TERKUAK! Motif dan Alasan Relawan Jokowi Laporkan Najwa Shihab ke Polisi Hingga Somasi Trans7

TERKUAK! Motif dan alasan relawan Jokowi laporkan Najwa Shihab ke polisi hingga somasi Trans7.

Kolase Tribunkaltim.co/ Tribunnews.com/Igman Ibrahim
Bukan tanpa dasar dan alasan Ketua Umum Relawan Jokowi Bersatu Silvia Devi melaporkan wartawan senior Najwa Shihab ke Polda Metro Jaya. Najwa Shihab yang merupakan alumnus Universitas Indonesia (UI) itu dinilai melukai perasaan pendukung Jokowi, hal itu diungkapkan Silvia Dewi di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (6/10/2020). 

TRIBUNKALTIM.CO - TERKUAK! Motif dan alasan relawan Jokowi laporkan Najwa Shihab ke polisi hingga somasi Trans7.

Bukan tanpa dasar dan alasan Ketua Umum Relawan Jokowi Bersatu Silvia Devi melaporkan wartawan senior Najwa Shihab ke Polda Metro Jaya.

Najwa Shihab yang merupakan alumnus Universitas Indonesia (UI) itu dinilai melukai perasaan pendukung Jokowi, hal itu diungkapkan Silvia Dewi di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (6/10/2020).

Silvia yang mengaku sebagai ketua relawan yang membawahi barisan pendukung Jokowi pada 21 provinsi dan 174 kota di seluruh Indonesia itu tersinggung dengan apa yang dilakukan Najwa Shihab.

Para pendukung Jokowi diklaim Silvia tersinggung dengan wawancara kursi kosong yang dibawakan Najwa Shihab.

"Wawancara kursi kosong Najwa Shihab melukai hati kami sebagai pembela presiden karena Menteri Terawan adalah representasi dari Presiden Joko Widodo," kata Silvia.

Refly Harun Beber Sulitnya Moeldoko dan Gatot Nurmantyo Nyapres 2024, Cek Hitung-Hitungan Politiknya

LINK Live Streaming ILC TV One, Karni Ilyas Ulas Kematian Pasien Covid-19, Tengok Tudingan Moeldoko

Kode Redeem Free Fire TERBARU 6 Oktober 2020, Klaim Sebelum Habis, Ada Elite Pass Anubis Legend II

Silvia mengatakan pihaknya menduga Najwa Shihab telah melanggar pasal tentang cyber bullying.

Menurutnya, parodi wawancara kursi kosong Menteri Kesehatan Terawan sebuah tindakan yang melawan hukum.

"Tindak pidananya cyber bullying. Karena narasumber tidak hadir kemudian diwawancarai dan dijadikan parodi. Parodi itu suatu tindakan yang tidak boleh dilakukan kepada pejabat negara khususnya menteri. Karena beliau adalah representasi dari Presiden Joko Widodo," jelasnya.

Memperingati Hari Guru Dunia Maskapai ini Promo 21.000 Tiket Pesawat Gratis untuk Guru, Ini Caranya

Sebelum Membeli, Ini Perbandingan Harga dan Spesifikasi Lengkapnya Oppo A93 Vs Oppo A92, Pilih Mana?

Silvia juga menuding wawancara kursi kosong adalah preseden buruk dalam profesi jurnalis.

Sebaliknya, dirinya tidak ingin tindakan yang dilakukan Najwa Shihab menjadi inspirasi jurnalis lainnya.

"Kami hanya ingin perlakuan yang dilakukan oleh Najwa Shihab di depan jutaan rakyat Indonesia tidak berulang dilakukan oleh wartawan lain atau tidak ditiru. Pada akhirnya kami memutuskan membuat laporan pada polisi," tuturnya.

Tahukah Anda, Inilah 5 Destinasi yang Paling Jarang Dikunjungi di Dunia, Salah Satunya Vanuatu

Simpan Sabu di Saku Celana, Seorang Sopir di Samarinda Ditangkap

Tak hanya Najwa Shihab, relawan Jokowi juga akan melayangkan somasi terhadap Trans 7 sebagai saluran televisi yang menayangkan acara tersebut.

Mereka juga akan melaporkan kasus ini ke Dewan Pers.

Pengamat: Citra Positif Jatuh dan Rusak

Advokat sekaligus pengamat kebijakan publik, Azas Tigor Nainggolan, menyesalkan aksi Najwa Shihab mewawancarai kursi kosong Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto.

Menurutnya, apa yang dilakukan Najwa justru mencederai citra positif yang sudah tersemat.

"Saya menyesalkan apa yang dilakukan oleh Najwa dalam wawancara dengan kursi kosong itu, cara itu justru menjatuhkan dan merusak citra positif acara Mata Najwa dan Najwa Shihab secara pribadi sebagai jurnalis," ungkap Tigor kepada Tribunnews, Jumat (2/10/2020).

Menurut Tigor, menolak hadir dalam undangan program wawancara hal wajar bagi pejabat publik.

Terlebih jika calon narasumber merasa tidak aman dan tidak nyaman.

Sebagai seorang aktivis sosial, advokat, dan pengamat kebijakan publik, Tigor mengaku memiliki banyak pengalaman diundang sebagai narasumber oleh media massa elektronik.

"Sebagai narasumber, saya tidak selalu memenuhi undangan wawancara terhadap diri saya, seperti waktu tidak cocok atau saat berbenturan dengan acara lain," ungkap Tigor.

Tigor juga mengungkapkan penolakan bisa dilakukan karena ada indikasi wawancara yang memiliki maksud tertentu.

"Ada juga penolakan saya lakukan karena saya curiga, mendapat informasi dan dugaan atau indikasi wawancara tersebut hanya menggunakan saya untuk menjatuhkan orang lain atau ingin memojokan saya sebagai pribadi atau seorang aktivis," ungkapnya.

Menurut Tigor, indikasi atau informasi tambahan mudah didapat di berbagai media dan dapat digunakan calon narasumber saat membuat keputusan.

"Atau biasanya juga pihak produser atau tim kreatif acara yang mengundang saya itu akan bertanya dulu tentang sikap saya terhadap isu tertentu. Jika sikap saya pro atau kontra, dan sesuai kepentingan produser maka saya akan diundang untuk menjadi narasumber acara wawancara yang disiapkan," katanya.

Tigor berpendapat, cara pendekatan mengenai kepentingan tertentu sudah lazim dan banyak menjadi patokan pemilik acara atau produser acara talkshow.

"Sehingga seorang narasumber yang 'terjebak' akan jadi sasaran dan permainan di acara wawancara tidak sehat juga tidak etis," ungkapnya.

Tigor menyebut kondisi dan pengalaman ini banyak membuat pejabat publik, tokoh publik atau narasumber harus hati-hati menerima undangan sebagai narasumber sebuah acara wawancara.

"Jika si calon narasumber merasa tidak nyaman dan tidak aman atau curiga maka akan menolak bahkan melawan apabila terus dipaksa untuk hadir," ungkap Tigor.

Tigor menambahkan, jika tujuan undangan tersebut benar baik dan tidak patut dicurigai, seharusnya produser atau pemilik acara terus meyakinkan narasumber agar mau hadir.

"Jangan cepat putus asa, emosi, dan memojokkan narasumber yang menolak, menggantikannya dengan kursi kosong serta mempermalukannya," ungkap Tigor.

Tigor membagikan cerita jika dirinya sering menolak dan akan menolak undangan jika acara tersebut sudah disusun untuk kepentingan menghantam dirinya atau menggunakan dirinya untuk menghantam pihak lain.

"Ya jika kita atau saya merasa tidak nyaman dan tidak aman, sebagai manusia, sebagai calon narasumber maka akan menolak agar tidak membahayakan dirinya serta pekerjaannya," ungkapnya.

Tigor juga menilai beredarnya informasi yang menyebut Menkes Terawan sudah mengirimkan Dirjen Kemenkes sebagai penggantinya.

Jika hal tersebut benar, Tigor menilai sudah ada itikad baik dari Terawan.

"Jika benar Najwa Shihab menolak Dirjen yang diutus dan menukar kehadiran menteri kesehatan Terawan dengan kursi kosong, memperkuat dugaan indikasi undangan acaranya tidak nyaman atau tidak aman," ungkap Tigor. (*)

 Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Sesalkan Najwa Shihab Wawancarai Kursi Kosong Terawan, Pengamat: Citra Positif Jatuh dan Rusak, https://www.tribunnews.com/nasional/2020/10/02/sesalkan-najwa-shihab-wawancarai-kursi-kosong-terawan-pengamat-citra-positif-jatuh-dan-rusak?page=all.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Datangi Polda Metro Jaya, Relawan Jokowi Ungkap Alasan Ingin Polisikan Najwa Shihab, https://www.tribunnews.com/nasional/2020/10/06/datangi-polda-metro-jaya-relawan-jokowi-ungkap-alasan-ingin-polisikan-najwa-shihab.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved