Mata Najwa

Di Mata Najwa, Dahlan Iskan tak Peduli Disebut Pembela Mati-matian Vaksin Nusantara

Di Mata Najwa, Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkap alasan kenapa dirinya mendukung penelitian Vaksin Nusantara.

Penulis: Doan E Pardede | Editor: Rita Noor Shobah
YouTube NajwaShihab
Dahlan Iskan saat hadir di Mata Najwa 

TRIBUNKALTIM.CO - Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan disebut sebagai pembela mati-matian Vaksin Nusantara.

Bahkan Dahlan Iskan juga mendapat surat terbuka dari salah seorang dokter, terkait tulisan Dahlan Iskan soal Vaksin Nusantara ini.

Hal ini terungkap dalam acara Mata Najwa, bertajuk 'Vaksin Cap dalam Negeri', Rabu (21/4/2021) tadi malam.

Baca juga: Live Trans 7 Mata Najwa, Polemik Vaksin Nusantara, Najwa Shihab Wawancara Kursi Kosong Terawan Lagi?

Baca juga: Ada Apa Antara Dokter Terawan dan Vaksin Nusantara? Tema Mata Najwa 21 April 2021 Live Trans 7

Dalam kesempatan tersebut, Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan mengungkap alasan kenapa dirinya mendukung penelitian Vaksin Nusantara.

Selain Dahlan Iskan, KSAD Jenderal Andika Perkasa juga hadir menjadi narasumber.

Hanya saja, bila Dahlan Iskan hadir langsung di studio Mata Najwa, KSAD Jenderal Andika Perkasa hadir secara virtual. 

Awalnya, Najwa Shihab meminta komentar Dahlan Iskan disebut Pembela mati-matian Vaksin Nusantara

Sambil tertawa, Dahlan Iskan hanya menjawab santai.

"Apakah salahnya," ujar Dahlan Iskan.

 Dahlan Iskan mengungkap alasan mengapa Vaksin Nusantara perlu dibela.

Menurutnya, Vaksin Nusantara ini masih dalam tahap penelitian.

Dengan demikian, bila dirinya saat ini mendukung, maka yang didukung ada penelitian dan bukan 'Pemassalannya".

Alasan lainnya, Dahlan mengaku bahwa sejak dirinya menjalani transplantasi hati beberapa waktu lalu, sudah komit untuk mengabdikan diri kepada ilmu pengetahuan. 

Oleh karena itu, ketika ada ahli dari Indonesia berani atau mampu melaksanakan stem cell, maka dirinya juga ikut berpartisipasi. 

Sebenarnya, Dahlan mengaku sudah mendapat tawaran untuk melaksanakan stem cell di Jerman, namun karena ada ahli dari Indonesia yang ternyata juga mampu melakukan hal serupa, dia berubah pikiran. 

"Kalau begitu saya di dalam negeri saja," katanya.

Sepanjang menurutnya masuk akal dan memang sudah punya komitmen untuk mendukung ilmu pengetahuan, maka menurutnya harus didukung.

"Bahwa nanti hasil penetiannya baik, atau hasilnya buruk, kan nantinya hasilnya bagaimana. Kan peneltiiannya harus jalan, kan begitu. Kalau buruk ya jangan dipakai, kalau baik ya nanti bagaimana. Yang sulit kalau penelitiannya baik, terus harus diapakan," ujarnya,

Soal penelitian, Dahlan juga mengungkap salah satunya alasan dirinya yakin proses berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada, salah satunya karena dirinya ditolak menjadi objek peneltian. 

Pernyataan Dahlan Iskan bisa dilihat sejak menit awal:

Dahlan Iskan, juga menyebut Vaksin Nusantara ini sebagai bapaknya Amerika, ibunya Indonesia.

"Vaksin Nusantara ini atau apapun namanya, ini bapaknya Amerika, ibunya Indonesia. Ini larya anak bangsa jangan dianggap sepenuhnya asing. Mereka percayakan orang Indonesia. Jadi saya anggap ini bapaknya Amerika, ibunya Indonesia," kata Dahlan Iskan.

