RSKD Balikpapan Gelar Webinar Jaga Kesehatan Jasmani, Selama Masa Adaptasi Kebiasaan Baru
Kebiasaan baru dalam melakukan aktivitas sehari-hari juga perlu diimbangi dengan kecukupan asupan nutrisi dan aktifitas fisik yang seimbang.
Penulis: Heriani AM | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Kebiasaan baru dalam melakukan aktivitas sehari-hari juga perlu diimbangi dengan kecukupan asupan nutrisi dan aktifitas fisik yang seimbang.
Karena itu, penting bagi masyarakat untuk bisa berdisiplin menjaga pola hidup sehat di kala pandemi saat ini.
Sebagian besar masyarakat di dunia sudah memiliki kebiasaan atau langkah-langkah baru untuk melindungi diri sendiri, keluarga maupun komunitasnya.
Dengan mulai memperhatikan betapa pentingnya rajin mencuci tangan, beradaptasi memakai masker saat bepergian, tidak bersalaman atau berpelukan dan menjaga jarak saat beraktivitas di luar rumah.
Namun tidak sedikit mitos berkembang di masyarakat soal pola hidup yang baik selama pandemi. Lewat webinar Menjaga Kesehatan Jasmani di Era Adaptasi Kebiasaan Baru yang digelar RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan, Sabtu (7/11) lalu, topik ini dikupas tuntas.
Webinar ini digelar dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke-56 tahun melalui video meeting Zoom, juga disiarkan di kanal YouTube RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo.
Martin Ayuningtias, Dokter Spesies Gizi Klinis di RSKD Balikpapan sebagai salah satu narasumber menjelaskan, banyak informasi di masyarakat kemudian berkembang seiring pandemi berlangsung. Dengan kebenaran yang belum tentu akurat.
"Salah satu mitos yang berkembang di masyarakat, untuk menjaga tetap tidak sakit adalah makan banyak. Jika ini terus berlangsung, yang muncul akhirnya adalah obesitas. Dan rentan terhadap infeksi penyakit," urai Martin.
Makanan yang disarankan, adalah jenis yang mengandung vitamin A, B6, C, D, E, zinc, selenium, tembaga, iron, protein (glutamin) memperbaiki respon tubuh dalam melawan mikroba dan peradangan berlebihan.
Lalu, ultra processed food (rendah nutrisi), tidak variatif, western diet (banyak daging merah gula rafinasi, rendah buah) menekan sistem imun.
"Microbiome memegang peranan penting dalam fungsi imun. Prebiotik yakni serat dan oligosakarida yang akan menjaga koloni sehat dari bakteri, dan probiotik yakni bakteri yang bermanfaat," jelasnya.
Kasi P2 Penyakit Menular Dinas Kesehatan kota (DKK) Balikpapan dr. I Dewa Gede Dony Lesmana, mewakili Kepala Dinas Kesehatan Andi Sri Juliarty, turut membahas soal perkembangan kluster keluarga di masa pandemi. Yang dinilai sangat rentan di era new normal ini.
"Di awal munculnya wabah ini, digembar-gemborkan bahwa anak kebal akan virus. Cukup susah untuk terinfeksi Covid-19. Namun kenyataannya, pasien anak juga cukup banyak," jelasnya.
Di Balikpapan, kasus khusus anak per 6 November dari usia 0-5 tahun sebanyak 82 orang, 6-10 tahun 71 orang, dan 11-18 tahun 137 orang.
Pemerintah lalu mengambil kebijakan belajar online di rumah. Demi keselamatan anak. Sehingga disimpulkan golongan usia berapapun, berisiko terinfeksi virus corona.
Klaster keluarga juga banyak ditemui, yakni mereka yang terpapar, menularkan pada anggota keluarganya. Juga masih ditemui pasien Covid-19 yang melakukan isolasi di rumah.
Hal ini dapat menimbulkan risiko terbentuknya kluster keluarga. Untuk mewaspadai itu, pemerintah membentuk lokasi isolasi mandiri di Asrama Haji.
Klaster keluarga bisa berkembang, pertama melalui sebaran droplet yang berasal dari percikan saat batuk, bersin, bahkan berbicara.
Kedua, menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi virus, serta ketiga, melalui ventilasi atau sirkulasi udara yang buruk.
Untuk mencegah perkembangan klaster keluarga. I Dewa menjelaskan, masyarakat harus menggunakan masker dengan benar, menjaga jarak minimal satu meter, mencuci tangan di air mengalir atau dengan hand sanitizer.
"Hindari kerumunan di luar rumah atau aktivitas dalam rumah yang mengakibatkan adanya interaksi jarak dekat satu sama lain, serta tingkatkan dan jaga imunitas tubuh dengan PHBS," pungkasnya. (*)