TERKUAK Penyebab Semburan Lumpur Kawah Oro-oro Kesongo Blora, Ahli Singgung Mud Vulcano, Dampaknya?

Terungkap, fenomena semburan lumpur bercampur gas di kawah Oro-oro Kesongo, Blora pada Kamis (27/8/2020) pagi rupanya bukan kali pertama terjadi.

Editor: Doan Pardede
Instagram/@bloraupdates
SEMBURAN LUMPUR BLORA - Viral video semburan lumpur dan gas di Blora tepatnya di Kawah Oro-oro Kesongo 

TRIBUNKALTIM.CO -  Penyebab terjadinya semburan lumpur dan gas di kawah Oro-oro Kesongo, Blora akhirnya terkuak.

Terungkap, fenomena semburan lumpur bercampur gas di kawah Oro-oro Kesongo, Blora pada Kamis (27/8/2020) pagi rupanya bukan kali pertama terjadi.

Sebelumnya, fenomena serupa semburan lumpur dan gas di kawah Oro-oro Kesongo, Blora  juga pernah terjadi.

Kepala cabang Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah wilayah Kendeng Selatan, Teguh Yudi Pristiyanto mengungkapkan kejadian serupa juga terjadi pada 2013 silam.

Lokasi Semburan Lumpur Gas di Sepinggan Dijaga Polsek Balikpapan Selatan, Warga Dilarang Mendekat

Fakta Lengkap Semburan Lumpur dan Gas dari Sumur Warga di Lamongan, Punya Potensi Mudah Terbakar

Semburan Lumpur dan Gas Dari Sumur Hebohkan Warga di Lamongan, Sempat Terdengar Ledakan Dua Kali

Ini Penjelasan Pertamina Terkait Materail Semburan Lumpur di Sepinggan Balikpapan, Cek Daya Ledak

Menurut dia semburan lumpur dan gas di kawah Oro-oro Kesongo, Blora adalah campuran gas dan lumpur.

"Warga keracunan karena menghirup kandungan gas. Fenomena tersebut terjadi secara alami bukan akibat pengeboran sumur," kata Teguh saat dihubungi Kompas.com melalui ponsel.

Dari hasil penelitian pada fenomena serupa yakni semburan lumpur dan gas di kawah Oro-oro Kesongo, Blora penah terjadi pada 2013 silam, penyebab terjadinya semburan gas bercampur lumpur karena adanya gunung api lumpur atau mud volcano, merupakan sebuah fenomena ekstrusi cairan seperti hidrokarbon dan gas seperti methane.

Kawah lumpur panas Kesongo di kawasan Kesatuan Pemangku Hutan atau KPH Randublatung, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah menyembur dashyat, Kamis (27/8/2020) pagi.
SEMBURAN LUMPUR BLORA - Kawah lumpur panas Kesongo di kawasan Kesatuan Pemangku Hutan atau KPH Randublatung, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah menyembur dashyat, Kamis (27/8/2020) pagi. (Dokumen Babinsa Gabusan)

"Ini fenomena mud volcano. Hal serupa pernah terjadi di tahun 2013 dan di titik yang sama. Sore ini sudah berhenti dan kami meluncur ke sana," ungkap Teguh saat menanggapi perihah semburan lumpur dan gas di kawah Oro-oro Kesongo, Blora tersebut.

• BLT Karyawan Swasta Ditransfer Hari Ini, Yang Belum Dapat Masih Bisa Setor Rekening ke BPJamsostek

• Amien Rais Bongkar Sosok Pemberi Perintah Pembakaran Gedung Kejaksaan Agung, Respon ST Burhanuddin

Untuk diketahui kawah lumpur panas Kesongo di kawasan Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Randublatung, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah menyembur dahsyat, Kamis (27/8/2020) pagi.

Ledakan lumpur di Petak 141 RPH Padas BKPH Trembes tersebut bahkan getarannya terasa hingga radius 1 kilometer.

Kawasan Kesongo sendiri adalah keunikan fenomena alam setempat berupa hamparan tanah luas yang terkadang muncul semburan lumpur menyerupai fenomena Bledug Kuwu di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan.

