Rocky Gerung Terang-terangan Sebut Ada Konspirasi di Istana Terkait Polemik Stafsus Milenial Jokowi
Pengamat Politik Rocky Gerung terang-terangan sebut ada konspirasi di Istana terkait polemik staf khusus milenial Jokowi
TRIBUNKALTIM.CO - Pengamat Politik Rocky Gerung terang-terangan sebut ada konspirasi di Istana terkait polemik staf khusus milenial Jokowi.
Polemik staf khusus ( stafsus ) milenial Presiden Joko Widodo ( Jokowi , Rocky Gerung akhirnya angkat bicara.
Kasus ini bermula setelah ada keterlibatan perusahaan Ruangguru, yang merupakan milik Belva Devara, eks staf khusus milenial Jokowi, dalam proyek Kartu Pra Kerja.
Belakangan Belva Devara resmi mengundurkan diri dari jabatan staf milenial Jokowi akibat polemik tersebut.
• Rocky Gerung Belum Kunjung Menikah, Ungkap Alasannya pada Refly Harun, Singgung Hak Konstitusi
• Ucapan Jokowi Soal Beda Pulang Kampung & Mudik Akhirnya Diluruskan, yang Dilarang? Stafsus: Keduanya
• Refly Harun Singgung Stafsus Milenial Jokowi, Sebut Andi Taufan Juga Harusnya Mundur Seperti Belva
Terkait polemik tersebut, Rocky Gerung berani terang-terangan mengungkap ada konspirasi di Istana.
Dalam tayangan Youtube pribadinya, Rocky Gerung Official, Kamis (23/4/2020), dirinya mulanya mengungkapkan bahwa ada pembelaan yang dilakukan oleh stafsus lain, maupun orang di Istana.
Menurutnya, mereka ada yang mengatakan bahwa Stafsus yang bermasalah tersebut sudah diberikan teguran dan lain sebagainya.
Bahkan menurut Rocky Gerung ada juga yang beranggapan bahwa para Stafsus masih dalam usia milenial yang tentunya masih belum paham dengan betul.
Namun, Rocky Gerung menilai, teguran yang dilakukan oleh stafsus lain justru menerangkan bahwa mereka juga ikut terlibat atau setidaknya mengetahui masalah tersebut.
"Saya mendengar apologi dari stafsus yang lain, dari orang KSP, dari lingkungan Istana 'Mbok ya sudah, sudah kita tegur segala macam'," ujar Rocky Gerung.
"Tetapi teguran itu juga apologetik, ada seorang juru bicara yang bilang ah nanti kita periksa dulu, mungkin dia sebagai kaum milenial, anak muda enggak ngerti apa-apa," sambungnya.
"Keterangan itu sendiri sudah meragukan, berarti dia tahu sebetulnya, bahwa ada kong kalikong," tegasnya.
Atas dasar itu, Rocky Gerung mengatakan bahwa ada konspirasi di balik masalah itu yang tidak hanya melibatkan para Stafsus lain, melainkan bisa saja para pejabat di Istana.
Konsiprasi yang dimaksud Rocky Gerung di sini adalah berkaitan masalah penyalahgunaan uang negara untuk penanganan Virus Corona.
• Bos Ruang Guru Mundur dari Stafsus Jokowi, Yunarto Wijaya Pertanyakan Kerja Sambilan? Sindir Belva?
"Jadi sifat apologetik semacam ini justru yang menerangkan bahwa memang ada semacam konspirasi untuk 'merampok' dalam kedaruratan," ungkap Rocky Gerung.
Selanjutnya, Rocky Gerung pun tidak lagi beranggapan bahwa memang ada kekeliruan yang tidak disengaja oleh mereka.
Pengamat Politik Rocky Gerung lantas menduga memang ada sesuatu yang terorganisir untuk bisa memanfaatkan anggaran untuk penanganan Virus Corona.
