Bekantan di Konservasi Mangrove Tarakan Tewas Tersengat Listrik, Sisa 40 Ekor
Bekantan di Konservasi Mangrove Tarakan pernah mati tersengat listrik. Hewan endemik Kalimantan itu tersengat lantaran acap kali bermain di luar area
TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN - Bekantan di Konservasi Mangrove Tarakan pernah mati tersengat listrik.
Hewan endemik Kalimantan itu tersengat lantaran acap kali bermain di luar area konservasi.
Hal itu diungkapkan Petugas Lapangan Wisata Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan, Sujatmiko, Minggu (30/8/2020).
Kendati demikian sebenarnya tingkat kematian bekantan di kawasan konservasi ini relatif sedikit.
Dalam satu tahun terakhir bekantan yang mati hanya ada dua ekor.
"Untuk kematian memang ada (2 ekor) beberapa waktu yang lalu, itu pun matinya karena tersengat listrik. Karena dia biasa main sampai ke luar. Tapi itu sudah kita konfirmasi ke PLN dan PLN menanggapi. Jadi baru-baru ini dahan-dahan yang menjulur keluar yang ke kabel itu sudah dipangkas. Jadi kalau lihat di areal sana itu ada bekas pemangkasan itu," ujarnya, Minggu (30/8/2020).
Untuk diketahui, bekantan yang ada di kawasan konservasi beberapa didatangkan dari luar kota.
Jumlah mereka sampai sekarang tersisa 40 ekor.
"Itu kita datangkan dari Berau. Betina 6 ekor itu, lah, ditambahkan ke sini untuk mempercepat jumlah populasinya dan ternyata berhasil. Jadi itu lah yang berkembang biak sampai sekarang. Kalau untuk penambahan lagi sepertinya ndak, karena dari jumlah yang ada dan dibandingkan sama luas kawasannya itu sudah memadai," katanya.
• PLTD Maratua Berau Belum Beroperasi Karena Terkenda Izin, Ini Langkah Ketua DPRD Kaltim
• Niat Puasa Senin Kamis, Lengkap Beserta Arti dan Ragam Manfaat Jalankan Ibadah Ini untuk Kesehatan
• BURUAN! Cara Mendapatkan Kuota 30 GB Tri 24 Jam Sebulan Cuma Rp 1, Batas Pendaftaran 31 Agustus 2020
Dijelaskannya, dari 40 ekor itu terbagi menjadi 2 kelompok bekantan; Cesar dan Bruno.
Pemberian nama kelompok ini guna mempermudah petugas dalam pengawasan dan pengamatan perkembangan bekantan.
"Jadi Cesar dan Bruno itu nama pemimpinnya di setiap kelompok. Kalau untuk Bruno itu dia lebih tua usianya dibanding Cesar," ucapnya.
Dari kedua kelompok ini, ia menyebutkan kelompok Cesar lah yang mendominasi di kawasan konservasi ini.
"Kalau untuk jumlahnya Cesar itu 20 lebih, sekitar 26 sampai 27 gitu. Sisanya, ya, kelompoknya Bruno," sebutnya.
Sementara bekantan yang menderita sakit, Miko katakan hal itu jarang terjadi, kalaupun ada bekantan yang sakit, para petugas pun akan bertindak cepat berkoordinasi dengan Dinas terkait.
"Makanya di belakang itu sudah kita siapkan juga karantina, jadi kalau misalnya ada hewan-hewan yang sakit itu nanti kita taruh di situ. Nah setelah itu kita berkoordinasi sama dinas peternakan untuk merawat bekantan itu," ucapnya.
(TribunKaltim.co/Risnawati)