Detik-detik Kyai Nahdlatul Ulama Wafat 1 Jam Usai Tuntun Istri Ucap Syahadat Saat Sakaratul Maut
Detik-detik Kyai Nahdlatul Ulama Wwfat 1 jam usai tuntun sang istri ucap Syahadat saat sakaratul maut,
TRIBUNKALTIM.CO - Detik-detik Kyai Nahdlatul Ulama Wwfat 1 jam usai tuntun sang istri ucap Syahadat saat sakaratul maut.
Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan kehilangan seorang Kyai besar.
Yang menarik, Kyai bernama M Idrus Makkawaru ini wafat satu jam setelah istrinya meninggal dunia.
Saat istrinya sakaratul maut, sang Kyai sempat menuntun istrinya mengucap kalimat Syahadat.
Kabar duka datang dari Sulawesi Selatan.
Kyai NU Bantaeng, M Idrus Makkawaru (76 tahun) wafat, Minggu (16/8/2020) malam.
• Adian Napitupulu Bongkar Ciri Partai Politik di Tubuh KAMI, Refly Harun Bereaksi, Lalu Tersenyum
• Update Pencairan BLT Karyawan Swasta Rp 600 Ribu, Masih Ada Waktu, Cek Namamu Terdaftar atau Tidak
• Dukung Polisi, Gubernur Bali Sebut Jerinx Cengeng, Coba Gagalkan Upaya Pemerintah Putus Covid-19
• Ke Karni Ilyas di ILC, eks Panglima TNI Bocorkan Alasan Kritik Pemerintah, Ada Sumpah 38 Tahun Lalu
Kyai Idrus meninggal 1 jam seusai menuntun Syahadat Sakratul Maut sang istri tercinta.
Pak Kyai dan istrinya St Sanibah Binti Haruna (74 tahun) berpulang ke Rahmatullah di Katangka, Gowa, perbatasan Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (16/8/2020), malam.
Meninggalnya Kyai Idrus, membawa duka mendalam bagi keluarga dan para kerabat termasuk kepala Kementerian Agama Kabupaten Bantaeng, Muhammad Yunus.
"Almarhum sosok ulama yang telah menorehkan keteladanan dalam kehidupan," kata Muhammad Yunus kepada TribunBantaeng.com, Senin, (17/8/2020), malam.
Di matanya, Kyai adalah panutan yang benar dalam melaksanakan ibadah sebagai umat Islam.
Walaupun usianya yang sudah senja akan tetapi, ibadah tak putus dijalankan. Tadarus Alquran setiap hari didengungkan.
"Sosok panutan yang benar istikamah dalam ibadah hingga di usianya yang sudah senja masih mampu tadarus Alquran hingga 10 juz setiap hari," ujarnya.
Selama 11 tahun memimpin Departemen Agama Bantaeng tahun 1989 hingga 2000, menyimpan kesan yang sangat baik bagi keluarga besar kementerian agama pada masanya.
Di akhir kalimat Yunus menyampaikan duka citanya yang mendalam atas meninggalnya sosok Kyai Idrus.
"Kementerian Agama kehilangan tokoh, di tengah duka cita mendalam ini teriring doa semoga almarhum husnul khotimah hingga almarhum dapat menikmati segala kebaikannya semasa hidup di alam kubur. Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin," ucapnya.
• Bursa Transfer Liga Italia, Lukaku Bisa Merapat ke Real Madrid, Milan Lepas Saingan Theo Hernandez
Diketahui, Sang Kyai meninggal hanya berselang 1 jam 25 menit, setelah menuntun Syahadat sakratul maut istri keduanya.
Istri meninggal pukul 20.00 Wita, seusai mereka salat jamaah Isya.
Dan sang Kyai meninggal dunia, berselang 90 menit kemudian, sekitar 21.30 Wita.
“Pak Kyai ini, sepertinya memang sudah janjian, tak akan meninggalkan istrinya,” kata Haji Muhammad Jaelani, Ketua PC Nahdlatul Ulama Bantaeng, kepada Tribun.
Pasangan jenazah ini sempat disemayamkan di rumah duka, Perumahan Gowa Residence, tak jauh dari rumah salah seorang anaknya, di Kompleks Katangka, Gowa.
Di rumah duka, dua jenazah disandingkan.
Jenazah Pak Kyai ditutup dengan batik merah marun dan Alquran di bagian dada.
Sedangkan janazah istrinya dibungkus dengan batuk motif cokelat.
Jenazah pasangan suami istri ini dibawa ke Bantaeng, usai salat subuh.
Jaelani menceritakan, almarhum sejak sepeninggal istri pertamanya, Hj Sitti Djawiah, 6 tahun lalu, Kyai Idris memilih bermukim di Makassar.
• Bukan Menakuti, Jakarta Bersiap Kasus covid-19 Besar, Anies Baswedan: We Dont Know What We Dont Know
Saat Pak Kyai menikah, usia Sanibah sudah 68 tahun.
Dia ditemani St Sanibah Binti Haruna, yang juga masih kerabat mendiang isri pertamanya.
Dari istri pertama, Pak Kyai dikaruniai lima anak; tiga pria dua wanita.
Sedangkan dari mendiang istri terakhirnya, Pak Kyai tak dikaruniai anak.
“Pak Kyai menikah enam tahun lalu, agar ada teman ngobrol, teman ngaji, bangunkan sahur,” kata Jaelani, yang juga Kabag Tata Usaha Kantor Kemenag Bantaeng.
Almarhum menjabat Ketua Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Bantaeng periode 1995-2005.
Almarhum adalah guru madrasah dengan jabatan terakhir Kepala Kantor Departemen Agama (Kakandepag) Bantaeng tahun 1989 sampai tahun 2000.
Kyai Haji Idrus Makkawaru dilahirkan di Bantaeng, 8 Juli 1944, atau setahun sebelum Kemerdekaan RI.
Pak Kyai menamatkan sekolah Guru Agama di PGA Makassar tahun 1951.
• Bagikan di WhatsApp, Doa Akhir dan Awal Tahun Baru Islam 1 Muharram 1422 H, Arab dan Latin
Lalu meraih gelar sarjana muda tahun 1956 dan strata satu tujuh tahun kemudian di IAIN Alauddin Makassar.
Pak Kyai merintis karier sebagai guru agama di madrasah Bantaeng tahun 1961. Tahun 1980 hingga 1989 diamanatkan sebagai Kasubag TU Kandepag Bantaeng.
Saat itu, Pak Kyai masih aktif mengajar di madrasah, berdakwah di pelosok Bantaeng, Bulukumba, dan Jeneponto.
Tahun 1989 hingga 2000, Pak Kyai juga menjabat Kakandepag Bantaeng.
Almarhum meninggalkan lima anak, Dr H Achamd Mujahid MAg, putra kedua Dr Achmad Musyahid MAg, dosen di Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar.
• Tampil di ILC, eks Panglima TNI Bongkar Rasa Sakit Hatinya, Gatot Nurmantyo: Kami Tak Mau Diam Saja
Putri ketiga dan keempat Pak Kyai adalah Muwahidah Idri SAg, Nurabidah Idrus Mpd, dan si bungsu Akhmad Mujaddin Idrus S.Si.
Semua anak almarhum adalah alumnus pesantren di Sulsel.
(*)
Artikel ini bersumber dari TribunnewsWiki.com https://www.tribunnewswiki.com/2020/08/19/kabar-duka-Kyai-nu-bantaeng-meninggal-dunia-1-jam-setelah-istrinya-berpulang?page=all