Kisruh Partai Demokrat
Blak-blakan ke Refly Harun, Rizal Ramli Ditawari Posisi SBY oleh Pendiri Demokrat Usai Bantu Jokowi
Blak-blakan ke Refly Harun, Rizal Ramli ditawari posisi SBY oleh pendiri Partai Demokrat usai bantu Jokowi
TRIBUNKALTIM.CO - Bukan hanya eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Ekonom Rizal Ramli ternyata pernah ditawari posisi Ketum Partai Demokrat 2017 lalu.
Hal itu diungkapkan Rizal Ramli kepada Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun.
Diketahui, saat itu Ketum Partai Demokrat masih dijabat Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY).
Kala itu, Rizal Ramli baru saja keluar dari Pemerintahan Jokowi.
Tak tanggung-tanggung, tawaran mengisi posisi SBY itu datang dari salah seorang pendiri Partai Demokrat Ventje Rumangkang.
Ekonom senior Rizal Ramli mengungkapkan alasan dirinya menolak tawaran menjadi Ketua Umum Partai Demokrat.
Dilansir dari TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan di kanal YouTube Refly Harun, Senin (22/3/2021).
Baca juga: Lengkap Hasil Survei Terbaru Elektabilitas Parpol, Berkah Kisruh Demokrat, Kejutan Partai Amien Rais
Baca juga: Partai Demokrat Versi KLB Sah? Pakar Hukum Bongkar Peluang Pemerintah Legalkan Kepemimpinan Moeldoko
Awalnya Rizal Ramli mengaku pernah ditawari menjadi ketua umum partai pada akhir 2017 setelah dirinya keluar dari pemerintahan Presiden Joko Widodo ( Jokowi).
Hal itu ia bahas mengingat isu perpecahan dalam Partai Demokrat yang baru-baru ini bergulir.
Walaupun diminta menerima tawaran itu, Rizal menolak.
Ia menyebut sempat ada beberapa pertemuan makan siang untuk membahas permintaan itu.
"Habis itu saya masih mikir-mikir, sampai ada pertemuan kedua dan ketiga," kata Rizal Ramli.
Diketahui permintaan itu datang langsung dari salah satu pendiri Partai Demokrat, Ventje Rumangkang.
Rizal Ramli mengaku tidak enak karena baru saja menyelesaikan jabatannya di masa pemerintahan Jokowi.
"Tapi akhirnya saya putuskan, Pak Ventje, mohon maaf. Saya putuskan untuk tidak terlibat karena saya baru keluar dari pemerintahan Jokowi," jelas Rizal.
Selain itu, Rizal juga memikirkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat sekaligus mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Ia menyebut persahabatan dengan SBY sudah muncul sejak masa pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
"Kedua, apapun SBY itu teman lama saya. SBY itu banyak sejarah sama saya," ungkap mantan Menteri Keuangan ini.
"Saya kasih contoh, pada saat dia diangkat menjadi Menteri Pertambangan dan Energi oleh Gus Dur, dia sebetulnya enggak terima," tutur Rizal.
Saat itu Rizal masih berada di luar pemerintah yang berkuasa.
"Dia (SBY) tidak terima karena dia pengin jadi jenderal penuh dulu baru terjun ke dunia politik," ungkap Rizal.
"Kelihatan dia sedih waktu itu," komentar Refly Harun.
Namun Gus Dur bersikeras mengangkat SBY menjadi menteri dalam kabinetnya.
Rizal kemudian membantu dalam hal-hal teknis karena dimintai pertolongan oleh SBY.
"SBY dianggap cerdas untuk jadi Menteri SDM," kata mantan Menko Kemaritiman ini.
Baca juga: Alarm Kubu AHY, Kemenkumham Bakal Lanjutkan Pemeriksaan Berkas Partai Demokrat Kubu Moeldoko
"Kedua, dia minta tolong sama saya waktu itu, 'Mas Rizal, saya enggak ngerti apa-apa soal SDM, tolong Mas Rizal sama timnya bantuin saya. Apa yang kita harus kerjakan satu tahun ke depan?'," lanjut Rizal.
"Jadi banyak sejarah hubungan saya sama SBY," tambah dia.
Marzuki Alie Beber Masalah Partai Demokrat
Polemik Partai Demokrat sampai saat ini masih terus bergulir antara kubu kongres luar biasa (KLB) di Deliserdang yang dipimpin Kepala KSP Moeldoko dan kubu Ketua Umum Demokrat sah, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Mantan Ketua DPR RI Marzuki Alie adalah satu dari beberapa tokoh yang berada di kubu Moeldoko.
Menanggapi polemik ini, Marzuki mengutip pesan dari Mantan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhyono (SBY) sebagai pengingat bahwa masalah yang dialami oleh partai Demokrat saat ini tidak harus berkaitan dengan AHY.
Hal itu diungkapkan Marzuki dalam kanal YouTube Refly Harun, Senin (15/3/2021).
Di awal video, Marzuki menyampaikan bahwa apa yang ia sampaikan tidak ada yang dibuat-buat atau direkayasa.
"Intinya begini, ini wawancara yang emosional ya, bebas bicara tanpa diatur-atur apa yang ada di kepala kita, kita keluarkan," ujar Marzuki.
Marzuki menegaskan bahwa Partai Demokrat seharusnya menjadi tempat dimana semua orang bisa tumbuh dan berkembang.
"Semua rakyat Indonesia bisa berkarier di partai ini. ini rumah besar rakyat Indonesia," ujarnya.
Ia juga meminta agar urusan partai lebih menggunakan rasionalitas dibanding pendekatan emosional.
Marzuki kemudian mengutip pesan dari SBY soal partai.
"Ingat pesan Pak SBY manakala hadir kepentingan negara, maka kepentingan partai kita abaikan," kata Marzuki.
"Manakala hadir kepentingan partai, maka kepentingan perorangan harusnya kita abaiakan."
"Itulah tahapan-tahapan sikap kita terhadap menghadapi persoalan itu yang harus dilihat."
Marzuki menegaskan, problem yang kini berada di Partai Demokrat, tidak melulu soal AHY.
"Jangan diihat masalah urusan partai ini seolah ini masalah Mas AHY," sambungnya.
Selanjutnya, Marzuki juga berpesan agar tidak sembarangan menuduh pemerintah terlibat dalam masalah partai.
"Sangat tidak etis ada yang bilang brutalitas negara. Tapi tolong dipahami dulu permasalahan yang ada di kita," kata Marzuki.
Baca juga: HASIL Teliti Berkas Partai Demokrat, Yasonna Sebut Versi KLB Moeldoko tak Lengkap, Kubu AHY Benar?
Marzuki lalu berpesan kepada publik untuk melihat betul siapa yang ditindas dan siapa yang menindas.
Mantan petinggi Partai Demokrat itu juga mengungkit bagaimana dirinya dan para eks kader Demokrat yang lain dicap sebagai pengkhianat.
Marzuki menegaskan, apa yang kini ia lakukan adalah mengembalikan Demokrat sesuai dengan tujuan awal diciptakannya partai berlambang bintang mercy tersebut.
"Kami ini orang yang disakiti, kami ini orang yang di-zalimi bahwa kami ini harus berbuat sesuatu untuk mengalihkan partai ini menjadi partai sebagaimana niat komitmen orang-orang yang mendirikan partai ini pada awal-awal dulu," pungkas Marzuki Alie.
(*)