Berita Nasional Terkini
Tantangan Digitalisasi, Tenaga Kerja Dibekali Ilmu Programming
Pandemi Covid-19 telah mengubah tata cara belajar mengajar dari sistem tatap muka langsung menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Indonesia.
Penulis: Heriani AM |
TRIBUNKALTIM.CO - Pandemi Covid-19 telah mengubah tata cara belajar mengajar dari sistem tatap muka langsung menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) di Indonesia.
Menurut laporan yang dikeluarkan PwC dan UNICEF bertajuk GenU (Generation Unlimited) tahun 2020, menyatakan sekitar 463 juta anak muda tidak dapat mengakses pembelajaran secara daring selama sekolah ditutup.
Beberapa kaum muda berhenti bekerja karena mengalami kesulitan untuk akses internet, tidak memiliki perangkat komunikasi layak pakai serta kurangnya ketrampilan ilmu teknologi, informasi dan komunikasi (TIK).
Baca juga: Disdik Kaltim Sebut Ujian Praktik SMK Boleh Tatap Muka dengan Syarat Tertentu, Berikut Penjelasannya
Baca juga: Pemkot Bontang Bolehkan Pembelajaran Tatap Muka di Juli, Asalkan Tren Kasus Covid-19 Menurun
Djohan Pinnarwan, selaku Corporate Responsibility Leader dari PwC Indonesia mengemukakan, dalam hal kebutuhan tenaga kerja di Indonesia, Badan Pusat Statistik menganalisis kebutuhan tenaga kerja di perusahaan teknologi menjadi salah satu yang tertinggi, dilihat dari peningkatan kebutuhan ilmu TIK di tahun 2019 mencapai 5,32 persen, dibanding tahun 2018 sebesar 5,07 persen.
Namun peningkatan ilmu TIK belum merata karena peningkatan terjadi di DKI Jakarta sebesar 7,31 persen dan terendah di Papua, yaitu 3,33 persen pada tahun 2019.
Sedangkan, survei IBM tahun 2017 mencatat jumlah penyerapan tenaga kerja bidang TIK untuk data science, data developer dan data analisis diprediksi semakin meningkat sebanyak 700.000 perekrutan di seluruh dunia.
"Adanya keterbatasan akses dalam meningkatkan ketrampilan ilmu TIK untuk programming data science dan data analisis menjadi salah satu penyebab," jelas Djohan dalam siaran resminya, Selasa (16/3/2021).
Padahal ilmu programming data science dan data analisis dapat dipelajari dalam waktu 12 minggu, sehingga siapapun yang tertarik menjadi praktisi bisa mempelajarinya melalui pusat pelatihan TIK informal.
Hal ini yang menjadi alasan bagi Magnifique dan Yayasan Dian Sastrowardoyo untuk menyelenggarakan webinar M-Class keenam bertemakan “Menjelajah Data Analisis dan Data Visualisasi dengan Mudah Menggunakan Metabase” bersama Hacktiv8 dan PwC Indonesia yang ingin memberikan ilmu kepada para pemula untuk menjadi programmer siap kerja.
Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi setiap sektor, institusi, dan individu di seluruh dunia.
Para pemangku kepentingan harus memikirkan kembali peran dan tanggung jawab mereka.
Mereka dapat memilih untuk berkontribusi dalam menutup kesenjangan ketrampilan, mempersiapkan para siswa untuk lebih tanggap digital, dan menyediakan kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan kemajuan teknologi yang terus berubah.
"Menurut kami, program M-Class ini dapat menjawab empat tahap penting untuk membantu para siswa mengurangi kesenjangan digital, yaitu konektivitas, akses, literasi digital dan ketrampilan siap kerja," ucapnya.
Hal ini juga ditegaskan oleh Adhitia Hidayat Saputra, Head Marketing Hacktiv8.
Ia mengemukakan, saat ini masih banyak siswa yang belum paham pentingnya belajar ilmu programming data analisis dan data visualisasi.
Oleh karena itu, program Hacktiv8 terbuka untuk umum yang memiliki passion di dunia IT pemrograman.
"Program pembelajaran untuk pemula yang ingin menjadi seorang Full Stack Developer dengan program pembelajaran JavaScript Programming yang bisa diterapkan dalam waktu singkat," tuturnya.
Penulis: Heriani | Editor: Rahmad Taufiq