Virus Corona di Balikpapan
Seorang Pria di Balikpapan Mencari Cacing Sutera di Sungai Dam yang Keruh, Imbas Corona
Setiap pagi, dengan motor Honda Astrea hitam, Pak Rohim siap menuju Sungai Dam, 3 Km arah barat dari rumahnya, di Jalan MT Haryono, Kelurahan Damai
Penulis: Maulana Ilhami Fawdi | Editor: Mathias Masan Ola
Dulu, Pak Rohim berjualan Pentol Goreng di sekitar Balikpapan Baru. Berangkat sore hari mulai pukul 15:00 hingga malam pukul 22:00.
Namun, imbas pandemi Covid-19, pekerjaan berjualan Pentol yang sudah ia tekuni lebih dari sepuluh tahun ini harus ditinggalkan.
“Sebelumnya saya jualan pentol goreng, awal-awal Corona, jualan sulit, sudah tidak balik modal.
Begitu Corona, semakin malam semakin ga laku, ya sudahlah cari yang lain, masa kalau ga laku dikejar terus, gimana mau bayar kontrakan?” keluh bapak kelahiran Kota Malang 39 tahun lalu.
Mencari cacing di sungai bukanlah perkara mudah. Tak hanya berhadapan dengan bau lumpur yang tak sedap, seringkali ia pulang dengan kekecewaan, karena lumpur hitam yang dikumpulkannya hanya menghasikan sedikit cacing sutra.
“Pernah suatu kali, dapat 2 gelas cacing, satu jeriken cuma 2 gelas,” jelasnya.
Tak hanya hasil yang mengecewakan, Pak Rohim beranggapan bila pekerjaan mencari cacing juga pekerjaan yang menyengsarakan.
“Cari cacing itu sengsara, kerja dari pagi sampai siang, paling pol dapat 5Kg, dikali Rp.30.000/Kg dapat Rp.150.000, apa cukup buat bayar ini itu? Buat jajannya anak-anak?” keluhnya.
Baca juga: NEWS VIDEO Siswa SMP di Balikpapan Meninggal Usai Ujian Daring, Pihak RSUD Beri Tanggapan
Baca juga: Terima 20 Laporan Pelanggaran, Hanya 12 yang Diregistrasi Bawaslu Kutim
Namun pekerjaan ini harus ia lakukan, untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya yang harus dipenuhi setiap hari.
"Kerja ini, sekarang kalau pilih-pilih ga dapat uang, selama di Balikpapan saya kerja apa saja,” tuturnya.
Meskipun berat dan kadang penuh kekecewaan, Pak Rohim tetap semangat untuk mencari cacing, mengingat biaya hidup di Balikpapan hari ini yang serba mahal.
“Hanya satu aja tidak bayar di Balikpapan, buang ingus saja, yang lainnya bayar, kencing saja bayar, di sini serba mahal,” ujar Pak Rohim sambil tertawa.
Di tengah pandemi Covid-19, adaptasi menjadi kata kunci untuk bertahan hidup, beralih pekerjaan sepanjang baik dan mampu memenuhi kebutuhan rumah tangga bisa dilakukan, seperti yang Pak Rohim jalani dengan mencari cacing sutra.
(TribunKaltim.Co/Maulana Ilhami Fawdi)