Berita Nasional Terkini

LEMBEK! Mantan Sekjen Partai Demokrat Sebut Sikap SBY Normatif, Akui Bisa Lebih Keras dari Ayah AHY

LEMBEK! Eks Sekjen Partai Demokrat, Marzuki Alie sebut sikap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) normatif, akui bisa lebih keras dari ayah AHY.

Kolase Tribunkaltim.co
Marzuki Alie dan Susilo Bambang Yudhoyono 

TRIBUNKALTIM.CO - Pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dianggap lembek.

Penilaian itu datang dari mantan Sekjen DPP Partai Demokrat, Marzuki Alie, Kamis (25/2/2021).

Pernyataan SBY yang merespon soal upaya kudeta Partai Demokrat dianggap normatif, oleh Marzuki Alie.

Bahkan ia menyebut, bila di posisi yang sama seperti SBY, selaku Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, bisa lebih keras memberikan pernyataan ke publik.

Ya, pernyataan SBY tak lain menyasar untuk para pengganggu partai berlambang mercy itu.

"Statement SBY itu normatif, andai saya ketua MT (Majelis Tinggi), saya juga akan berkata begitu, mungkin akan lebih keras," kata Marzuki saat dihubungi Tribunnews, Kamis (25/2/2021).

Baca juga: Lengkap! 6 Poin Curhat SBY Soal Kudeta Partai Demokrat, Tak Ragu Sebut Pembantu Jokowi Selaku Dalang

Baca juga: TERUNGKAP! Emosi Lihat Bill Rp3,3 Juta Polisi Tembak Mati 3 Orang, Salah Satunya Anggota TNI, Mabuk?

Marzuki menyampaikan kritik kepada SBY yang memiliki kekuasaan di Partai Demokrat.

Dia berharap SBY merespons adanya ketidakadilan yang dialami sejumlah kader.

Sama seperti saat SBY mencari keadilan karena difitnah.

"Kritik saya, sebagai orang yang tidak punya kekuasaan di PD, tatkala saya melapor ke beliau sebagai pemegang kekuasaan tertinggi,

Ada ketidakadilan, kiranya SBY merespons, sama dengan harapan SBY tatkala ada ketidakadilan beliau melapor ke penegak hukum, yang berharap ada tindak lanjutnya," ujarnya.

Lebih lanjut, Marzuki enggan menanggapi adanya GPK PD (Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat) yang mendorong Kongres Luar Biasa (KLB).

Baca juga: Anies Baswedan Copot Jabatan Sosok Ini, Pasca Banjir Jakarta, Bukan Tumbal! Wagub Sebut Itu Biasa

Namun, Marzuki berharap SBY konsisten sebagai penguasa partai maupun sebagai warga negara biasa.

"Saya hanya menggarisbawahi, tatkala SBY meminta kedilan kepada penguasa, ada kader yang juga minta keadilan kepada SBY, harus konsisten baik sebagai penguasa maupun orang biasa," kata Marzuki.

Diberitakan sebelumnya, tua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyesalkan adanya Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK PD).

Bahkan, SBY sampai menyatakan sumpah setianya kepada partai berlambang mercy tersebut. Dia menegaskan akan menjadi benteng bagi Partai Demokrat.

"Insya Allah, sepanjang hayat dikandung badan, saya akan tetap menjadi kader Partai Demokrat, dan akan menjadi benteng dan bhayangkara partai ini, menghadapi siapa pun yang akan mengganggu, merusak, merebut dan menghancurkan partai kita," ujar SBY, dalam video yang diterima Tribunnews.com, Rabu (24/2/2021).

Baca juga: AKHIRNYA Nissa Sabyan Bersuara Usai Ayus Minta Maaf, Buat Status WA Nuansa Islami, Sebut Kata Hijrah

"Ini sumpah saya. Sumpah dan kesetiaan saya di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa. Kesetiaan terhadap partai inilah darah saya, juga milik saya yang paling berharga.Tentu di bawah kesetiaan saya kepada bangsa dan negara tercinta," imbuhnya.

Selain itu, SBY menyampaikan dirinya tidak akan pernah meninggalkan Partai Demokrat. Sebab dirinya bangga pernah menjadi penggagas, turut membina, memimpin dan membesarkan partai itu bersama sang istri tercinta.

Presiden RI ke-6 itu juga menegaskan bangga dan hormat kepada para kader yang setia terhadap Partai Demokrat meski partainya berada di luar pemerintahan selama tujuh tahun.

"Saya bangga, seraya memberi hormat, kepada jutaan kader yang juga setia dan mencintai partainya. Mereka adalah para kader yang kuat dan tabah dalam suka dan duka. Kader yang tidak pernah mengganggu, membuat masalah dan bahkan berkhianat," jelasnya.

Baca juga: KUOTA TERBATAS, Daftar Kartu Prakerja Gelombang 12, Login www.prakerja.go.id, Dapat Rp 3,5 Juta

Dalam pernyataan resminya, SBY bahkan tak ragu menyebut salah satu pembantu Jokowi di Istana yang diduga sebagai dalang gerakan kudeta Partai Demokrat.

