Virus Corona
Kasus Virus Corona Kembali Muncul di Wuhan Padahal China Sudah Lockdown Ketat, Sempat Nol Covid-19
kasus Virus Corona atau covid-19 kembali muncul di Wuhan padahal China sudah lockdown ketat, apa sebabnya?
TRIBUNKALTIM.CO - Kasus Virus Corona atau covid-19 kembali muncul di Wuhan padahal China sudah lockdown ketat, apa sebabnya?
Setelah menerapkan lockdown ketat hingga sempat catatkan nol kasus covid-19, kabar buruk kembali menghampiri Wuhan.
Wilayah yang dianggap sebagai kasus pertama covid-19 di dunia ini, kembali digegerkan dengan kasus Virus Corona.
Pemerintah China mengumumkan adanya kasus infeksi Virus Corona di Wuhan, pertama dalam satu bulan terakhir pada Minggu (10/5/2020).
• Temuan Baru China, Sperma Pasien Positif Covid-19 Mengandung Virus Corona dan Risiko Hubungan Badan
• Sempat Nol Kasus Covid-19, Kini Virus Corona Justru Melonjak di Korea Selatan, Tertinggi Sejak April
• Donald Trump dapat Surat Misterius dari Perawat Wuhan, Singgung Medis Amerika Serikat dan China
Komisi Kesehatan Nasional juga melaporkan kenaikan double digit di seluruh dunia dalam 10 hari, dengan 14 kasus yang telah terkonfirmasi.
Dalam keterangan komisi kesehatan nasional, dua dari 14 kasus yang terkonfirmasi merupakan kasus impor, dan berasal dari luar negeri.
Virus corona itu pertama kali merebak di Wuhan, kota yang menjadi salah satu jantung industri dan transpotasi di kawasan pusat China, pada Desember 2019.
Sejak saat itu, Virus Corona tersebut menjangkiti negara lain, di mana saat ini sudah ada empat juta orang yang terinfeksi di seluruh dunia.
Kemudian dilansir AFP, virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu sudah membunuh sekitar 270.000 orang, dan menghantam ekonomi global.
Adapun di China, patogen yang mengakibatkan penyakit Covid-19 tersebut menginfeksi 82.901, dengan korban meninggal terkonfirmasi 4.633.
Pemerintah China langsung menerapkan aturan tegas, yakni memberlakukan lockdown yang dimulai dari Wuhan, kemudian menjalar ke seluruh Provinsi Hubei, pada 23 Januari.
Kemudian karena kasus penularan dan korban meninggal terus menurun, otoritas pusat memutuskan mencabut karantina wilayah pada akhir Maret.
Namun setelah satu bulan pasca-pencabutan lockdown, yang ditandai dengan pertunjukan lampu, ibu kota Provinsi Hubei itu kembali melaporkan adanya infeksi.
Pemerintah China mendapat kritikan baik dari dalam maupun luar negeri, dikarenakan mereka dianggap meremehkan berbahayanya virus tersebut.
Selain itu, pemerintahan Presiden Xi Jinping juga dituding menyembunyikan berbagai informasi wabah ketika pertama kali muncul.
Seorang pejabat kesehatan terkemuka setempat pada Sabtu (9/5/2020) mengatakan, pandemi itu menyingkap "kekurangan" pada sistem kesehatan China.
• Klaim Negara Ini Temukan Jamu Anti Virus Corona, Parlemen di Indonesia Justru Impor dari China
Update covid-19 di Dunia
Jumlah orang yang terinfeksi Virus Corona sampai dengan hari ini masih terus menunjukkan peningkatan.
Melansir data dari Worldometers, tercatat sebanyak 4,1 juta orang terinfeksi Virus Corona hingga Minggu (10/5/2020).
Jumlah kematian akibat virus yang menyerang saluran pernapasan tersebut mencapai 280.431. Sementara pasien yang sembuh mencapai 1.439. 842.
Berikut ini 10 negara di dunia dengan jumlah kasus terbesar:
Amerika Serikat: 1.346.771 kasus, 80.027 kematian, dan 237.022 sembuh.
Spanyol: 262.783 kasus, 26.478 kematian, dan 173.157 sembuh.