Vaksin Nusantara Tidak Dikomersilkan, Dikembangkan Hanya untuk Penelitian, Begini Sikap Presiden

Polemik vaksin Nusantara menemukan kesepakatan. Nasib vaksin yang diprakarsai oleh mantan menteri kesehatan Terawan Agus Putranto ini telah ditentukan.

Lewat nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) yang ditandatangani Kementerian Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Penny K Lukito, Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa, disepakati bahwa pengembangan vaksin itu hanya untuk kepentingan penelitian dan pelayanan, dan bukan untuk dikomersilkan.

Dalam MoU 'Penelitian Berbasis Pelayanan Menggunakan Sel Dendritik untuk Meningkatkan Imunitas Terhadap Virus SARS-CoV-2' yang ditandatangani pada Senin (19/4/2021) lalu itu disebutkan bahwa vaksin Nusantara yang saat ini prosesnya tengah berlanjut di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta merupakan penelitian berbasis sel dendritik untuk Covid-19.

Atas dasar itu pulalah diputuskan bahwa pengembangan vaksin Nusantara bukan uji klinis vaksin untuk dimintakan izin edar oleh BPOM.

Dalam MoU itu disepakati bahwa penelitian ini bersifat autologus. Autologus berarti penelitian hanya dipergunakan untuk diri pasien sendiri, sehingga tidak dapat dikomersialkan secara massal.

”Namanya sekarang penelitian melalui pelayanan, itu istilahnya," kata Kepala BPOM Penny K Lukito, Senin (19/4/2021) malam.

Lewat penandatangan MoU itu, Penny menegaskan pihaknya hanya ikut andil memberikan pengarahan perihal proses penelitian yang sesuai dengan kaidah saintifik. Penny menegaskan dalam hal ini BPOM sudah memiliki panduan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pembuatan vaksin.

Penny sekaligus menegaskan bahwa saat ini seluruh wewenang pengawasan terkait penelitian dan pengadaan vaksin Nusantara sepenuhnya berada di Kementerian Kesehatan.

Dengan kata lain, BPOM tak lagi perlu menjadi badan regulator yang mengawasi dan memeriksa vaksin Nusantara.

"Jadi sekarang regulasi dan pengawasan ada di Kementerian Kesehatan, sebagai pembina Fasilitas Pelayanan Kesehatan," ungkapnya.

Terkait hal tersebut, TNI AD juga mengonfirmasi hal yang serupa. Mereka menekankan penelitian sel dendritik yang akan dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto bakal mengikuti pedoman kaidah penelitian.

Selain itu, institusi yang dipimpin KSAD Jendaral TNI Andika Perkasa itu menegaskan bahwa penelitian sel dendritik ini juga bukan merupakan kelanjutan dari Uji Klinis Adaptif Fase I yang pernah dilakukan tim peneliti Vaksin Nusantara.

Kepala RSPAD Gatot Soebroto Letnan Jenderal TNI dr Albertus Budi Sulistya memastikan pihaknya akan tetap melanjutkan penelitian sel dendritik berdasarkan restu dan ketentuan yang diatur dalam MoU itu.

Penelitian ini, kata dia, adalah riset untuk mempelajari sejauh mana sel dendritik yang biasa digunakan pada penyembuhan kanker bila dimanfaatkan juga dalam penyembuhan SARS-CoV-2 alias virus corona penyebab Covid-19.

”Menggunakan dendritik sel untuk meningkatkan imunitas terhadap virus Sars-Cov-2. Penelitiannya jadi itu," kata dia.

"Jadi kembali ke penelitian ilmiah, menjadi penelitian ilmiah berbasis pelayanan, gitu," imbuhnya.

Polemik vaksin Nusantara mulai menjadi perhatian publik manakala dalam sepekan belakangan ini Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie dan beberapa Anggota Komisi IX DPR mendatangi RSPAD guna menjalani proses pengambilan sampel darah untuk kebutuhan uji lanjutan vaksin Nusantara.

Kemudian menyusul kedatangan dari mantan menteri kesehatan Siti Fadilah Supari, Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo, mantan menteri BUMN Dahlan Iskan, hingga pasangan selebritas Anang Hermansyah dan Ashanty.

