Susur Sungai Pramuka Berakhir Nestapa, Zidan Teriak Gulungan Banjir Datang, Bambu Media Penyelamat

Satu di antaranya adalah Zidan. Melalui ibunya, Yuni, dia menceritakan kronologi sore nahas tersebut saat susur sungai dalam kegiatan Pramuka.

Editor: Budi Susilo
(Antaranews.com)
Ratusan siswa SMP N 1 Turi Sleman dilaporkan hanyut terbawa arus saat susur Sungai Sempor Sleman. 

TRIBUNKALTIM.CO, SLEMAN - Bencana dialami para pelajar yang tergabung dalam kegiatan Pramuka di Sleman

Niat untuk jelajah alam, mengenal medan susur sungai, namun bernasib tragis. 

Siswa-siswi dalam kegiatan Pramuka harus mendapat kisah pahit, dihantam banjir secara tiba-tiba yang berada di sungai. Dan kisah bambu akhirnya jadi media penyelamat.

Mendung menjadi pemandangan jamak ketika 256 murid SMPN 1 Turi melaksanakan Pramuka dengan kegiatan Susur Sungai Sempor di wilayah Dukuh, RT.03/RW.10, Ngentak Dukuh, Donokerto, Turi, Sleman, Jumat (21/2/2020) sore.

Sekitar pukul 14.30 gerimis pun datang. Para siswa-siswi itu mulai menyusuri kali dari arah selatan ke utara.

Satu di antaranya adalah Zidan. Melalui ibunya, Yuni, dia menceritakan kronologi sore nahas tersebut.

Baca Juga:

 Bos Fintech Greensill dan Eks Perdana Menteri Tony Blair Disebut akan Investasi di Ibu Kota Baru

 Ramalan Zodiak Hari Ini Kamis 20 Februari 2020, Virgo Dapat Banyak Pujian, Pisces Korbankan Perasaan

 Tangis Aming Pecah Ingat Bisikan BCL tentang Ashraf Sinclair di Rumah Duka, Ibunda Noah Minta Dijaga

 Agenda di Plaza Balikpapan Akhir Februari 2020, Konser Alzera Geny Netriana Sampai Kelas Memasak

Ketika itu para peserta susur sungai berjalan didampingi para pembina.

Ada yang berjalan di tepi, ada pula yang di tengah sungai. Ketinggian air kala itu cukup dangkal.

Dia menceritakan, peserta berjalan sekitar 30 menit, dengan menempuh jarak lebih kurang satu kilometer.

Di tengah perjalanan itu tangan Zidan terluka karena tergores bambu.

Melihat hal itu, dia diminta oleh kakak pembina untuk naik ke tepi sungai.

Tak lama setelah itu, Zidan melihat air bergulung-gulung dari arah utara atau tepat di hadapan para peserta susur sungai.

Spontan dia berteriak jika banjir datang.

BACA JUGA

Menara Sutet di Pesona Bukit Batuah Balikpapan Hampir Roboh, Diduga Tanah Tidak Kuat Mengikat

Kamar Dagang dan Industri Balikpapan Prediksi Investasi Malaysia di Benua Etam Lebih Rp 1 Triliun

Kasus Rudapaksa di Penajam, Anggota DPRD PPU Minta Pelaku Dihukum Seberat Mungkin Agar Ada Efek Jera

April 2020 Nanti, Tarif Dasar Air Bersih di Kabupaten Penajam Paser Utara Naik, Ini Rinciannya

Namanya Masuk Rekomendasi DPP PDIP Bersama Rahmad Masud, Thohari Aziz: Saya Tak Mau Dahului DPP

Dia melihat banyak teman-temannya tergulung banjir yang diperkirakan mencapai 1 sampai 2 meter tersebut.

“Zidan melihat ada yang keseret banjir, ada pula yang berhasil pegangan batu dan naik ke atasnya. Ya, sekitar 7 sampai 10 orang ada di atas batu besar,” ucap Yuni menirukan cerita Zidan.

Warga sekitar langsung turun memberikan bantuan.

