Mencuat Jadi Calon Kapolri Pengganti Idham Azis, Sosok Ini Sebut Listyo Sigit Tak Nyaman Disanjung
Mencuat jadi calon Kapolri pengganti Idham Azis, La Nyalla Mattalitti sebut Listyo Sigit Prabowo tak nyaman disanjung usai tangkap Djoko Tjandra
TRIBUNKALTIM.CO - Namanya mencuat jadi calon Kapolri pengganti Idham Azis, Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti sebut Listyo Sigit Prabowo tak nyaman disanjung setelah penangkapan Djoko Tjandra.
Isu seputar calon Kapolri pengganti Jenderal Idham Azis terus mencuat selepas penangkapan Djoko Tjandra.
Nama yang paling santer muncul adalah Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo lantaran keberhasilannya menangkap Djoko Tjandra di Malaysia.
• Selain Sigit, Ini 7 Nama Menguat Calon Kapolri versi IPW, Banyak Akpol 88, Kisah Tito Bisa Terulang?
• Jenderal Eks Ajudan Jokowi Berhasil Tangkap Djoko Tjandra, Listyo Sigit Disebut Layak Jadi Kapolri
• Idham Azis Bocorkan Dua Hal yang Dimiliki Djoko Tjandra Jadi Sulit Ditangkap, Kapolri: Harus Sabar
Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia atau MAKI, Boyamin Saiman, menilai sosok Listyo Sigit Prabowo layak menjadi pengganti Kapolri Idham Aziz yang akan memasuki masa pensiun.
Pernyataan tersebut kemudian ditangapi oleh politisi Partai Gerindra Fadli Zon melalui akun medsosnya dengan cuitan, “O ingin jadi Kapolri?,” tulisnya.
Bukan tanpa alasan Boyamin Saiman, menyebut Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo layak menjadi suksesor Kapolri Idham Azis.
Sebab Listyo Sigit Prabowo terbukti berhasil menangkap seorang buroanan kasus pengalihan hak tagih utang atau cessie Bank Bali, Djoko Tjandra.
Melansir Kompas TV, Boyamin mengatakan, Kabareskrim Listyo Sigit Prabowo merasa jengkel terkait kasus pelarian Djoko Tjandra.
Sampai-sampai dia bertaruh dengan orang lain untuk bisa menangkap Djoko Tjandra atau tidak.
“Ada informasi dari teman-teman kepolisian, Kabareskrim itu saking jengkelnya bertaruh dengan orang lain untuk bisa menangkap atau tidak, itu berarti jengkel betul,” kata Boyamin dalam wawancara dengan Kompas TV di Jakarta, Kamis (30/7/2020) malam.
Pada Kamis (30/7/2020), Kabareskrim Listyo Sigit Prabowo akhirnya berrhasil membuktikan bahwa dirinya bisa menangkap Djoko Tjandra di Malaysia dengan bantuan polisi setempat.
“Ini menunjukkan tekadnya untuk mengobati rasa sakit kita, rasa malu kita," tutur Boyamin.
“Ini artinya dia (Kabareskrim) menang taruhan.”
Boyamin menyebut Kabareskrim Listyo Sigit telah lulus dalam ujian karena berhasil menangkap seorang Djoko Tjandra.
Itu sebabnya, Boyamin menilai, bahwa Komjen Listyo Sigit Prabowo layak menjadi Kepala Kepolisian Republik Indonesia atau Kapolri untuk menggantikan Jenderal Idham Azis yang akan memasuki masa pensiun.
“Saya mengatakan dia (Kabareskrim) layak menjadi Kapolri,” kata Boyamin.
Boyamin menjelaskan, kasus pelarian Djoko Tjandra yang melibatkan jenderal di Bareskrim disebut-sebut untuk menghantam Kabareskrim karena persaingan calon Kapolri.
Sebab, karena munculnya kasus tersebut, Listyo Sigit Prabowo dianggap tak layak menjabat Kapolri karena dinilai gagal mengantisipasi bawahannya yang turut bermain membantu buronan.
Namun, hal tersebut dijawab dengan keberaniannya yang menetapkan anak buahnya di Bareskrim, yakni Brigjen Prasetijo Utomo, sebagai tersangka karena terlibat membantu pelarian Djoko Tjandra.
“Saya fair saja, jika kasus ini dijadikan untuk menghantam Kabareskrim jadi Kapolri, saya mengatakan sebaliknya, dia layak jadi Kapolri,” ujar Boyamin.
• Anak Buah Listyo Sigit di Bareskrim Polri Disorot, Terkait Pertemuan Jaksa Pinangki & Djoko Tjandra
Tak Nyaman Disanjung
Maraknya pemberitaan seputar penangkapan buronan terpidana kasus Cessie Bank Bali Djoko Tjandra yang diikuti dengan glorifikasi sejumlah pendapat, mengenai kepantasan sosok Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo, turut ditanggapi Ketua DPD RI La Nyalla Mattalitti.
Menurut La Nyalla Mattalitti menjadi kandidat kuat pengganti Kapolri Jenderal Idham Azis dianggap terlalu dini.
Di sela reses sebagai Senator Dapil Jawa Timur di Surabaya, kepada sejumlah wartawan, La Nyalla menyatakan di UU Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian disebut dengan jelas, Kapolri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR.
Bahkan bila dalam 20 hari, DPR belum memberikan pendapat, sesuai hukum yang berlaku, dianggap menyetujui.
“Artinya siapa suksesor Pak Idham sepenuhnya ada di tangan Presiden.
Karena memang regulasinya begitu. Gak perlu kita 'goreng' kasus penangkapan Djoko Tjandra dengan suksesi Kapolri," kata La Nyalla Mattalitti, Minggu (2/8/2020).
Iapun mengakui Listyo Sigit Prabowo sejatinya tak nyaman dengan pemberitaan yang terus mengaitkannya sebagai suksesor Idham Azis di pucuk pimpinan Polri.
Saya tahu persis sikap Pak Sigit ( Listyo Sigit Prabowo ), saya yakin dia malah tidak nyaman disanjung-sanjung begitu, apalagi diidentikkan dengan suksesor Kapolri,” tegas LaNyalla, Minggu (2/8/2020).
Ditambahkan La Nyalla Mattalitti, justru yang harus mendapat apresiasi adalah Kapolri.
Pasalnya Idham Azis dengan cepat menjalankan perintah Presiden Jokowi dengan membentuk tim.
Sedangkan Kabareskrim Listyo Sigit Prabowo hanya kebetulan memimpin perintah Idham Azis itu.
“Jadi, applause-nya untuk Kapolri dan Tim Mabes Polri. Bukan dipersonifikasi ke orang.
Itu kan kerja tim. Dan ingat, masih ada terpidana dan DPO lain yang berkeliaran entah di mana.
Ini juga pekerjaan rumah semua instansi terkait," ungkap La Nyalla Mattalitti.
Ditanya mengenai adanya pernyataan dari Senator DPD RI yang mendukung Kabareskrim untuk menjadi kandidat Kapolri, La Nyalla Mattalitti menyatakan itu hak Senator untuk menyampaikan pendapat pribadi.
"Karena di DPD, 136 Senator dari 34 provinsi di Indonesia punya hak dan dijamin untuk menyampaikan pendapat.
Apalagi berkaitan dengan kepentingan daerahnya.
Tetapi itu belum tentu menjadi sikap lembaga," tuturnya.
• Polri Diminta Periksa Suami Jaksa Pinangki yang Seorang Perwira Polisi Terkait Kasus Djoko Tjandra
Nama calon Kapolri versi IPW
Sebelumnya, IPW telah mengeluarkan 8 daftar nama terkuat pengganti Idham Azis.
Nama-nama itu muncul berdasarkan hasil pendataan dari figur-fitur yang sering disebut dalam bursa calon Kapolri di kalangan internal kepolisian.
"Kedelapan nama itu sering dijagokan kelompok atau alumninya."
"Yang menarik, dari kedelapan nama itu tidak ada satu pun dari kubu BG (Budi Gunawan)." ungkap Neta S Pane beberapa waktu lalu.
"Hal ini disebabkan kader kader bintang tiga dari kubu BG berada di luar Polri," jelasnya.
"Biasanya sangat sulit bagi jenderal yang sudah bertugas di luar Polri untuk masuk ke internal Polri, apalagi untuk masuk bursa calon Kapolri," sambungnya.
Berikut ini kedelapan nama yang menjadi kandidat terkuat pengganti Idham Azis dan alasannya versi IPW:
1. Kabaharkam Komjen Agus Andrianto yang dijagokan alumni Akpol 98 dan dekat dengan keluarga besan Presiden Jokowi.
2. Kabaintelkam Komjen Rycko yang dijagokan sebagian Akpol 88 karena Adimakayasa dan pernah menjadi ajudan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
3. Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar yang dijagokan sebagian Akpol 88 karena sangat populer saat menjadi Kepala Divisi Humas Polri dan dianggap sebagai kuda hitam.
4. Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo dijagokan karena sangat dekat dengan Jokowi dan kerap disebut sebagai geng Solo.
5. Kapolda Metro Jaya Irjen Nana Sudjana dijagokan karena sangat dekat dengan Jokowi dan kerap disebut sebagai geng Solo.
6. Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Lufthi yang dijagokan karena sangat dekat dengan Jokowi dan kerap disebut sebagai geng Solo.
7. Kapolda Jawa Timur Irjen Fadil Imran dijagokan Akpol 91 karena sangat dekat dengan Kapolri Idham Azis.
8. Komjen Gatot Eddy Pramono dijagokan karena jabatannya sebagai Wakapolri.
(*)