Kepala Desa Gabusan, Parsidi, mengatakan, semburan lumpur kesongo kali pertama muncul pada pagi sekitar pukul 05.30 WIB dengan bunyi dentuman yang memekikkan telinga.

Getarannya terasa hingga di permukiman di radius 1 kilometer.

"Ini yang paling tinggi semburannya dan keras suara dentumannya. Pertama semburan hingga belasan meter dan kemudian mereda," kata Parsidi.

Babinsa Gabusan , Serka Jatmiko menyampaikan, dalam peristiwa itu empat orang warga Desa Gabusan dilaporkan keracunan.

• Presiden Erdogan Umumkan 8 Anak Muda Indonesia Ikut dalam Penemuan Cadangan Migas Terbesar di Turki

• Di Mata Najwa Mahfud MD Bongkar Trik MAKI Dapat Foto Rahasia: Boyamin Suka Hubungi Istri Jaksa

Mereka diduga keracunan akibat menghirup gas dari semburan lumpur Kesongo saat sedang menggembala kerbau di dekat lokasi semburan.

"Empat warga, Marno, Sukimin, Kadis dan Warino diduga keracunan gas dan dilarikan ke Puskesmas terdekat," kata Jatmiko.

Tak hanya itu, sambung dia, sebanyak 19 ekor kerbau milik warga juga dilaporkan terjebak hingga terkubur akibat fenomena semburan lumpur dan gas di kawah Oro-oro Kesongo, Blora tersebut

Saat kejadian, belasan ekor kerbau tengah digembalakan di dekat lokasi semburan lumpur kesongo.

"Baru satu ekor ditemukan dalam kondisi selamat," ujar Jatmiko.

Sejarah lumpur Lapindo

Masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Timur, pernah dihebohkan dengan lumpur dan gas keluar dari perut bumi.

Lumpur dan gas keluar dari perut bumi di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, pada 29 Mei 2006 lalu.

Meski sudah belasan tahun berselang, luapan lumpur dan gas dari perut bumi atau yang akrab disebut Lumpur Lapindo itu, masih belum berhenti.

Dalam kurun waktu tersebut, sekitar 40 ribu orang terpaksa harus pindah, apa itu lumpur Lapindo?

Sebab, luapan Lumpur Lampindo mengubur belasan desa di sekitarnya.

NASA membagikan foto-foto perubahan yang terjadi di sekitar lokasi Lumpur Lampindo dalam beberapa tahun terakhir.

Tahun 2005 sebelum terjadi bencana luapan lumpur panas Sidoarjo.

#1

Citra satelit memperlihatkan kawasan Sidoarjo pada 11 Maret 2005 atau sebelum terjadi luapan lumpur panas
Citra satelit memperlihatkan kawasan Sidoarjo pada 11 Maret 2005 atau sebelum terjadi luapan lumpur panas (Earth Observatory NASA)

3 Septermber 2006

Citra satelit memperlihatkan kawasan Porong, Sidoarjo pada 3 September 2006
Citra satelit memperlihatkan kawasan Porong, Sidoarjo pada 3 September 2006 (Earth Observatory NASA)

Tahun 2007

Citra satelit memperlihatkan kawasan Porong, Sidoarjo pada 10 Februari 2007
Citra satelit memperlihatkan kawasan Porong, Sidoarjo pada 10 Februari 2007 (Earth Observatory NASA)

Beberapa kampung bahkan ada yang tenggelam oleh endapan lumpur setinggi 40 meter.

Setelah 13 tahun berlalu, bagaimanakah kondisi luapan lumpur panas sidoarjo sekarang?

Berikut ini merupakan penampakan kawasan bencana lumpur panas Sidoarjo difoto dari luar angkasa dari wahana Landsat 8.