Zidan pun ikut serta memberi pertolongan kepada teman-temannya.

Dia mengambil bambu untuk menggapai rekan-rekannya yang berada di atas batu.

Sedangkan untuk teman yang terseret banjir, tak banyak yang bisa dilakukan remaja kelas 7 ini.

“Tebing di sungai itu sekitar 2 meteran kurang lebihnya. Waktu itu di barisan depan banyak yang (peserta) ceweknya,” lanjut dia.

Penyintas lain, Salma Kusuma Haryani , sempat berjuang di antara tubir maut.

Saat itu dia berada di tengah barisan peserta susur sungai.

Setelah berjalan sekitar 30 menit, tiba-tiba ada banjir besar datang dari utara.

Tak banyak yang bisa diperbuat siswi kelas 7 ini karena air datang dengan cepatnya.

“Sempat mau menyelamatkan diri tapi enggak bisa,” kata Salma mengisahkan kepada reporter Tribun Jogja, semalam.

“Keseret air saya. Mau pegangan batu juga enggak bisa-bisa. Akhirnya bisa megang tangan kakak DP (dewan penggalang). Sempat minum banyak air juga.”

Begitu pula yang dirasakan Muhammad Wahid Reihan Saputra.

Kondisi mengibakan dirasakan saat dia mendengar teriakan permintaan tolong dari teman-temannya. Dia sendiri pun terseret arus banjir tersebut.

“Saya sempat lihat teman-teman yang terseret air itu,” ucap warga Sukodono, Donokerto, Turi ini lirih.

Syahdan, mereka yang bisa diangkat dari air dan dalam kondisi sadar langsung dibawa ke tempat yang lebih tinggi.

Salma dan beberapa rekan lainnya menderita luka-luka lecet di beberapa bagian tubuh. Terutama di kaki.

Namun, dia harus kehilangan sejumlah temannya.

Dari data yang dihimpun sampai Jumat pukul 21.00, dari seluruh peserta tersebut diketahui ada 6 orang yang tidak turun ke sungai.

Artinya hanya 250 anak yang menjadi peserta susur.

Dari jumlah itu, 6 orang dinyatakan meninggal dunia.

Sedangkan lima pelajar lain masih dalam pencarian oleh ratusan personel tim gabungan dari berbagai elemen.

Seorang korban meninggal dunia ditemukan, Jumat malam.

Korban atas nama Choirul Nisa sempat dirujuk sebentar ke Klinik Pratama Swa untuk memastikan kepada sejumlah anggota keluarga yang masih menunggu di lokasi.

Setelah dibawa ke ruang UGD tertutup, petugas kemudian memanggil keluarga korban untuk memastikan ada anggota keluarga yang berada di lokasi klinik.

Setelah dipastikan, anggota keluarga korban histeris mendapati sang anak ditemukan tak bernyawa.

Korban beserta keluarga akhirnya dibawa menggunakan ambulans ke RS Bhayangkara DIY di Kalasan.

Untuk selanjutnya korban yang ditemukan akan dirujuk ke RS Bhayangkara, Kalasan.

"Akan satu pintu, semua dibawa ke sana," kata seorang petugas.

Klinik Pratama Swa menjadi satu tempat rujukan untuk para korban kejadian ini. Sebagian lainnya dievakuasi di Puskesmas Turi.

Sebelumnya, saat senja tiba di kawasan Sleman, sejumlah orang tua juga tampak masih sibuk mencari serta memastikan keberadaan anaknya.

Beberapa ambulans hilir mudik mengantarkan korban dan juga mengevakuasi ke tempat lain.

Salah seorang orang tua siswa, Yusuf saat dikonfirmasi Tribun Jogja mengatakan, berdasarkan pengamatannya hujan deras juga melanda sisi sungai bagian hulu sehingga air dalam jumlah besar mengalir ke bagian hilir.

"Anak-anak tetap lewat sungai terus. Jadi airnya tiba-tiba deras. Jadi ada yang kebawa arus," jelas dia. 

(Tribun Jogja yud/air/abe/jsf)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved