Tahun Baru Imlek
Cap Go Meh 2021 - Sejarah Lontong Cap Go Meh, telah Ada Sejak 250 Tahun Lalu, Bedanya di Tiap Daerah
Cap Go Meh 2021, sejarah lontong cap go meh yang telah ada sejak 25o tahun lalu, bedanya di tiap daerah.
Dalam ingatan masyarakat Cina Peranakan, ronde adalah putih-kenyal-hangat dan terbuat dari nasi ketan.
Sedangkan realitas masyarakat Pulau Jawa dan hampir di seluruh Nusantara makanan utamanya adalah beras nasi.
Pembuatan ketupat atau lontong diperkirakan mengadopsi pembuatan bakcang (nasi ketan isi daging, jamur, ebi, telur, dan bumbu kacang yang dibungkus daun bambu/kelapa).
Dan, makanan opor sebagai pelengkap ketupat adalah modifikasi “sup ayam” Cina dan makanan berbumbu rempah yang dimiliki masyarakat lokal Jawa.
Dua jenis makanan ini dapat dipahami masih memiliki asosiasi dengan ronde.
Bola ketan ronde yang berwarna putih dan bertekstur lengket/kenyal memiliki kemiripan dengan warna dan tekstur ketupat/lontong.
Sementara itu, kuah jahe yang manis dan berempah digantikan oleh kuah santan berempah namun asin-gurih.
Konsep memori kolektif tentang makanan khas perayaan Cap Go Meh mendorong masyarakat Cina Peranakan di Pulau Jawa untuk mengingat dan membentuk kembali pengetahuan akan masa lalu dan juga konstruksi pengalaman masa kini.
Lontong cap go meh di pesisir Laut Jawa
Sementara itu pemerhati budaya China, Agni Malagina mengatakan lontong cap go meh sendiri hanya ditemukan di pesisir Laut Jawa.

Di daerah-daerah peranakan China lain seperti di Singkawang, Palembang, atau Bangka Belitung tak ada.
“Akulturasi di Bangka Belitung, Singkawang di Pontianak, memang baru-baru datang ke Nusantara pada abad ke-19 karena untuk mengisi tenaga kerja perkebunan dan tambang."
"Interaksi dan asimilasi di sana kurang mendalam dibandingkan imigran-imigran dari China ke Pulau Jawa,” jelas Agni dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Senin (6/2/2017).
Pada awalnya, Laksamana Cheng Ho pada Dinasti Ming tahun 1368-1644 masuk ke wilayah pesisir Laut Jawa di sisi Semarang.
Laki-laki imigran China banyak berinteraksi dengan masyarakat setempat seperti perkawinan dengan perempuan-perempuan Jawa.