Karena seperti diketahui pemerintah telah menggelontorkan dana besar, yakni sebesar Rp 405 triliun.
"Jadi kita enggak perlu sopan untuk mengatakan 'Ah iya mungkin itu keliru', itu enggak," tegasnya.
"Pasti ada sesuatu yang terorganisir, karena itu saya katakan, satu gejala korupsi di Istana, maka satu Istana itu harus di-ODP-kan."
"Jangan-jangan sebetulnya semuanya punya motif, karena 400 triliun itu menggiurkan moral hazard (jebakan moral -red),," pungkasnya.
Simak videonya mulai menit ke-4.38
• Setelah Belva Mundur, Stafsus Milenial Jokowi yang Punya Konflik Kepentingan Bisa Ikut Jejaknya
Pakar Hukum Tata Negara Refly Harun berbincang dengan Pengamat Politik Rocky Gerung soal posisi yang akan dipilih jika seandainya ditunjuk untuk membantu presiden.
Namun di sela perbincangan, keduanya justru menyinggung soal staf khusus ( stafsus ) milenial Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) yang mengirim surat pada camat di seluruh Indonesia menggunakan kop berlambangkan Sekreatriat Kabenet.
Dilansir TribunWow.com, kepada Refly Harun, Rocky Gerung secara terang-terangan mengaku enggan menjadi Stafsus jika dipilih membantu presiden.
Ucapan Rocky Gerung itu pun sontak membuat Refly Harun Tertawa.
Percakapan keduanya terjadi dalam channel YouTube Refly Harun, Minggu (19/4/2020).
"Kalau Bung Rocky diberikan kesempatan direkrut ke dalam tim presiden ini dalam posisi yang sangat penting dan menentukan sehingga Bung Rocky pasti mau," ujar Refly Harun.
"Mana yang paling dipilih, satu, dan mana yang paling tidak dipilih?"
Menjawab pertanyaan Refly, Rocky mengaku tak mau menjadi seorang stafsus presiden.
Namun, mendengar jawaban Rocky itu Refly justru mulai menyinggung soal stafsus Jokowi yang mengirim surat kepada para camat.
"Saya mulai dengan kalau saya diminta, maka saya enggak mau jadi stafsus," ujar Rocky Gerung.
"Hahahaah apalagi stafsus yang bikin surat, enggak?," tanya Refly Harun tertawa.
Menurut Rocky Gerung, jika dirinya ditunjuk sebagai stafus maka godaan mengirim surat pada camat di seluruh Indonesia akan semakin besar.
Hal itulah yang membuatnya tak mau jadi stafsus.
• Belva Devara Mundur Stafsus, Pengamat Sebut Tak Akhiri Persoalan Kartu Prakerja, Perlu Penyelidikan
"Iya, nanti saya punya godaan untuk jual beli surat atas nama kop surat Istana perintahin camat kasih order pada perusahaannya," terang Rocky Gerung.
"Nah saya enggak mau kayak gitu."
Rocky Gerung lantas kembali menyinggung pertanyaan Refly yang disampaikan di awal pembicaraan.
Jika diminta memilih, Rocky Gerung mengaku ingin membantu Presiden Soekarno.
"Saya memilih untuk membantu Presiden Soekarno karena saya merasa Bung Karno gagal dalam satu hal, yaitu melakukan kaderisasi," kata Rocky Gerung.
Terkait hal itu, ia pun kembali melayangkan sindirannya terhadap kader-kader yang tak memahami betul pemikiran Soekarno.
"Banyak orang yang enggak paham soekarnoisme, orang cuma mau namanya di belakangnya ada Soekarnoputri, Soekarnoputra," jelas Rocky Gerung.
"Tapi pilihan Soekarno yang sangat dialegtika tidak diikuti kader-kadernya hari ini," ucapnya.
Simak video berikut ini menit ke-9.41:
(TribunWow/Elfan Nugroho/Jayanti)
(*)