Berita Bontang Terkini
Kisah Pilu Janda Beranak 7 di Bontang jadi Buruh Pemecah Batu, Tinggal di Gubuk Kecil
Kisah pilu janda buruh pemecah batu. Tinggal sendiri di gubuk berukuran 3x3 meter selama 10 tahun terakhir
Penulis: Ismail Usman | Editor: Mathias Masan Ola
Sehingga Sakka pun memutuskan untuk menitipkan ke 7 anaknya di pesantren agar mendapat pendidikan Agama.
Ia menaruh banyak harapan pada sang anak.
Kelak sang anak dewasa, mereka bisa menjadi ustaz atau pendakwa.
"Iya saya titip. Biayanya juga gratis karena dapat bantuan," kata Sakka sambil tersenyum.
Usai menitipkan anaknya ke pesantren, Sakka kembali menjalani hidupnya sendiri.
Perlahan ia bangun rumah berukusan 3x3 dari hasil upah sebagai buruh pemecah batu.
Rumah yang ia tinggali layaknya gubuk yang dibangun menggunakan kayu bekas.
Di dalam rumahnya tidak ada ruang tamu.
Hanya dapur dekat kasur tempat ia memasak sekaligus tidur.
Kasur yang digunakan pun kasur bekas dari pemberian orang.
Di situlah Sakka kerap melepaskan lelahnya sepulang bekerja selama 10 tahun terakhir ini.
Baca juga: Buruh Bangunan di Samarinda Tewas, Polisi Tunggu Hasil Visum, Ipda M Ridwan: tak Ada Tanda Kekerasan
Saban hari dari pagi hingga matahari terbenam wanita paruhbaya itu hampir renta bergulat dengan palu.
Seonggok batu alam dan gunung besar, sedikit demi sedikit ia pecahkan seukuran 2 hingga 3 senti.
Sesekali dengusan nafas lelah berpijar di antara tumpukan batu-batu kecil hasil hantaman palu Sakka.
Tanpa lelah, dikerjakan semuanya, nyaris tanpa keluh kesah.