Pilkada Bontang
Daftar Pilkada Bontang, 2 Pasangan Bakal Calon Beber Konsep Tangani Resesi Ekonomi Indonesia
Siapa pun yang keluar jadi pemenang Pilkada Bontang 2020 mengemban tugas berat.
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Budi Susilo
Bagi mereka salah satu jalan keluar menjauh dari krisis ekonomi tak lain dengan fokus terhadap pemberdayaan masyarakat lokal.
"Ekonomi yang terpuruk yang mau kita ubah. Tanya ke pasar, berapa pendapatan mereka? Sangat turun sekali. Kita ingin merubah ekonomi lebih baik. Dimana 1 sen pun APBD keluar untuk kepentingan masyarakat," ujar mantan Walikota Bontang.
Menurutnya APBD Bontang harus tetap berputar di dalam Kota Bontang, bukan banyak keluar ke luar wilayah. Salah satu instrumennya dengan mengaplikasikan ke dalam pemberdayaan masyarakat. Baik dalam program UKM, pendidikan dan kesehatan.
"Kita ingin daya beli masyarakat tumbuh berkembang. Contoh, kita baju beli di luar misal Rp15 miliar, maka yang menikmati Rp15 miliar adalah orang luar. Kalau kita bikin baju di sini, hanya sediakan kain, kita berdayakan penjahit lokal, maka uang mereka dapat," urainya.
"Bisa saja Rp5 miliar bahannya, Rp10 miliar di dalam Bontang. Itu yang beredar. Penjahit dapat, dia ke pasar, orang pasar ke nelayan dan petani, inilah perputaran siklus ekonomi," sambungnya.
Bacalon wakilnya, Basri Rase menegaskan pihaknya bakal fokus membangun sumber daya manusia ketimbang infranstruktur.
"Masalah mengatasi krisis ekonomi. Kami komitmen, bahwa APBD kami lebih banyak ke masyarakat, ketimbang bangun infranstruktur," tegasnya.
Penguatan produksi lokal jadi jawaban menghadapi ancaman resesi, ungkap Basri Rase. Dalam bayangannya seluruh aparatur pemerintah wajib mengenakan produk-produk lokal buatan warga Bontang dalam bekerja.
Di samping itu menurutnya perlu dibangun sentra-sentra UKM di Bontang dalam rangka pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Pun dengan meningkatkan pendapatan aparatur baik PNS maupun non PNS.
"Maupun perangkat lain seperti RT, guru ngaji, guru swasta. Agar daya beli bisa tinggi. Tinggi pendapatan, tinggi daya beli. Kurang pendapatan maka pasti daya beli berkurang," tuturnya.
(Tribunkaltim.co/Fachri)