Kemenaker Beber Harus TKA China yang Instal Smelter di Konawe, Professor Teknik Indonesia Tak Bisa

Kemenaker beber harus TKA China yang instal smelter di Konawe, Professor Teknik Indonesia tak bisa

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Warta Kota/Henry Lopulalan
Ilustrasi. Smelter Nikel Sulewesi Mining Investement (SMI) yang baru diresmikan oleh Presiden Jokowi di Morowali, Sulewesi Tenggara ( Sultra ), Jumat (29/5/2015). Berikut ini 5 fakta seputar polemik rencana kedatangan 500 TKA China, dari Ketua DPRD Sultra yang siap pimpin aksi menolak hingga pernyataan Luhut 

TRIBUNKALTIM.CO - Kemenaker beber harus TKA China yang instal smelter di Konawe, Professor Teknik Indonesia tak bisa.

Sekitar 500 Tenaga Kerja Asing atau TKA Asal China diperkirakan masuk ke Konawe, Sulawesi Tenggara, Juli nanti.

Gubernur Sultra Ali Mazi yang sebelumnya tegas menolak masuknya TKA China di masa pandemi Virus Corona, akhirnya berubah sikap.

Sementara, Kementrian Tenaga Kerja atau Kemenaker memastikan TKA China yang masuk ke Konawe merupakan tenaga ahli dan teknisi.

Sebanyak 500 tenaga kerja asing (TKA) China yang didatangkan ke Indonesia dan bekerja di pabrik smelter Konawe, Sulawesi Tenggara merupakan tenaga ahli profesional.

Bukan Senjata Api, Pemukul Jarak Dekat Militer China Buat Puluhan Tentara dan Kolonel India Tewas

 Kabar Buruk Virus Corona Meningkat di Surabaya, Wilayah Risma Harus PSBB Lagi?

 Rasio Tracing Covid-19 di Surabaya Terendah di Jatim, Gugus Tugas Jatim Ngenes, JK Ingatkan Hal Ini

Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Binapenta) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Aris Wahyudi.

" TKA China yang datang itu levelnya profesional, engineer dan teknisi," ujarnya ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (18/6/2020).

Alasan pemerintah menyetujui masuknya TKA China tersebut karena keahliannya dibutuhkan oleh kedua perusahaan.

Yaitu PT Virtue Dragon Nickel Industry dan PT Obsidian Stainless Steel sebagai pengaju permohonan kepada pemerintah melalui Kemenaker.

"Ini ibaratnya baru pembangunan pabrik atau instalasi infrastruktur pabrik maka dibutuhkan para tenaga kerja China itu.

Karena bahasanya (di mesin) smelter atau produk-produk China, cuma China yang tahu.

Mau orang Indonesia, sekalipun profesor teknik enggak bakalan bisa," jelas Aris lagi.

Kendati demikian, Aris memastikan tenaga kerja lokal akan mendampingi serta mempelajari keahlian dari para TKA China itu, selama proses pembangunan smelter.

Nantinya, tenaga kerja Indonesia yang akan mengelola perusahaan tersebut ketika sudah beroperasional penuh serta memahami teknologi asal China itu.

"Ini nanti ada tenaga pendampingnya dari Indonesia, di-handle nanti sama orang Indonesia, kemudian TKA China itu balik kanan," ucapnya.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved