Berita Samarinda Terkini
Ingat Kampung Halaman, Walikota Syaharie Jaang Bangun Museum and Gallery Budaya Dayak di Batu Cermin
Waktu berharga bagi Walikota Samarinda Syaharie Jaang adalah saat bekerja dan beraktivitas bareng keluarga. Di sela aktivitasnya itu, orang nomor sat
Penulis: Nevrianto |
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA- Waktu berharga bagi Walikota Samarinda Syaharie Jaang adalah saat bekerja dan beraktivitas bareng keluarga.
Di sela aktivitasnya itu, orang nomor satu di Kota Samarinda ini membangun Lamin, tepatnya di kawasan Jalan Batu Cermin, Kecamatan Samarinda Utara.
Syaharie Jaang didampingi istrinya, Puji Setyowati kerap singgah di lamin utama, kemudian melihat tanaman maupun berolahraga jalan kaki di lahan perkebunan, sekitar Lamin N Gallery setiap pekan.
Baca juga: Pria Gantung Diri di Balikpapan, Warga Temukan Dalam Kondisi Masih Bernapas
Baca juga: Wagub Kaltim Hadi Mulyadi Bicara Kemungkinan Bencana Alam Besar di Kalimantan Timur
Baca juga: Sambutan Walikota Samarinda Terpilih, Andi Harun Puji Muhammad Barkati, Sebut Kesatria Politik

"Lamin saya namai Museum and Gallery Batu Cermin ( Budaya Dayak). Ada 2 bangunan lamin, yakni lamin utama gallery berisi sejumlah barang koleksi khas dengan luas bangunan 10x18 meter, kemudian musala, toilet, juga lamin berkamar dua luasnya kurang lebih sama ukurannya.
Bangunan lamin saya bangun guna mengingat kampung halaman saya di pedalaman kawasan Long Pahangai Mahakam Hulu," katanya.
Syaharie Jaang dengan ramah menunjukkan ruang Museum and Gallery Batu Cermin, mulai koleksi pernak-pernik adat, mandau khas dayak, tameng, aneka topi khas dayak di area seluas 3 hektare.
"Awal idenya Museum and Gallery ini, rancangan saya awali dengan coretan gambar, kemudian ide membangun Museum and Gallery Budaya Dayak tercetus. Kita juga menanam tanaman padi namun hanya untuk meramaikan, hasil panennya tak seberapa di area bagian bawah sisi belakang Museum and Gallery Budaya Dayak," tuturnya.
Syaharie Jaang menambahkan struktur bangunan, umumnya mayoritas dari kayu ulin.
"Tiang, pagar, tangga, dinding, pondasi semua mengambil kayu di kawasan sini, yakni kayu ulinnya dan lainnya. Saat saya membangun 2 tahun lalu jalan belum dibangun atau dicor. Kini alhamdulilah jalan sudah tersedia dicor," katanya
Khusus untuk ruang di bawah bangunan utama Museum And Gallery Budaya Dayak bisa digunakan untuk dapur tradisional .

"Saat ini masih pembenahan di bawah akan dipasang keramik yang sesuai. Kalau ada acara ulang tahun, Museum And Gallery bisa digunakan dengan membawa makanan dari sini untuk kegiatan. Memang masih ada beberapa fasilitas yang masih terus dipenuhi, terutama masuk ke dalam bangunan lamin," ujarnya.
Seperti diketahui, jalan mulus di kawasan Batu Cermin dari Museum And Gallery sekitar 1 kilometer, ada jalan yang masih pembenahan dan bisa tembus wilayah Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Yang tak kalah khas dari bangunan lamin Museum And Gallery Budaya Dayak, bila hendak masuk setiap pengunjung melintasi tangga terbuat dari kayu berukuran sekitar 4 meter.
"Setelah pengunjung naik di bangunan lamin, tangga di balik posisinya disandarkan di pondasi lantai berstruktur kayu ulin. Tujuannya supaya binatang buas tidak masuk ke lamin," ucap Syaharie Jaang.
Momen spesial di tengah pandemi 2020 adalah ketika Syaharie Jaang dan istri juga keluarga menyempatkan waktunya di bulan Ramadan.