Baca juga: Sadar Partai Demokrat tak Bisa Imbangi Koalisi Jokowi, SBY Minta Kadernya Lakukan Hal Ini

Dalam video itu, SBY mengatakan, ia harus berjuang bersama kader untuk menghadapi upaya kudeta tersebut.

"Menghadapi gerakan ini, sebagai Ketua Majelis Tinggi Partai, saya harus turun gunung. Dengan penuh rasa tanggung jawab dan dengan kecintaan yang mendalam terhadap Partai Demokrat," kata SBY dalam video yang dirilis pada Rabu (24/2/2021).

"Meskipun sebenarnya masa saya sudah lewat, saya harus berjuang bersama saudara semua," tutur dia.

6 Poin Curhat SBY

Ada sejumlah hal yang disampaikan SBY dalam video tersebut, antara lain menegaskan bahwa Partai Demokrat tidak dijual, keyakinannya soal Presiden Joko Widodo yang dinilai tidak terlibat dalam kudeta, hingga kisahnya yang mengaku sulit mendapat keadilan.

Berikut pernyataan lengkap SBY terkait isu kudeta tersebut:

1. Demokrat not for sale

SBY memberi peringatan keras bagi pihak-pihak yang ingin merebut Partai Demokrat.

Ia menegaskan, partai yang didirikannya itu tidak untuk diperjualbelikan.

"Bagi orang luar yang punya ambisi untuk merebut dan membeli Partai Demokrat, saya katakan dengan tegas dan jelas, Partai Demokrat not for sale, partai kami bukan untuk diperjualbelikan," kata SBY.

SBY mengatakan, meskipun bukan partai yang kaya raya dari segi materi, Demokrat tidak tergiur dengan uang sebesar apa pun.

SBY menilai, gerakan tersebut ingin mendongkel dan merebut kepemimpinan partai yang sah, kemudian menggantinya dengan orang lain yang bukan kader Demokrat.

"Kalau gerakan ini berhasil karena ada yang ingin membeli partai kita dan kemudian ada fasilitatornya, partai kita bisa mengalami kegelapan," ujar SBY.

Baca juga: Tragedi Pesta Nikah di India, Kendaraan Tabrak Arak-arakan Mobil Pengantin, 1 Orang Tewas, 12 Luka

2. Demokrasi akan krisis

SBY pun berujar, jika gerakan kudeta itu berhasil, demokrasi di Indonesia akan mengalami krisis karena sebuah partai politik dapat diambil alih begitu saja.

"Krisis besar karena sebuah partai politik yang puluhan tahun dibangun dan dibina, dengan segala dinamika dan pasang surutnya, tiba-tiba dengan kekuatan uang dan kekuasaan bisa direbut dan diambil alih begitu saja," kata SBY.

SBY menuturkan, jika kudeta di Demokrat terjadi, kehidupan bernegara pun tak ubahnya seperti di hutan rimba. Pihak yang kuat akan menang dan yang lemah akan kalah, sedangkan salah-benar menjadi persoalan nomor dua. SBY pun membandingkan masa kepemimpinannya sebagai Presiden RI.

Ia mengaku sangat menghormati kedaulatan dan kemandirian partai politik, termasuk partai yang mengambil sikap oposisi.

SBY juga mengaku menghormati para pemimpin partai.

"Saya menyadari bahwa partai politik sebagai elemen penting dalam demokrasi dan kehidupan bernegara perlu dihormati kedaulatan dan kemandiriannya. Tidak sepatutnya diintervensi oleh pihak mana pun dari luar partai," kata SBY.

Baca juga: SBY Curhat Rumahnya Digeruduk Massa Jelang Pilkada DKI Hingga Kini Keadilan Tidak Pernah Datang

3. Yakin Jokowi tidak tahu

SBY menduga, keterlibatan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dalam gerakan kudeta Partai Demokrat tidak atas sepengetahuan Presiden Joko Widodo, yang disebut SBY sebagai sosok berintegritas tinggi.

"Secara pribadi, saya sangat yakin bahwa yang dilakukan Moeldoko adalah di luar pengetahuan Presiden Jokowi. Saya juga yakin bahwa Presiden Jokowi memiliki integritas yang jauh berbeda dengan perilaku pembantu dekatnya itu," kata SBY.

Di samping itu, SBY juga meyakini bahwa ada pencatutan nama sejumlah pejabat negara dalam polemik tersebut.

Sejumlah nama yang dicatut yakniM enteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Kapolri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, serta Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.

"Partai Demokrat tetap percaya bahwa para pejabat tersebut memiliki integritas, betul-betul tidak tahu-menahu dan tidak masuk di akal jika ingin mengganggu Partai Demokrat," kata SBY.

Baca juga: SBY Buka Suara soal Upaya Kudeta di Demokrat, Jokowi & Moeldoko Disinggung: Saya Harus Turun Gunung!

