Kisah Unik dari Nunukan Selain Mahalnya Harga BBM, Teras Rumah Warga di Indonesia, Dapur di Malaysia
Selain tingginya harga BBM di Nunukan, masih ada kisah unik seputar kehidupan warga di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Malaysia tersebut
TRIBUNKALTIM.CO - Nunukan, sebuah Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara ( Kaltara) menjadi trending topic Twitter pada, Senin (21/12/2020).
Pantauan TribunKaltim.co, yang menjadi sorotan saat Nunukan menjadi trending topic adalah berita Kompas.com tentang harga bahan bakar minyak (BBM) dan seorang politisi salah menyebutkan lokasi Kabupaten Nunukan.
Sang politisi dalam cuitannya menyebutkan bahwa Nunukan ada di Pulau Jawa, tak ayal, cuitannya ini menjadi sorotan dari para warganet.
Bicara soal harga BBM di Kabupaten Nunukan, memang terbilang cukup tinggi, yakni mencapai Rp 35 ribu per liter.
Baca juga: Jam Tayang dan Trailer Ikatan Cinta Malam Ini 21 Desember 2020, Janji Al pada Andin, Elsa Ketakutan
Baca juga: UPDATE Cara dan Link untuk Mengecek Bantuan UMKM di https://eform.bri.co.id/bpum dan eform bri.co.id
Baca juga: Video Syur 19 Detik, Saran Pakar Cocokkan Gambar Gisel 3 Tahun Lalu, Saat Jadi Istri Gading Marten
Baca juga: RESMI! Login eform.bri.co.id/bpum/ eform.bni.co.id Cek Penerima BPUM Tahap 2, Cara Pendaftaran BPUM
Warga di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan harus antre berjam-jam untuk membeli BBM seharga Rp 35 ribu per liter tersebut.
Hal ini terjadi karena sulitnya mendapatkan BBM dalam sebulan belakangan ini di Krayan.
BBM harga Rp 35 ribu ini, menurut Camat Krayan, Haberly, merupakan BBM jenis Pertalite yang dijual oleh pedagang lokal.
“Selain di APMS dan SPBU, warga di Krayan juga kadang mengantre BBM jenis Pertalite yang dijual oleh pedagang lokal, seharga Rp 35 ribu,” kata Haberly kepada TribunKaltara.com, melalui telepon seluler, Minggu (20/12/2020), pukul 14.00 Wita.
Meskipun mahal, BBM harga Rp 35 ribu per liter ini, kata Haberly tetap dibeli warga.
"Selama ini ada pedagang lokal juga menjual pertalite yang disuplai dari Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan. Masyarakat di sini, mahal pun tetap beli, namanya kebutuhan,” kata Haberly.
“Tapi tidak banyak, satu minggu satu kali flight untuk 1,2 ton saja. Pesawat yang dicarter sama juga. Jadi sulit untuk atur jadwal pesawat di sini," kata Haberly melanjutkan.