Italia: 218.268 kasus, 30.395 kematian, dan 103.031 sembuh.
Inggris: 215.260 kasus, 31.587 kematian.
Rusia: 198.676 kasus, 1.827 kematian, dan 31.916 sembuh.
Perancis: 176.658 kasus, 26.310 kematian dan 56.038 sembuh.
Jerman: 171.324 kasus, 7.549 kematian dan 143.300 sembuh.
Brazil: 155.939 kasus, 10.627 kematian dan 61.685 sembuh.
Turki: 137.115 kasus, 3.739 kematian dan 89.480 sembuh.
Iran: 106.220 kasus, 6.589 kematian dan 85.064 sembuh
• Setelah Tuding China Biang Kerok Virus Corona, Amerika Serikat Cium Aroma Konspirasi dengan Rusia
Kasus di Amerika Serikat
Melansir dari Aljazeera, Minggu (10/5/2020), Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat akan membeli susu, daging, dan berbagai produk peternakan dan pertanian karena angka pengangguran yang meningkat.
Sementara itu, mantan Presien AS Barack Obama telah mengeluarkan kritikan pedas terkait penanganan Trump terhadap pandemi.
Ia menyebut penanganan Trump sebagai ‘bencana yang kacau’.
Dalam sebuah bocoran web yang didapat Yahoo News, Obama mendesak para mantan staf untuk bergabung dengannya dalam demonstrasi di belakang Joe Biden, yang saat ini bersiap untuk pemilihan presiden pada November.
"Apa yang kami lawan adalah tren jangka panjang yang memenuhi kehidupan Amerika di mana keegoisan, kesukuan, terpecah, dan orang lain terlihat sebagai musuh," kata Obama.
Hal itulah yang menurutnya menjadi penyebab respons Amerika terhadap krisis global sangat buruk.
Perancis
Melansir dari Aljazeera, Minggu (10/5/2020), Presiden Donald Trump mengatakan bahwa Amerika Serikat akan membeli susu, daging, dan berbagai produk peternakan dan pertanian karena angka pengangguran yang meningkat.
Sementara itu, mantan Presien AS Barack Obama telah mengeluarkan kritikan pedas terkait penanganan Trump terhadap pandemi.
Ia menyebut penanganan Trump sebagai ‘bencana yang kacau’.
Dalam sebuah bocoran web yang didapat Yahoo News, Obama mendesak para mantan staf untuk bergabung dengannya dalam demonstrasi di belakang Joe Biden, yang saat ini bersiap untuk pemilihan presiden pada November.
"Apa yang kami lawan adalah tren jangka panjang yang memenuhi kehidupan Amerika di mana keegoisan, kesukuan, terpecah, dan orang lain terlihat sebagai musuh," kata Obama.
Hal itulah yang menurutnya menjadi penyebab respons Amerika terhadap krisis global sangat buruk.
• Jumlah Kasus Covid-19 dari Klaster Magetan Meningkat, Dinkes Kaltim Minta Pelaku Perjalanan Melapor
Spanyol
Korban kematian harian di Spanyol turun menjadi 179 pada Sabtu (9/5/2020).
Angka tersebut menjadi angka kematian harian terendah kedua dari yang dilaporkan sejak pertengahan Maret.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sancez mengingatkan bahwa lockdown yang telah dilakukan selama dua bulan ini akan menjadi sia-sia apabila orang-orang tidak mematuhi aturan jarak sosial.
“Kita harus hidup dengan virus, itu sebabnya kita harus memperkuat sistem perawatan kesehatan kita dan memperkuat kemampuannya," kata dia.
Korea Utara
Presiden China Xi Jinping mengirim surat kepada pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, yang berisi dukungan Beijing terhadap Korea Utara dalam perang melawan Virus Corona.
Mengutip surat Xi, pemerintah China mengatakan sangat prihatin dengan situasi di Korea Utara dan kesehatan rakyatnya.
Pesan dukungan itu muncul sehari setelah Kim Jong Un memberikan selamat kepada Xi Jinping atas penanganannya terhadap pandemi dan sangat mengapresiasi kemenangannya dalam melawan virus.
(*)
IKUTI >> Update Virus Corona