Tolak Baiat ISIS, Napi Terorisme di Nusakambangan Ketakutan,Sebut Dirinya Layak Dibunuh,Ini Kisahnya

Lapas Batu berkategori merah atau radikal cukup mencekam. Lapas itu dihuni para terpidana kasus radikalisme yang terlibat pengeboman di beberapa tempa

Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUN/A PRIANGGORO
Lapas di Nusakambangan 

"Saat ramai-ramainya baiat ISIS, itu saya enggak bisa tidur, saya takut. Takut lengah saat tidur. Kita satu kamar, itu banyak. Saya sama Pak Subur ( Subur Sugiarto, terpidana Bom Bali 2 ) berdua dan yang tidak berbaiat dianggap murtad."

Lihat Foto Hassan mengatakan menyadari apa yang ia lakukan salah antara lain setelah melihat dampak yang ditimbulkan pengeboman terhadap korban. (dok BBC Indonesia)

"Pernyataan-pernyataan mereka yang tidak berbaiat dengan amir Daulah Islamiyah atau ISIS dimurtadkan. Saya enggak berbaiat sama mereka. Bahkan kita mentahkan pendapat mereka. Foto wajah kami diganti dengan gambar sapi dan paling banyak beredar di Solo, kepala saya diganti gambar anjing … saya dikafirkan. Itulah mereka yang melakukan itu."

"Kita bantah pendapat-pendapat mereka, terutama mereka yang selalu memusuhi aparat atau pemerintah," papar Hassan.

Dia mengatakan sempat berteman baik dengan Rois "yang menghadapi satu perkara dengannya" selama sekitar dua tahun. Namun, kata Hassan, situasi berubah setelah datangnya Aman.

"Mereka punya pemahaman mengkafirkan. Jangankan aparat, saya juga, sama Pak Subur. Saya dikafirkan dan hukumnya menurut syariat Islam, darahnya halal. Berarti saya berhak dibunuh sama mereka," tambahnya.

Hassan mengatakan, saat itu mereka "bertujuh dan kami cuma berdua dengan Pak Subur, ada Aman Abdurrahman dan Rois." Hassan juga mengatakan, ia akhirnya terbebas setelah petugas "memindahkan dan tidak dicampur dengan mereka".

"Saya waswas. Lama-lama petugas sipir tahu, saya dan Pak Subur disuruh pilih kamar di mana. Saya waswas sekali, kalau kita lengah, ( bisa ) lewat gitu saja," katanya lagi.

Hassan juga menambahkan, kekhawatirannya saat itu bahwa narapidana kejahatan lain "ikut-ikutan mereka".

Kepala Lapas Batu, Erwedi Supriyanto, menyatakan, saat ini kemungkinan saling memengaruhi di lapas risiko tinggi "kecil" karena sel napi yang dipisahkan. Di Lapas Batu, yang sebenarnya diperuntukkan untuk narkoba, saat ini terdapat 18 orang napi terorisme.

"Mereka tak lagi bisa berkomunikasi di antara mereka. Dulu waktu belum ada revitalisasi, khususnya untuk high risk, mereka kan masih bisa sering berkomunikasi, sering bertemu, sehingga bisa saling mempengaruhi. Tapi sejak Lapas Batu dan Pasir Putih menjadi lapas yang high risk, satu orang satu sel dan mereka tidak bisa berkomunikasi intens dengan yang lain," kata Erwedi.

  

Khilaf, Seperti Orang Bodoh Disuruh dan Jalankan

Hassan menyatakan, salah satu hal yang membuatnya sadar bahwa yang dilakukannya salah ketika melihat dampak terhadap para korban bom. Ia menyebut apa yang dilakukannya--sebagai pengantar bahan peledak bersama Rois--seperti orang bodoh.

"Saya sempat tanya ke Noordin M Top, kenapa perlu menyerang kedubes karena bukan negara dia, tapi dibilang termasuk bagian. Salah satunya karena Australia adalah sekutu Amerika," kata Hassan.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved