Bukan Corona, di Indonesia DBD Sudah Renggut 100 Nyawa dalam 3 Bulan, Menkes Sebut Lebih Mematikan
Bukan Virus Corona, di Indonesia DBD sudah renggut 100 jiwa dalam 3 bulan, Menkes sebut lebih mematikan.
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Bukan Virus Corona, di Indonesia DBD sudah merenggut 100 jiwa dalam 3 bulan, Menkes sebut lebih mematikan.
Sebaran kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di tengah ancaman Virus Corona nampaknya juga mulai mengkhawatirkan.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan, permasalahan di Indonesia tidak hanya soal Virus Corona.
Terawan mengatakan, salah satu penyakit yang justru lebih mematikan adalah Demam Berdarah Dengue ( DBD) .
• Tahukah Anda, Ini Cara Sederhana Membedakan Bintik Merah Akibat Gigitan Nyamuk atau Pendarahan DBD
• Jangan Anggap Remeh, Ini 5 Gejala Demam Berdarah yang Jarang Disadari, Waspada DBD di Musim Hujan
• Musim Hujan, Dinas Kesehatan Berau Antisipasi Merebaknya DBD, Masyarakat Harus Aktif
• Dukung Pemerintah Berantas DBD, Pupuk Kaltim Kerahkan 9 Alat Fogging Asapi 4 Kelurahan Bontang
"Ini yang nyata, yang kita lihat paling mengancam jiwa manusia ini yakni DBD ini. Kita bahas dan bicarakan yang paling mengancam saat ini.
Bahwa permasalah di Indonesia bukan hanya Virus Corona, tapi ada penyakit yang justru lebih mematikan dan lebih berbahaya itu DBD," ujar Terawan, saat berkunjung ke Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur ( NTT ), Senin (9/3/2020) seperti dilansir dari Kompas.com.
Kementerian Kesehatan mencatat ada 16.099 kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia selama periode Januari hingga awal Maret 2020. Seratus orang di antaranya meninggal dunia.
"Kasus 16.099 dengan kematian 100 untuk nasional. Upaya yang dilakukan mendorong peningkatan kegiatan preventif," kata Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi, seperti dikutip dari Antara, Selasa (10/3/2020).

32 Warga NTT Meninggal Dunia
Menurut Terawan, saat ini jumlah warga NTT yang meninggal disebabkan DBD sebanyak 32 orang.
"Saya harus berjuang dan mudah-mudahan diridhoi oleh Tuhan yang maha kuasa, sehingga semua upaya dan usaha kita untuk bisa mencegah wabah ini bisa segera diatasi," ujarnya.
Terawan berharap DBD bisa segera diatasi, khususnya di Kabupaten Sikka yang jumlah penderita paling tinggi di NTT.
• Jumlah Kasus Positif Virus Corona Bertambah, Satu Pasien Covid-19 di Indonesia Meninggal Dunia
• Pasien Virus Corona di Indonesia, Kasus 27 Belum Terlacak Asal Penularan, Bukan dari Luar Negeri
Untuk itu, Kementerian Kesehatan telah membawa tambahan tenaga medis, bantuan peralatan, dan obat-obatan untuk mengatasi DBD.
"Para petugas medis yang kita bawa ke Kabupaten Sikka akan bekerja hingga kasus DBD ini selesai," tuturnya.
Untuk diketahui, jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus bertambah.
Hingga Minggu (8/3/2020), tercatat ada 32 warga NTT meninggal karena DBD. Sedangkan, penderita DBD dirawat di rumah sakit sebanyak 2.697 orang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan NTT Erlina R Salmun mengatakan, ribuan warga yang menderita DBD itu tersebar di 20 kabupaten dan satu kota di NTT.
"Di NTT, hanya Kabupaten Sumba Tengah yang bebas DBD," ujar Erlina kepada Kompas.com, Minggu.
Jumlah penderita DBD yang tertinggi berada di Kabupaten Sikka, yakni sebanyak 1.145 jiwa, dengan korban meninggal sebanyak 13 orang.

4 Orang Meninggal di Balikpapan
Dinas Kesahatan Kota ( DKK ) Balikpapan saat ini mencatat terdapat 396 kasus DBD, disusul dengan 4 angka kematian.
Angka tersebut disampaikan Kepala DKK Balikpapan Andi Sri Juliarty, yang sudah merinci data sejak tiga bulan terakhir, mulai dari Januari hingga Maret 2020.
Kendati angka kasus terbilang cukup tinggi, namun ternyata angka tersebut masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Sebab di tahun 2019, pada bulan yang sama yakni bulan Maret, angka kasus DBD di Kota Balikpapan diketahui mencapai angka 600-an.
"Status DBD kita masih ditingkat waspada. Secara kasus menurun tapi kalau jumlah kematian memang naik dari tahun lalu yang hanya ada 1, sekarang ada empat," ujar Andi Sri Juliarty.
Wanita yang kerap disapa dengan panggilan dokter Dio ini menuturkan, empat warga yang menjadi korban meninggal karena DBD adalah anak-anak.
Mereka berada pada rentang usia lima sampai 14 tahun.
• Kemarau, Dinkes Balikpapan Ingatkan Warga untuk Tetap Waspadai DBDdan Diare, Ini Penjelasannya
• Jadi Langganan DBD, Tahun 2020 Pemkab Berau Targetkan Tidak Ada Lagi Kawasan Kumuh
• Walikota Sentil Dua Lurah Karena Tertinggi Temuan DBD di Bontang
• Tiga Nyawa Melayang Akibat DBD, Semester Pertama Sudah Tembus 516 Kasus
Para korban, kata dia, berasal dari Kelurahan Karang Joang, Kelurahan Prapatan, Kelurahan Manggar, Kelurahan Karangjoang, dan kelurahan Karangrejo.
Sehingga, saat ini wilayahnya (Kota Balikpapan) sudah menyatakan status waspada DBD melalui surat edaran Walikota yang keluar sejak minggu lalu.
"Surat edaran Walikota tentang kewaspadaan DBD sudah ada sejak minggu lalu, bahkan surat edaran ini lebih dulu keluar daripada surat edaran Walikota mengenai kewaspadaan Virus Corona," jelasnya.
(Tribunkaltim.co/ Miftah Aulia Anggraini/ Kompas.com)