Virus Corona

Masih Ingat Dokter Terawan? Diam-diam, Ternyata Mantan Menkes Bikin Vaksin Lawan Virus Corona

Masih ingat Dokter Terawan? Diam-diam, ternyata mantan Menkes ini bikin vaksin lawan Virus Corona ( Covid-19).

Editor: Syaiful Syafar
Tribunnews/Irwan Rismawan
Dokter Terawan Agus Putranto meninggalkan Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Selasa (22/10/2019). Diam-diam, ternyata mantan Menkes ini bikin vaksin lawan Virus Corona (Covid-19). 

TRIBUNKALTIM.CO - Masih ingat Dokter Terawan? Diam-diam, ternyata mantan Menkes ini bikin vaksin lawan Virus Corona ( Covid-19).

Lama tak terdengar, mantan Menteri Kesehatan ( Menkes) Terawan Agus Putranto ternyata bikin terobosan baru di tengah pandemi Covid-19.

Mantan Menkes yang sempat viral gegara kursi kosong Mata Najwa, kini tengah mengembangkan vaksin yang diberi nama Vaksin Nusantara.

Vaksin Nusantara buatan Dokter Terawan ini dipakai untuk melawan Virus Corona ( Covid-19).

Baca juga: Bukan Hanya Jokowi, Terawan Bocorkan Sosok Kunci Penanganan Covid-19 ke WHO, Tugasnya Tak Main-Main

Baca juga: Jokowi atau Terawan, Siapa Lebih Dipercaya soal Penanganan Covid-19? Hasil Survei: Presiden Stagnan

Dokter Terawan tak sendiri, ia mengembangkan Vaksin Nusantara tersebut bersama tim peneliti di laboratorium RSUP Kariadi Semarang, Jawa Tengah.

"Kami bersama-sama dengan teman-teman dari Aivita Biomedical Corporation dari Amerika Serikat dan juga dengan Universitas Diponegoro dan Rumah Sakit Kariadi Semarang ini bahu-membahu mewujudkan vaksin berbasis dendritic cell," kata Dokter Terawan saat diwawancarai KOMPAS TV.

Menurut Dokter Terawan, Vaksin Nusantara tersebut akan memberikan imunitas yang bisa bertahan lama.

"Dampaknya apa? Tentunya akan memberikan kekebalan terhadap Covid-19 dan karena ini sifatnya menjadi imunitas yang seluler tentunya akan bertahan lama, karena tingkatnya di sel bukan imunitas humoral tapi seluler," jelasnya.

Masuk Uji Klinis Fase II

Setelah melewati persiapan beberapa bulan, vaksin buatan anak negeri ini mulai dikembangkan sejak Desember dan selesai uji klinis fase I pada akhir Januari 2021.

Saat ini, pengembangan vaksin ini telah memasuki tahapan uji klinis fase II yang sudah berjalan mulai Februari 2021.

Dosen dan tim peneliti, Dr. Yetty Movieta Nency SPAK mengatakan, temuan vaksin tersebut menggunakan metode berbasis sel dendritik autolog yang bersifat personal.

Sel dendritik autolog sendiri merupakan komponen dari sel darah putih yang dimiliki setiap orang lalu dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-COV-2.

Kemudian, sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali.

Baca juga: 130 Negara Belum Kebagian Vaksin Corona, Sekjen PBB Sebut Dikuasai 10 Negara Kaya, Ini tak Adil

Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS COV-2.

"Posedurnya dari subyek itu kita ambil sel darah putih kemudian kita ambil sel dendritik. Lalu di dalam laboratorium dikenalkan dengan rekombinan dari SARS-COV-2. Sel dendritik bisa mengantisipasi virus lalu disuntikkan kembali. Komponen virus tidak akan masuk lagi ke tubuh manusia karena sel dendritik yang sudah pintar tadi," ujarnya saat ditemui di RSUP Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021), dikutip dari Kompas.com.

Ia menjelaskan, kelebihan dari Vaksin Nusantara ini selain aman karena melewati tahapan yang ketat dan panjang, juga bersifat personal.

"Aman karena memakai darah pasien sendiri dan memicu tubuh sendiri untuk menimbulkan kekebalan. Jadi Insya Allah halal karena tidak mengandung komponen lain seperti benda-benda atau binatang. Harganya juga murah diperkirakan sekitar 10 USD atau di bawah Rp 200.000 setara dengan harga vaksin-vaksin lainnya," ucapnya.

Bersifat Personal

Kelebihan lainnya, sel dendritik bersifat personal karena baru diproses setelah diambil dari masing-masing orang yang akan divaksin.

Hal itu dapat menghemat produksi massal yang berpotensi adanya stok sisa dan terbuang.

"Jadi pasien yang memang membutuhkan, baru dibuat maka akan menghindari adanya bahan-bahan dan stok yang tidak terpakai," katanya.

Baca juga: Akhirnya WHO Temukan Fakta Baru Asal Virus Corona Wuhan, China tak Tinggal Diam, Izin tak Diberikan

Selain itu, pengelolaan vaksin dinilai cukup sederhana dan efisien karena dapat memotong biaya penyimpanan dan pengiriman.

"Karena kan mahal sekali, vaksin harus ada cooler box kalau dipindahkan ke tempat lain harus diatur suhunya, peralatannya mahal jadi yang bisa dipotong alur-alur seperti itu sehingga pemberian vaksin personalize ketika ada pasien yang mau vaksin baru diambil darahnya kemudian diolah itu menjadi efisien," ujarnya.

Bisa jadi Alternatif

Ia mengungkapkan, Vaksin Nusantara bisa menjadi alternatif bagi pasien yang tidak masuk kriteria vaksinasi selama ini.

"Salah satu alternatif untuk orang-orang yang tidak bisa masuk kriteria vaksin karena banyak dengan penyakit berat. Misalnya kanker, dengan dendritik dimungkinkan bisa vaksin," lanjutnya.

Vaksin Nusantara rencananya akan diproduksi massal dari sel dendritik yang sudah diambil.

"Targetnya produksi massal sekitar jutaan dosis, sebanyak-banyaknya. Tapi yang penting lolos uji dulu. Untuk itu, mohon support dan doanya," tambahnya.

Baca juga: Takut Disuntik Vaksin Corona, Warga Satu Dusun Ini Nekat Bersembunyi di Hutan

Menurutnya, bahan baku pengolahan Vaksin Nusantara cukup mudah dan bisa dikirim ke beberapa fasilitas kesehatan.

"Kita harapkan metode ini bisa di-share ke beberapa tempat di Indonesia supaya bisa dibuat juga," ungkapnya.

Proses pengambilan sampel dendritik hingga menjadi vaksin, membutuhkan waktu sekitar seminggu. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.tv dengan judul Terawan Kembangkan Vaksin Corona Nusantara, Bisa Bertahan Lama, Aman, dan Murah

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved