Fenomena Munculnya Cacing Tanah di Solo, Spekulasi Aktivitas Gunung Berapi hingga Gempa Bumi Mencuat
fenomena aneh munculnya cacing tanah di Solo dan Klaten, dikaitkan dengan aktivitas Gunung Berapi hingga gempa bumi, ini penjelasan ahli dan BMKG
TRIBUNKALTIM.CO - Fenomena munculnya cacing tanah di Solo dan Klaten, mulai dikaitkan dengan aktivitas Gunung Berapi hingga gempa bumi, ini penjelasan ahli dan BMKG.
Baru-baru ini terjadi fenomena aneh kemunculan cacing tanah secara bergerombol di Solo, Sabtu (18/4/2020).
Kemunculan ratusan hingga ribuan cacing dari dalam tanah di sekitar Pasar Gede Solo, membuat heboh masayarakat hingga viral di media sosial.
Tak sedikit yang mengaitkan fenomena kemunculan cacing tanah ini dengan aktivitas Gunung Berapi di sekitar Jawa Tengah.
Tak cuma itu, ada juga yang berspekulasi kemunculan cacing tanah erat kaitannya dengan potensi gempa bumi.
Sementara itu, saksi mata kemunculan cacing tanah di Solo, Marsono mengaku melihat cacing-cacing tersebut keluar di sekitar taman pada pukul 05.30 WIB.
• Fenomena Cacing Keluar dari Tanah di Solo, dari Pagi dalam Jumlah Banyak, Pakar Lingkungan Kaget
• Gunung Anak Krakatau Erupsi, Mengingat Momen Letusan Sang Ibu yang Lebih Dahsyat dari Bom Atom
• Tak Berpotensi Tsunami, Gempa Magnitudo 5,8 Guncang Ternate Ibu Kota Provinsi Maluku Utara
Sementara itu, dilansir dari Tribunnews, fenomena serupa juga terjadi di Dukuh Socowetan, Kelurahan Socokangsi, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten.
Muncul sejak pagi Menurut Marsono, cacing yang keluar dari taman di Pasar Gede hingga ke jalur pejalan kaki dan jalan raya.
Dirinya sempat membersihkan cacing-cacing tersebut, namun masih saja tetap keluar.
Hingga siang hari, cacing itu masih terus keluar dari dalam tanah meskipun jumlahnya tidak sebanyak sebelumnya.
"Selama lima tahun saya di sini, munculnya cacing dari dalam tanah baru kali ini terjadi," kata Marsono.
Marsono mengaku, kejadian pada Sabtu pagi tersebut sempat membuat heboh warga dan pedagang Pasar Gede.
"Saya sapu cacing itu saya buang ke jalan raya," ujar dia.
Dirinya pun mengaku sempat merasa jijik dan tak mau makan karena melihat banyaknya cacing yang keluar.
Terkait hal itu, seorang ahli lingkungan hidup dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Prabang Setyono, menjelaskan, fenomena itu diduga karena efek perubahan musim dan aktivitas Gunung Berapi.
Menurut Prabang, fenomena cacing keluar dalam jumlah banyak itu tidak hanya terjadi di Solo, tapi juga terjadi di beberapa daerah, salah satunya di Klaten.
• Breaking News Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Blitar, Dirasakan di Malang, Nganjuk, dan Trenggalek
Menurutnya, tahun lalu keluarnya cacing dari dalam tanah tak semerata tahun ini.
"Saya juga kaget kok merata ini. Kayaknya tahun ini ada sedikit anomali.
Mungkin ada dinamika suhu tanah dari dalam.
Ini sedikit masuk logika.
Gunung-gunung yang dulunya dianggap tidur ada istilahnya geotektoniknya begitu," ujar Prabang.
Prabang melanjutkan, munculnya cacing dari dalam tanah dengan jumlah banyak itu diduga karena perubahan kelembaban yang biasa terjadi saat perubahan musim.
"Cacing itu habitatnya diagregat-agregat tanah. Sehingga bisa jadi yang pertama di situ kelembabnya telah terjadi perubahan drastis.
Biasanya tanah itu berubah dari penghujan ke kemarau. Biasa begitu," ujar dia. "Di dalam biasanya panas kelembabannya jelas berkurang.
Biasanya cacing mesti keluar mencari perlindungan," tambah Prabang.
