Gerakan 30 September
Nasib Keluarga DN Aidit Usai G30S/PKI, Istrinya Bersandiwara, Anaknya Melihat 'Gantung Aidit'
Nasib keluarga DN Aidit usai G30S/PKI, istrinya bersandiwara, anaknya melihat 'Gantung Aidit'.
TRIBUNKALTIM.CO - Nasib keluarga DN Aidit usai G30S/PKI, istrinya bersandiwara, anaknya melihat 'Gantung Aidit'.
Nama Dipa Nusantara (DN) Aidit menjadi perbincangan di tahun 1945.
Pada tahun itu DN Aidit terpilih menjadi anggota Central Comitee (CC) PKI pada Kongres PKI.
Selanjutnya, Aidit terpilih juga menjadi Sekretaris Jenderal PKI.
DN Aidit sebagai pemimpin PKI membuat partai tersebut menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia setelah Uni Soviet dan Tiongkok.
Perjalanan DN Aidit sebagai pemimpin tak terlepas dari pengalaman pendidikan yang melatarbelakanginya.
Baca juga: G30S/PKI - Kesaksian Putri DI Panjaitan, Kejamnya PKI Membunuh sang Ayah, Ditembak hingga Diseret
Baca juga: Polri Larang Nobar Film G30S/PKI, PA 212 Tak Tinggal Diam, Mahfud MD: Tonton di YouTube Kapan Saja
Baca juga: Kisah Lettu Pierre Tendean, Korban Kekejian G30S/PKI, Sempat Ditugaskan Jadi Mata-mata di Malaysia
Baca juga: TAK MAIN-MAIN! Soal Nobar Film G30S/PKI, Ini Penegasan Polisi Soal Izin Keramaian di Tengah Covid-19
Dilansir dari Wikipedia, pria kelahiran Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, 30 Juni 1923.
DN Aidit merantau ke Jakarta dan meninggalkan tanah kelahirannya pada tahun 1940.
Pada masa kecilnya, Aidit mendapatkan pendidikan Belanda.
Ayahnya, Abdullah Aidit, ikut serta memimpin gerakan pemuda di Belitung dalam melawan kekuasaan kolonial Belanda, dan setelah merdeka sempat menjadi anggota DPRS mewakili rakyat Belitung.
Abdullah Aidit juga pernah mendirikan sebuah perkumpulan keagamaan, "Nurul Islam", yang berorientasi kepada Muhammadiyah.