit, dan lain-lain, untuk nambal kebutuhan karena TIM diangap beban APBD," ujarnya.
Panca menyebut orientasi Anies Baswedan pada profit itu menyesatkan.
Ia khawatir pemerintah daerah lain punya anggapan serupa terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan seni.
"Ini yang buat saya menyesatkan. Dan kalau ini berlaku di Jakarta, akan berlaku di pusat kesenian daerah lainnya.
Bahwa seni dan budaya itu beban bagi pemda," kata Panca.
Panca mengaku DPR RI merupakan harapan terakhir Forum Seniman Peduli TIM.
Ia berharap DPR mampu mengakomodasi aspirasi mereka mengenai Revitalisasi TIM.
Menurutnya, bahkan lebih baik jika Revitalisasi TIM dihentikan sebelum para seniman bisa berbicara dengan pihak terkait.
"Kalau sudah Komisi X nggak ada hasilnya, saya lapor sama siapa?
Mahathir Mohammad apa?
Saya berharap ada solusi itu, dihentikan sebelum kita bicara.
Kita pemangku kepentingan, Pak, dia juga.
Pemerintah penyelenggara negara, cq, artinya yang diutamakan.
Tapi kami, seni dan budaya, itu juga penyelenggara negara, sama dengan agamawan, akademisi," ujar Panca.
Polemik pembangunan hotel bintang lima di kawasan TIM, Cikini, Jakarta Pusat memang belakangan santer dipermasalahkan.
Kalangan seniman serta budayawan tak ingin kawasan budaya tersebut berubah jika diRevitalisasi terutama karena adanya pembangunan hotel.
Polemik ini berujung pemangkasan penyertaan modal daerah (PMD) Jakpro sebesar Rp 400 miliar untuk Revitalisasi TIM dalam Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020.
Jakpro hanya diberikan Rp 200 miliar untuk Revitalisasi TIM.
Sebelumnya Anies Baswedan menanggapi berbagai kritikan dari seniman maupun anggota DPRD DKI Jakarta hingga publik dilayangkan karena adanya rencana pembangunan hotel bintang lima di kawasan budaya tersebut.
Menurut Anies Baswedan, banyak pihak berimajinasi soal Revitalisasi TIM.
"Soal pembangunan TIM ini kalau imajinasinya berbeda repot.
Orang-orang membuat imajinasi, lalu kita yang disalahkan," ucap Anies Baswedan di Blok G, Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (29/11/2019).
Proyek Hotel Bintang Lima
Polemik pembangunan Hotel bintang lima di Taman Ismail Marzuki atau TIM oleh Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan terus menuai sorotan dari seniman.
Terlebih setelah video yang viral di Facebook memerlihatkan anak buah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sedang marah ke para seniman di Taman Ismail Marzuki.
Dilansir dari Kompas.com, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menegur anak buahnya yakni Deputi Gubernur Bidang pariwisata dan kebudayaan DKI Jakarta Dadang Solihin karena memarahi para seniman di Taman Ismail Marzuki atau TIM.
Anies Baswedan menyayangkan sikap Dadang tersebut di hadapan seniman.
Menurutnya, Dadang harus bisa bersikap lebih tenang.
Masih dilansir dari Kompas.com, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut, pembangunan Hotel bintang lima atau wisma seniman di dalam Taman Ismail Marzuki ( TIM) Cikini, Jakarta Pusat, sama dengan pembangunan wisma atlet di Senayan.
Tujuannya agar seniman yang datang dari luar kota dan negeri bisa menginap di dalam kawasan TIM ketika ada pameran maupun kegiatan.
"Dengan adanya wisma, sama seperti wisma atlet kalau di Senayan.
Untuk siapa?
Tentu atlet yang berkegiatan di Senayan.
Ini pun ada wisma seniman, wisma di mana para seniman bisa berada di sana selama 24 jam dari seluruh dunia dari seluruh Indonesia," ucap Anies Baswedan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (25/11/2019) malam.
Anies Baswedan pun meminta agar publik tidak menilai bahwa pembangunan Hotel itu dengan tujuan komersial untuk mendapatkan keuntungan.
"Ini justru untuk menampung agar seniman-seniman yang datang itu tinggalnya berada di dalam satu ekosistem.
Ini yang kita dorong," kata Anies Baswedan.
Anies Baswedan menambahkan bahwa saat ini Pemprov DKI Jakarta memisahkan Dinas pariwisata dan Dinas kebudayaan agar orientasi usaha atau komersial tidak digabung dengan kegiatan pariwisata.
"Jadi Jakarta itu itu justru sekarang memisahkan Dinas kebudayaan dengan Dinas pariwisata karena visinya adalah kegiatan kebudayaan itu tidak untuk komersial, jadi ini bukan lisan, dibuktikan lho," lanjutnya.
Sebagai informasi, Revitalisasi TIM memakan biaya hingga Rp 1,8 triliun.
Revitalisasi tersebut akan menggunakan penyertaan modal daerah (PMD) Jakpro yang telah masuk dalam APBD DKI Jakarta.
Pada APBD 2019 juga telah disetujui sebesar Rp 200 miliar.
• Mahfud MD Terima Laporan BEM UI, Serupa Laporan Veronica Koman Soal Papua, Apakah Ini Sampah?
• Kabar Traveller, Presiden Jokowi Beri Diskon 30 Persen ke Wisatawan, Bisa Tiket Pesawat atau Hotel
• Kasus Istri Bakar Suami, Pupung Sadili Lempar Asbak Suruh Aulia Kesuma Mencuri, Tak Mau Dihukum Mati
• Ibunda Lina, eks Istri Sule Hanya Bisa Nangis di Apartemen Ingat Kelakuan Teddy, Dijadikan Pembantu
Uang Rp 200 miliar itu akan digunakan untuk meRevitalisasi bagian depan hingga tengah TIM.
Dalam pembangunan tahap pertama ini, Jakpro berencana membangun fasilitas baru seperti Hotel, pusat kuliner, dan galeri seni.
Pembangunan Hotel pun mendapat penolakan dari seniman dan budayawan karena dianggap mengubah orientasi TIM dari pusat kebudayaan menjadi tempat bisnis. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Rapat di DPR Bahas Revitalisasi TIM, Forum Seniman Minta Anies Baswedan Disanksi", https://nasional.kompas.com/read/2020/02/17/18371331/rapat-di-dpr-bahas-Revitalisasi-tim-forum-seniman-minta-anies-baswedan?page=all#page3.