Citra Landsat 8 memperlihatkan kawasan luapan lumpur panas sidoarjo pada 11 Juni 2019
Citra Landsat 8 memperlihatkan kawasan luapan lumpur panas sidoarjo pada 11 Juni 2019 (Earth Observatory NASA)

Berdasarkan gambar yang diambil pada 11 Juni 2019 tersebut, terlihat ada warna cokelat gelap yang menandakan luapan baru, lumpur cair ini berada di permukaan.

Tampak juga warga cokelat muda yang merupakan luapan lama dengan permukaan yang keras karena sudah mengering.

Lapisan ini sudah cukup kuat jika dipijak.

Pada tahun-tahun awal letusan, lumpur mengalir ke rumah-rumah, pabrik, jalan raya, dan tanah pertanian.

Sekarang menyebar dilokalisir dalam jaringan tanggul, kolam retensi, dan saluran distribusi yang membentuk kotak persegi panjang di sekitar lubang erupsi utama.

Saluran itu mengarahkan lumpur ke kolam penampung di utara dan selatan. Volume besar lumpur kemudian dibuang ke Sungai Porong, yang mengalir ke timur menuju Laut.

Perstiwa ini banyak menarik minat para peneliti.

Banyak ilmuwan yang telah mempelajari Lusi (lumpur sidoarjo) berpikir pengeboran eksplorasi untuk gas alam lah yang menjadi pemicu letusan.

Lainnya berpendapat bahwa gempa bumi yang terjadi dua hari sebelum letusan juga memainkan peran yang lebih penting.

Segera setelah itu, ada beberapa upaya untuk menghentikan aliran lumpur. Perusahaan gas memompa lumpur dan semen ke sumur eksplorasi.

Para ahli memasukan ribuan rantai bola semen kecil ke dalam lubang untuk mencoba menghentikannya.

Sementara lainnya membangun tanggul tanah dalam upaya untuk mengarahkan lumpur, namun lumpur terus mengalir

Lebih dari 13 tahun setelah letusan dimulai, sekitar 80.000 meter kubik (3 juta kaki kubik) lumpur masih mengalir dari Lusi setiap hari.

Jumlah ini cukup untuk mengisi 32 kolam berukuran Olimpiade.

Itu keluar dari 180.000 meter kubik selama arus puncak Lusi, tetapi itu masih cukup tinggi, jelas ahli geologi Universitas Oslo Adriano Mazzini .

Para ilmuwan juga tidak setuju tentang apa yang membuat letusan Lusi berumur panjang.

Mark Tingay, seorang ahli geologi di University of Adelaide, berpikir proses tektonik baru saja terjadi.

Hal itu untuk mengatur situasi di mana Lusi dapat menarik dari reservoir air yang luar biasa besar dan hangat yang berada di bawah tekanan yang sangat tinggi.

"Sejumlah besar cairan bertekanan tinggi ini terperangkap, sampai kemudian segel yang menahannya hancur," katanya.

"Apa yang kami lihat adalah air bertekanan tinggi dilepaskan dari waktu ke waktu," tambahnya.

Mazzini berpendapat bahwa Lusi terhubung ke gunung berapi yang berada di dekatnya.

Ini menyediakan cukup sumber energi yang stabil.

"Beberapa penelitian kami, termasuk survei geokimia gas dan air dan tomografi sekitar," katanya.

"Jelas menunjukkan bahwa kompleks vulkanik terdekat dan sistem pipa Lusi terhubung melalui sistem patahan pada kedalaman sekitar empat kilometer," sambung dia.

Terlepas dari perbedaan pendapat tentang apa yang memicu letusan dan apa yang menopangnya, banyak ilmuwan memprediksi bahwa Lusi akan tetap memuntahkan lumpur untuk waktu yang lama.

"Saya tidak akan terkejut melihatnya berlanjut selama beberapa dekade," kata Michael Manga, seorang ahli geologi di University of California, Berkeley. (Earth Observatory NASA)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Semburan Gas Campur Lumpur di Blora adalah Mud Volcano, Pernah Terjadi pada 2013 dan  di Tribunmadura.com dengan judul Foto-Foto Perbandingan Lumpur Lapindo Sidoarjo Tahun 2006 hingga 2019 Dilihat dari Luar Angkasa

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved