Pengamat Ungkap Kementerian Mana Saja Potensial Diganti, Berharap Jokowi Tak Kurangi Jatah Parpol
Soal isu reshuffle kabinet, ada banyak spekulasi beredar di tengah publik tentang siapa yang akan dicopot dan siapa yang akan menggantikan.
Baca juga: LENGKAP Ucapan Hari Ibu 2020, Kata-kata atau Ucapan Selamat Hari Ibu Nasional 2020, Gambar dan Puisi
Pos-pos tersebut, menurut pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, merupakan pos yang bertanggung jawab atas kondisi-kondisi yang dampaknya dirasakan secara langsung oleh masyarakat di tengah pandemi Covid-19 ini.
Sebenarnya, hal itu bukan berarti pos kementerian yang lain tidak memiliki catatan buruk.
Hanya saja, keempat pos yang disebutkan sebelumnya sangat berkaitan erat dengan permasalahan yang saat ini dirasakan masyarakat.
"Ekonomi, recovery-nya belum. Kesehatan, ini malah wabah semakin banyak di mana-mana. Pendidikan juga begitu, pendidikan malah sudah lama diusulkan, karena tidak ada kurikulum yang terintegrasi, baik itu di kuliah atau di sekolah-sekolah yang membuat masyarakat bingung, kuliah daring itu kan enggak gampang. Jangan bayangkan Indonesia itu seperti Jakarta semua," jelasnya.
Namun, itu adalah logika publik.
Sementara itu, logika politiklah yang sering kali digunakan dalam suatu reshuffle yang merupakan hak prerogatif Presiden.
Baca juga: Kelakuan Teddy Dibongkar Pihak Bank, Rizky Febian Pertanyakan Uang Rp 5 M Miliknya, Surat Kuasa Raib
Baca juga: LENGKAP Gambar Tulisan Hari Ibu 2020, Kata-kata Hari Ibu Bahasa Inggris dan Indonesia Menyentuh Hati
"Banyak logika dalam reshuffle itu yang sering kali sukar dinalar oleh logika publik. Banyak kejutan-kejutan yang kadang membuat masyarakat enggak ngerti basis dari reshuffle itu," kata dia.
Bisa jadi, menteri yang akan di-reshuffle justru mereka yang menduduki pos-pos yang tidak banyak disorot publik.
"Misalnya sehari dua hari ini kita mendengar yang bakal kena reshuffle itu (menteri) agama ataupun Kementerian Perdagangan," sebut Adi.
Kedua kementerian ini mungkin memang bermasalah, tetapi dampaknya tidak terlalu dirasakan atau bukan menjadi perhatian utama publik.
"Bahwa perdagangan kita babak belur, iya. Bahwa keagamaan kita masih banyak narasi isu-isu negatif, iya. Tapi, kan orang-orang saat ini yang dirasa ya ekonomi, kesehatan, pendidikan," tegasnya.
Waktu yang tepat