Virus Corona di Bulungan

Hari Raya Nyepi di Bulungan dalam Pandemi Covid-19, Tidak Menikmati Hiburan, Tiada Berpergian

Hari Raya Nyepi 1943 Saka, yang jatuh pada hari ini, Minggu (14/3/2021), dirayakan dalam suasana pandemi Covid-19

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
Umat Hindu di Kota Balikpapan, beribadah, hari raya Nyepi pada Sabtu (13/3/2021). TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO 

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG SELORHari Raya Nyepi 1943 Saka, yang jatuh pada hari ini, Minggu (14/3/2021), dirayakan dalam suasana pandemi Covid-19.

Meskipun masih dalam suasana pandemi Covid-19, perayaan kali ini disebut tidak mengurangi esensi atau makna dari Nyepi itu sendiri.

Yakni sebagai upaya untuk instrospeksi diri dengan menahan segala bentuk aktivitas sehari-hari.

Baca juga: NEWS VIDEO Sambut Hari Raya Nyepi, Umat Hindu Balikpapan Laksanakan Ibadah Mandiri

Baca juga: 30 Tahun Umat Hindu di Nunukan tak Memiliki Rumah Ibadah, Ketua PHDI Sudah Berupaya ke Pemkab

Khususnya saat melakukan Catur Brata Penyepian, yang dilakukan oleh umat Hindu, hari ini.

Hal tersebut diungkapkan oleh Bupati Bulungan, saat dihubungi via pesan singkat.

Saat Nyepi itu, umat Hindu tidak beraktivitas seperti biasanya.

"Menahan diri, dengan tidak berpergian, tidak menikmati hiburan, dan lainnya,” ujar Bupati Bulungan, Syarwani.

Umat Hindu di Bulungan, menjalankan Upacara Mecaru dilakukan satu hari sebelum menjalankan Nyepi, bertempat di Pura Agung Jagat Benuanta, Tanjung Selor. TRIBUNKALTARA.COM/MAULANA ILHAMI FAWDI 
Umat Hindu di Bulungan, menjalankan Upacara Mecaru dilakukan satu hari sebelum menjalankan Nyepi, bertempat di Pura Agung Jagat Benuanta, Tanjung Selor. TRIBUNKALTARA.COM/MAULANA ILHAMI

“Jadi, meskipun dalam suasana pandemi Covid-19, itu tidak mengurangi esensi atau makna dari Nyepi itu sendiri, sebagai upaya introspeksi diri,” tambahnya.

Tak lupa, orang nomor satu di Bulungan ini, mengucapkan selamat menjalankan Catur Brata Penyepian bagi segenap umat Hindu yang ada di Kabupaten Bulungan.

Dirinya berharap, dengan kekuatan doa dan tetap mematuhi protokol kesehatan, maka pandemi Covid-19, di Bulungan dapat segera berakhir.

Baca juga: PHDI Kaltara Sebut Nyepi Sebagai Instrospeksi Diri di Tengah Pandemi

Baca juga: Hari Raya Nyepi 2021 di Malinau, Umat Hindu Bersiap Ritual Keagamaan di Pura Agung Femung Jagatnatha

“Atas nama Pemerintah Kabupaten Bulungan, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Nyepi 1943 Saka,bagi seluruh umat Hindu yang ada di Bulungan,” ucapnya.

“Semoga dengan kekuatan doa kita bersama, dan kepatuhan kita menjalani protokol kesehatan, pandemi Covid-19 dapat segera berakhir di Kabupaten Bulungan,” tuturnya.

Instrospeksi Diri di Tengah Pandemi

Perayaan Nyepi Tahun Saka 1943, jatuh pada hari ini, Minggu (14/4/2021).

Dirayakan di tengah suasana pandemi Covid-19, Nyepi tahun ini disebut sebagai upaya untuk mengalah dan ajang untuk instrokpeksi diri.

Baca juga: 40 Kata-kata dan Ucapan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun 2021 yang Bijak dan Sarat Makna

Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia atau PHDI Kaltara, Ida Bagus Sidha Raharja saat ditemui usai Upacara Mecaru di Pura Agung Jagat Benuanta, Tanjung Selor, Sabtu lalu.

“Ini perayaan nyepi yang kedua di masa pandemi, keyakinan kita kita harus mengalah dengan suasana pandemi, kita anggap pandemi lagi merajalela, jadi kita yang mengalah dengan menyepi,” ujar Ketua PHDI Kaltara, Ida Bagus Sidha Raharja.

“Jadi tepat sekali Nyepi di tengah pandemi, agar kita introspeksi diri untuk mengurangi kegiatan,” tambahnya.

Umat Hindu di Bulungan, menjalankan Upacara Mecaru dilakukan satu hari sebelum menjalankan Nyepi, bertempat di Pura Agung Jagat Benuanta, Tanjung Selor. TRIBUNKALTARA.COM / MAULANA ILHAMI FAWDI 
Umat Hindu di Bulungan, menjalankan Upacara Mecaru dilakukan satu hari sebelum menjalankan Nyepi, bertempat di Pura Agung Jagat Benuanta, Tanjung Selor. TRIBUNKALTARA.COM / MAULANA ILHAMI FAWDI  (TRIBUNKALTARA.COM / MAULANA ILHAMI FAWDI )

Ida Bagus menjelaskan, saat menjalankan Nyepi, umat Hindu memiliki empat hal yang menjadi pantangan untuk dilakukan, atau disebut sebagai Catur Brata Penyepian.

Empat hal tersebut ialah, Amati Geni atau tidak menyalakan api, selain bermakna tidak menyalakan api di luar tubuh, Amati Geni juga bermakna api yang ada di dalam diri kita, yakni untuk menahan segala nafsu.

Baca juga: Hari Raya Nyepi di Nunukan Kala Pandemi Corona, Empat Pantangan yang Harus Dipatuhi Umat Hindu

Berikutnya ialah Amati Karya, atau tidak bekerja, dengan tujuan untuk mengistirahatkan pikiran.

Lalu Amati Lelungan, tidak bepergian, bertujuan untuk mengistirahatkan fisik, untuk memberi waktu bagi tubuh untuk istirahat.

Serta Amati Lelanguan, atau tidak menikmati hiburan, sehingga dapat berkosentrasi melakukan semedi, bersembahyang dan melakukan instrospeksi diri.

Perayaan Nyepi kali ini, lanjut Ida Bagus sebagai upaya untuk menyeimbangkan konsep Tri Hita Karana, dalam ajaran Hindu.

Baca juga: Jadwal Rangkaian Upacara Nyepi Umat Hindu di Samarinda Kalimantan Timur, Tetap Taat Prokes

“Ini juga upaya kita menyeimbangkan Tri Hita Karana, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam,” terangnya.

Tak lupa dirinya berharap, dalam menjalankan Nyepi tahun ini, umat Hindu selalu diberikan kesehatan, sehingga tidak tertular Covid-19, serta pandemi dapat segera berakhir.

“Tentunya kita berharap agar selalu sehat, tidak tertular Covid-19, dan pandemi dapat segera berlalu,” harapnya.

Penulis Maulana Ilhami | Editor: Budi Susilo

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved