KAMI Disorot Moeldoko, Din Syamsuddin Tak Tinggal Diam, Represif & Otoriter Sudah Ketinggalan Zaman
KAMI disorot Moeldoko, Din Syamsuddin tak tinggal diam, represif & otoriter sudah ketinggalan zaman
"Kita tidak perlu menyikapi berlebihan sepanjang masih gagasan-gagasan.
Sepanjang gagasan itu hanya bagian dari demokrasi, silakan," kata dia.
Baca juga; Webinar Womenpreneur PHKT, Bukti Eksistensi Perempuan Wujudkan Kemandirian Ekonomi
Baca juga; BREAKING NEWS Calon Walikota Bontang Adi Darma Meninggal, Sempat Dirawat Karena Positif covid-19
Namun, mantan Panglima TNI ini juga menegaskan, negara juga mempunyai perhitungan dalam menempatkan antara demokrasi dan stabilitas.
"Kalkulasinya sekarang sih, masih biasa saja.
Tidak ada yang perlu direspon berlebihan.
Tetapi manakala itu sudah bersinggungan dengan stabilitas dan mulai mengganggu, saya ingatkan kembali.
Negara punya kalkulasi.
Untuk itu ada hitung-hitungannya," ujarnya.
KAMI adalah gerakan yang diinisiasi sejumlah tokoh seperti mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, dan Ketua Khittah Nahdlatul Ulama (NU) 1926 Rochmad Wahab.
Gerakan ini dideklarasikan di Tugu Proklamasi, Jakarta pada 18 Agustus lalu atas keprihatinan melihat kondisi bangsa saat ini.
• Lengkap, Hasil Playoff Liga Eropa, AC Milan Susah Payah Adu Penalti, Tottenham Hotspurs Pesta Gol
Baru-baru ini, KAMI menggelar acara di sejumlah daerah seperti Surabaya dan Karawang, namun mendapat penolakan massa serta dibubarkan aparat kepolisian.
Polisi beralasan acara yang digelar KAMI tidak berizin dan dianggap bisa menjadi sarana penyebaran covid-19.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Din Syamsuddin: Kritik KAMI Ciptakan Instabilitas atau Pemerintah Anti-Kritik?", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2020/10/02/08564371/din-syamsuddin-kritik-kami-ciptakan-instabilitas-atau-pemerintah-anti-kritik.