Wawancara Eksklusif
WAWANCARA EKSKLUSIF Kapolda Kaltim Irjen Pol Herry Rudolf Nahak, Anak Tentara Mengabdi di Kepolisian
Saat diwawancarai eksklusif , pada Maret 2021, Irjen Pol Herry Rudolf Nahak membeberkan berbagai tantangan dan strateginya agar Kaltim tetap kondusif
Penulis: Mohammad Zein Rahmatullah | Editor: Adhinata Kusuma
SEJAK kecil Herry Rudolf Nahak bercita-cita menjadi tentara. Ia sangat fokus untuk mewujudkan impian tersebut. Namun ketika menjalani psikotes pembagian matra, ternyata lebih tepat menjadi polisi. Jenderal bintang dua itu kini menjabat Kapolda Kaltim. Menjabat kapolda di masa pandemi Covid-19 tentu berbeda.
Saat diwawancarai eksklusif oleh Tim Tribun Kaltim, pada Maret 2021, Irjen Pol Herry Rudolf Nahak membeberkan berbagai tantangan dan strateginya agar Kaltim tetap kondusif.
Mungkin bisa cerita sedikit kenapa bisa sampai di Kaltim?
Kalau sampai di Kaltim itu kan perintah Kapolri untuk jadi Kapolda di sini. Saya kurang tahu pertimbangan Pak Kapolri apa. Saya sebelum di sini kan jadi Asops Kapolri, Asisten Operasi Kapolri atau lengkapnya Asisten Kapolri bidang Operasi.
Kemudian sebelumnya Kapolda Papua Barat. Mungkin karena pengalaman itu, mungkin, sehingga beliau Pak Kapolri, Bapak Idham ya, menugaskan saya di sini.
Tapi memang dari kecil sudah bercita-cita jadi polisi?
Saya kecil justru cita-cita saya jadi tentara, Pak. Background-nya karena bapak saya tentara. Saya tinggal di asrama tentara. Kehidupan sehari-hari lingkungannya memang tentara. Sehingga dari kecil dulu itu inginnya jadi tentara. Karena kan gagah, hebat gitu di mata saya.
Pada saat mendaftar Akabri, saya juga pilihan pertama saya itu menjadi tentara. Cuma kan di Akabri itu ada terbaik psikotes untuk berbagai matra. Angkatan Darat, Laut, Polri. Nampaknya, psikotes saya itu lebih tepat untuk jadi polisi. Sehingga jadilah polisi. Cita-citanya jadi tentara.
Saya baca riwayat Bapak itu salah satu siswa terbaik ya di Angkatan?
Itu kebetulan lah..
Gimana ceritanya bisa, sudah terbaik di polisi, kemudian terbaik juga di pilihan Faida? Karena bukan orang sembarangan tentu.
Saya coba berbuat maksimal aja. Dalam setiap penugasan, saya coba maksimal. Termasuk ketika belajar dulu di Akpol. Saya kira teman-teman saya juga pinter-pinter, hebat-hebat, cuma kebetulan saya yang kebagian aja. Kemudian dalam setiap penugasan juga saya usahakan maksimal sih.
Dan waktu itu lebih banyak di Jakarta, Pak, ya dinasnya?
Pertama kali di Jakarta. Dulu pernah jadi Kapolsek Kemayoran. Itu tahun 2000an. Sekitar tahun 2000, pada saat saya berpangkat AKP. Tingkat kriminalitasnya cukup tinggi. Terutama curanmor. Karena itu, di situ ada permukiman cukup padat.
Kemudian waktu-waktu tertentu kalau ada Pekan Raya Jakarta itu, itu kan banyak aktivitas besar di situ, ada pameran-pameran, kriminalitas nambah. Tapi itu pengalaman juga ya buat kita, buat saya menangani penyakit masyarakat.