Selain itu, menurut Prabang, meski belum ada penelitian secara spesifik terkait fenomena itu, kemunculan cacin-cacing itu diduga berkaitan dengan aktivitas Gunung Berapi yang terjadi belakangan ini.
Pertanda Gempa Bumi
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, menyebut isu kemunculan cacing yang dikaitkan dengan akan terjadinya gempa bukan tak berdasar.
"Beberapa peristiwa gempa merusak di dunia diantaranya memang diawali adanya gejala alamiah berupa kemunculan cacing tanah secara massal," ungkap Daryono kepada Tribunnews melalui keterangan tertulis, Minggu (19/4/2020).
"Di Taiwan, kemunculan cacing tanah dilaporkan pada 10 hari menjelang terjadinya gempa Chi Chi 1999 (Allen dkk., 2000)."
"Pada peristiwa gempa Haicheng, China 1975, beberapa hari sebelumnya juga dilaporkan adanya kemunculan cacing tanah yang sangat banyak ke permukaan tanah," imbuh Daryono.
• Gempa Bumi Guncang Pacitan, BMKG Sebut Dekat Dengan Sumber Gempa Dahsyat Tahun 1937
Selain itu Daryono juga memaparkan beberapa sumber pustaka lain juga mengungkap fenomena kemunculan cacing tanah menjelang gempa bumi.
"Seperti kajian Chen dkk. (2000), Rikitake (1979), Whitehead dan Ulusoy (2013), dan Liso dan Fidani (2014)," ujarnya.
Daryono menambahkan, menurut Grant dan Conlan (2015) kemunculan cacing tanah di permukaan menjelang gempai terkait anomali gelombang elektromagnetik frekuensi rendah.
"Munculnya anomali ini dilaporkan terjadi beberapa hari sebelum gempa bumi," ungkapnya.
Menurut Daryono dalam sebuah penelitian yang mengkaji hubungan antara aktivitas cacing tanah dan kelistrikan, Ikeya dkk. (1996) menempatkan beberapa elektroda yang dialiri arus listrik pada permukaan tanah yang banyak terdapat cacing tanah.
"Sejumlah cacing ternyata merespon anomali kelistrikan ini dengan keluar dari dalam tanah secara hampir bersamaan," ungkapnya.
Selain kemunculan cacing, Daryono menyebut ada gejala alamiah tak lazim lain yang juga menyertai menjelang gempa besar di berbagai tempat di dunia.
"Seperti kemunculan ular di beberapa tempat, anjing yang terus menggonggong bersahutan, dan ikan yang melompat-lombat di kolam," ungkapnya.
Selain perilaku aneh binatang menjelang gempa, para ilmuwan juga menandai adanya anomali prekursor gempa.
Prekursor gempa adalah sebuah anomali kondisi lingkungan fisis yang menjadi petunjuk akan terjadinya gempa.
"Prekursor dapat berupa anomali permukaan tanah, elevasi muka airtanah, dan emisi radon yang terjadi berbarengan," jelas Daryono.
"Radon merupakan unsur radioaktif, gas radon dipercaya akan keluar ketika batuan akan melepaskan stressnya, sehingga radon menjadi parameter penting dalam prekursor gempa bumi," imbuhnya.
Atas hal tersebut munculnya cacing di Solo Jawa Tengah belum dapat dipastikan sebagai petunjuk terjadinya gempa.
• BMKG: Gempa Hari Ini, Jumat (17/3) Guncang Jayapura Papua dan Wajo Sulsel, Hanya Berselang 20 Menit
"Fenomena cacing di daerah tersebut berdiri sendiri, tidak didukung bukti-bukti alamiah lain beserta data anomali prekursornya," jelas Daryono.
Daryono mengungkapkan, jika tidak ada data dukung penguat lainnya maka munculnya cacing secara masal ke permukaan diduga diakibatkan perubahan kondisi cuaca, iklim, dan lingkungan yang mendadak.
"Termasuk kemungkinan terpapar bahan kimia seperti desinfektan dan lain-lain," imbuhnya.
Akan tetapi Daryono juga mengingatkan agar masyarakat senantiasa waspada.
"Karena wilayah kita memang rawan gempa sebaiknya kita selalu waspada, mengingat peristiwa gempa kuat dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan belum dapat diprediksi," ujarnya.
(*)