Berita Nunukan Terkini
Lewat Jalur Ilegal, Kabur Bawa Anak 3 Tahun Dari Malaysia, Ibu Ini Akui Dapat Perlakukan KDRT
Seorang ibu Pekerja Migran Indonesia (PMI) nekat kabur dari Malaysia, lewat jalur ilegal, Selasa (30/03/2021) dini hari.
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Seorang ibu Pekerja Migran Indonesia (PMI) nekat kabur dari Malaysia, lewat jalur ilegal, Selasa (30/03/2021) dini hari.
Dorotia (25), seorang PMI nekat kabur bersama anaknya yang berusia 3 tahun dari Malaysia dan masuk ke Indonesia, melalui jalur ilegal di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan.
Hal itu terpaksa dilakukan, lantaran sejak menikah dirinya terus-terusan mendapat perlakuan kasar alias Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dari sang suami.
Baca juga: Aktivitas Ekstrakurikuler Dilarang Saat Belajar Tatap Muka, SMP Negeri 2 Nunukan Beri Respon
Baca juga: Sejahterakan Buruh Bongkar Muat, Koperasi MBS di Nunukan Benahi Struktur Organisasi
Saat ditemui pagi tadi di Kantor Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Jalan Pelabuhan Nunukan, Dorotia mengaku perlakukan KDRT itu sudah ia terima dari sang suami, bahkan terhadap buah hatinya, selama 5 tahun ini.
"Sudah lima tahun saya di Malaysia. Saya kabur karena begado (berkelahi) dengan suami saya. Saya dipukul terus sejak kami menikah tahun 2015. Hampir 3 kali selama satu bulan dipukul terus," kata Dorotia kepada TribunKaltim.Co, Senin (05/04/2021).
Menurutnya, pada 2015 lalu, ia dipanggil oleh sang suami untuk menikah di Malaysia.
Baca juga: Plt Kepsek SMPN 2 Nunukan Minta Pemerintah Fasilitasi Vaksinasi 19 Guru Honorer
Setelah diiming-imingi hidup sejahtera di negara orang, wanita asal Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu akhirnya mengiayakan.
Bahkan, tanpa dokumen paspor, Dorotia nekat masuk Malaysia melalui jalur ilegal di Sebatik.
"Waktu itu dia ajak saya kawin di Malaysia. Makanya saya mau ke sana. Masuk ke Malaysia waktu itu saya ikut samping (ilegal) di Sebatik. Ada orang yang urus saya.
Tahun kemarin baru mau urus paspor tapi karena Covid-19 jadi tidak bisa lagi. Setelah kawin dan baru hamil Melisa (anaknya) 1 bulan, saya sudah dipukul suami. Gaji suami saya bagus saja, tapi mana tahan dipukul terus," ucapnya.
Dorotia sempat bekerja bersama sang suami di PT Krisjati Ladang Intan, sebuah perusahaan sawit yang ada di Serawak selama 3 tahun.
Namun, akibat gaji yang terbilang kecil, akhirnya pasangan suami istri itu memilih pindah kerja di Serikat Sundar, Serawak.
Baca juga: Malaysia Deportasi 50 Pekerja Migran Indonesia dan 8 WNI, BP2MI Nunukan Siap Bantu Biaya
"Dulu kami kerja di company (perusahaan) besar. Di situ tidak bagus gajinya. Gaji saya RM1.002. Kalau gaji suami RM1.003. Tapi tidak cukup untuk makan. Makanya kami pindah dan suami saya bekerja di Serikat Sundar, Serawak. Tapi saya sudah tidak kerja lagi, karena harus urus anak," ujarnya.
Dorotia akui tak ada persiapan apapun untuk kabur dari sang suami.
Bahkan, ia kabur dari rumah yang mereka tinggali, saat dini hari.