4. Gerakan kudeta kini sembunyi-sembunyi

SBY mengatakan, meski gerakan kudeta Demokrat sudah diungkap ke publik, gerakan itu masih bergerak secara sembunyi-sembunyi.

SBY menuturkan, gerakan itu tidak lagi menyasar para ketua DPD dan ketua DPC, tetapi siapa pun yang mau diming-imingi imbalan dan janji yang menggiurkan.

"Saya telah mendapatkan laporan resmi dari pimpinan partai, dan juga mendapatkan informasi dari daerah, bahwa segelintir kader dan mantan kader pelaku GPK PD itu masih bergerak di lapangan, sembunyi-sembunyi, kucing-kucingan," kata SBY.

Ia mengatakan, para pelaku gerakan itu sangat mungkin menghasut dan mengadu domba pimpinan DPP Partai Demokrat dengan para ketua DPD dan ketua DPC.

Misalnya, kata SBY, dengan memainkan isu bahwa dalam musyawarah daerah dan musyawarah cabang mendatang, para pengurus di tingkat daerah dan cabang akan diganti.

"Sejumlah fitnah dan isu juga terus diembuskan di daerah-daerah, yang semuanya tidak benar, dan pada saatnya akan dapat dijelaskan secara gamblang dan akuntabel," ujar SBY.

Baca juga: Posisi AHY Belum Aman, Max Sopacua Dorong KLB, SBY Buat Demokrat Jadi Partai Keluarga Sejak 2013?

5. Minta kader melawan

SBY menyerukan kepada seluruh jajaran Demokrat untuk mengusir kader-kader yang mendukung atau berpartisipasi dalam upaya mengambil alih kepemimpinan partai. SBY juga meminta agar kader dan mantan kader Demokrat yang terlibat itu segera berhenti merusak partai.

"Kalau segelintir kader atau mantan kader itu masih bergentayangan, mencari mangsa ke kanan dan ke kiri, katanya ada juga yang bertindak sebagai 'EO', hadapi dengan sikap yang tegas. Usir orang-orang itu," kata SBY

Kendati demikian, ia tetap mengingatkan agar para kader tidak melakukan tindakan dengan unsur kekerasan atau main hakim sendiri dalam menghadapi gerakan tersebut.

"Banyak cara untuk mempertahankan kedaulatan partai, tanpa melawan hukum yang berlaku. Dalam melawan kemungkaran, janganlah digunakan cara-cara yang sama mungkarnya," kata dia.

6. Sulit mendapat keadilan

Walaupun demikian, SBY mengakui kerap kesulitan dalam mendapatkan keadilan.

"Meskipun sering tidak mudah untuk mendapatkan keadilan, tetaplah kita menjadi pihak yang menghormati konstitusi, hukum, dan tatanan yang berlaku," kata SBY.

"Sebagai warga negara, bukan sebagai mantan presiden, saya juga kerap menghadapi isu keadilan ini," tutur dia.

SBY membeberkan sejumlah peristiwa yang dialaminya dan tidak mendapat keadilan, antara lain rumahnya di kawasan Kuningan digeruduk pada 2017 dan saat ia mendapat fitnah jelang Pilkada DKI 2017.

Ia melanjutkan, pada Desember 2018, ratusan bendera dan baliho Demokrat direbahkan, dirobek, dan dibuang ke selokan.

Saat itu, ia tengah menghadiri kegiatan partai di Pekanbaru.

"Waktu itu yang kami harapkan hanyalah tegaknya hukum dan keadilan. Sayang, keadilan itu hanyalah sebuah harapan," tutur Presiden keenam RI itu.

Baca juga: Makin Panas! Sosok Pendiri Bongkar Boroknya Pemilihan AHY, Nilai Demokrat jadi Partai Keluarga SBY

Selain itu, SBY juga mengaku difitnah secara politik terkait aksi unjuk rasa 212 yang berlangsung pada 2 Desember 2016.

SBY mengatakan, saat itu ada laporan yang disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. Laporan itu menyebut SBY menunggangi dan mendanai aksi 212.

"Semuanya itu fitnah yang kejam, keterlaluan, dan 100 persen tidak benar. Saya bersedia bersumpah di hadapan Allah SWT. Saya juga siap dipertemukan dengan siapa pun yang memberikan laporan itu, kalau perlu di depan publik agar rakyat tahu siapa yang berdusta," kata dia.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Terkait Pernyataan SBY yang akan Lawan Pengganggu Partai Demokrat, Begini Tanggapan Marzuki Alie, https://www.tribunnews.com/nasional/2021/02/25/terkait-pernyataan-sby-yang-akan-lawan-pengganggu-partai-demokrat-begini-tanggapan-marzuki-alie?page=all.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saat SBY Turun Gunung Hadapi Isu Kudeta: Nyatakan Demokrat Tak Dijual hingga Sulit Cari Keadilan", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2021/02/25/07571971/saat-sby-turun-gunung-hadapi-isu-kudeta-nyatakan-demokrat-tak-dijual-hingga?page=all#page2.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved