Melihat Potensi Padi Apung di Desa Tanpa Daratan, Muara Enggelam

Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kutai Kartanegara merupakan desa tanpa daratan. Desa ini sedang mengembangkan padi apung.

Editor: Mathias Masan Ola
HO/Diskominfo Kukar
Padi Apung di Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kutai Kartanegara. (HO/Diskominfo Kukar) 

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONGDesa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kutai Kartanegara merupakan desa tanpa daratan. Desa ini sedang mengembangkan padi apung.

Dari Tenggarong, jika ingin ke Desa Muara Enggelam, kita harus menuju Kecamatan Muara Muntai terlebih dahulu.

Melalui jalur darat, memakan waktu sekitar 3 jam.

Setiba di Muara Muntai, kita harus menuju dermaga, hanya jalur air, tepatnya melintasi sungai dan danau untuk bisa mencapai Muara Enggelam.

Dari Muara Muntai ke Desa Muara Enggelam, menggunakan perahu long boat, memakan waktu sekitar satu jam untuk tiba di sana.

Baca juga: Gelar Kampanye Andi Harun-Rusmadi, Sekaligus Peresmian Buku Berjudul Rusmadi Anak Karang Mumus

Baca juga: NEWS VIDEO Viral Video Emak-emak Kawal Mobil Ambulans, Sopir Ambulans: Disuruh Ikut Dibelakangnya

“Di Kalimantan, ini yang pertama ( mengembangkan padi apung),” kata Ketua Gapoktan Kelurahan Panji Husturi, di Desa Muara Enggelam, belum lama ini.

Husturi memaparkan, ada beberapa metode penanaman padi. Di lahan basah, ditanam di sawah, area kering ada padi gunung, dan padi apung, seperti yang ada di Muara Enggelam.

“Pertama kali kami coba itu, ukuran lahan padi apung 1,2 meter. Berhasil pada 2018 lalu,” kata Husturi.

Namun, karena bahan untuk membuat lahan padi di atas apung hampir semua tidak tersedia di Muara Enggelam, membuat warga masih enggan untuk menjalankan potensi tersebut.

“Tahun 2020 ini, kita coba lagi. Dengan luasan 2,6 meter persegi. Asumsinya, setiap satu meter persegi 1 bisa menghasilkan 12 kilo per tahunnya,” kata Husturi.

Kelebihan padi apung, kata Husturi, lahan digunakan secara menyeluruh, beda dengan padi di sawah.

“Kendalanya, semua bahan tidak ada di Muara Enggelam. Mulai dari bambu, tanah, hingga daun.
Tapi kalau mau berusaha bisa. Saat air surut, itu waktu yang pas untuk mengambil tanah,” ungkapnya.

Apalagi, di Muara Enggelam yang merupakan tanah gambut, tanahnya lebih ringan, unsur hara lebih baik.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved