Ledakan di Gereja Katedral Makassar
Ada Bom Bunuh Diri di Makassar, Polda Kaltim Siagakan Jajaran dan Tingkatkan Patroli
Beberapa jam lalu, sekitar pukul 10.20 Wita, masyarakat dikejutkan dengan aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makasar, Kota Makassar.
Penulis: Mohammad Zein Rahmatullah | Editor: Budi Susilo
Tak hanya polisi, wali kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto atau Danny Pomanto sudah datang untuk ikut menyisir lokasi ledakan.
Danny Pomanto mendapatkan pengawalan ketat dari pihak keamanan.
Lokasi kejadian tak jauh dari lokasi kejadian diduga bom bunuh di Makassar.
Di belakang Gereja Katedral adalah kantor Balaikota Makassar.
Sementara itu, disisi utara Gereja Katedral Makassar.
Diduga bom bunuh diri
Sebuah ledakan terjadi di depan Gereja Katedral Makassar, diduga bom bunuh diri, ada jenazah di gerbang.
Minggu 28 Maret 2021, beredar video menyebut terjadi ledakan disebut bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, tepatnya di Jl Kajaolalido Makassar.
Ledakan di depan Gereja Katedral Makassar ini diduga bom bunuh diri.
Dilansir TribunKaltim.co dari TribunTimur.com, selain motor yang hangus, ada jenazah di gerbang.
Warga Makassar dikejutkan dengan informasi sebuah bom meledak di depan Gereja Katedral Jl Kajaolalido Makassar, Minggu (28/3/2021), pagi.
Lokasi di samping Hotel Singgasana Makassar. Gereja tak jauh dari Lapangan Karebosi Makassar. Kejadian terjadi saat jemaat sementara beribadah. Di Lapangan Karebosi Makssar juga sedang ramai aktivitas jogging pagi hari.
Reporter tribun-timur.com sementara konfirmasi ke aparat terkait.
Video usai terjadi ledakan beredar di media sosial seperti WhatsApp dan Twitter.
"Terjadi bom bunuh diri di Katedral. Di depan pintu sebelah kanan Katedral," ujar si perekam video.
"Bom bunuh diri ya?," tanya seseorang.
"Sepertinya bang," timpal orang lainnya.
"Orangnya," tanya orang tadi.
"Itu. Meninggal langsung," jawab si perekam video.
Dalam video tampak motor hangus dan jenazah di pintu gerbang gereja.
Berita tentang ledakan di Gereja Katedral Makassar
Penulis Mohammad Zein Rahmatullah | Editor: Budi Susilo