Aktivitas itu menjadi pertanyaan publik sebab BPOM sebelumnya dengan tegas menyatakan belum mengeluarkan Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II untuk vaksin Nusantara. Alasan BPOM urung menerbitkan PPUK lantaran vaksin Nusantara dinilai belum memenuhi syarat cara pembuatan obat yang baik (CPOB).

BPOM juga menemukan bahwa komponen yang digunakan dalam penelitian vaksin Nusantara tidak sesuai dengan pharmaceutical grade. Selain itu kebanyakan komponen yang digunakan juga impor dan antigen yang digunakan bukan berasal dari virus Corona di Indonesia. Tak hanya itu, pada uji klinis fase I BPOM juga mendapati adanya ketidaksesuaian pelaksanaan uji klinik dengan Cara Uji Klinik yang Baik (CUKB) atau Good Clinical Practice (GCP).

Jokowi: Saya Dukung Risetnya

Polemik pengembangan vaksin Nusantara ternyata tak luput dari perhatian Presiden Jokowi. Jokowi meminta kegaduhan dan polemik terkait vaksin Nusantara itu segera dihentikan. Menurutnya, prokontra soal penelitian Vaksin Nusantara harusnya dibahas dalam kajian ilmiah. Para pakar di bidang pengembangan vaksinlah dan lembaga dengan yang memiliki kewenangan yang mengisi ruang perdebatan.

”Ini kan urusan ilmiah, biarlah sesuai dengan mekanisme ilmiah. Mestinya perdebatannya itu perdebatan ilmiah, ini masak politikus ngurusin vaksin, lawyer ngurusin vaksin, apa urusannya?" kata Jokowi, Selasa (20/4/2021).

Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat pembukaan Pameran Otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid Tahun 2021 yang disiarkan kalan YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (15/4/2021).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat pembukaan Pameran Otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) Hybrid Tahun 2021 yang disiarkan kalan YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (15/4/2021). (capture video)

”Itu kan ada tahapan-tahapannya, diikuti saja. Ini ramai banget, ada yang dukung BPOM-lah, ada yang dukung Pak Terawanlah,” imbuhnya.

Jokowi menilai dalam kondisi pandemi saat ini apa pun jenis penelitian terkait penanganan Covid-19 diperlukan.

Namun ia menekankan, penelitian itu harus berdasarkan kajian ilmiah dan prosedur yang berlaku.

"Saya mendukung penelitiannya, risetnya, saya mendukung segala upaya penelitian untuk penanganan Covid-19," ujar Jokowi.

Jokowi mengatakan, siapa pun boleh mengembangkan penelitian terkait treatment untuk penyembuhan Coid-19. Namun, hingga saat ini yang terlihat kemajuannya dengan jelas adalah Vaksin Merah Putih.

"Ini kan penelitian, siapa pun silakan membuat vaksin sendiri. Tapi progres yang saat ini kelihatan adalah salah satunya vaksin merah putih, meskipun mungkin baru 2022 selesai. Kalau vaksin Nusantara kan dari sel dendritic," ujar Jokowi.

Lebih lanjut, terkait penanganan Covid-19, Jokowi menekankan pentingnya seluruh masyarakat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan. Utamanya menggunakan masker.

"Harus eling dan wospodo, ingat dan waspada," kata Jokowi.

Jokowi mengatakan, Indonesia harus menjaga tren penurunan kasus Covid-19. Jangan sampai, Indonesia mengalami penambahan kasus seperti yang terjadi di India atau berbagai negara lainnya.

Menekan angka penyebaran corona, kata Jokowi, penting sebab jika kasus naik, maka bukan hanya sektor kesehatan yang terdampak, tapi juga sektor ekonomi. Padahal sektor ekonomi Indonesia sudah mulai mengalami perbaikan.

Inilah Tokoh-tokoh yang Mendukung Vaksin Nusantara

Pengadaan Vaksin Merah Putih atau dikenal dengan sebutan nusantara menuai polemik di tengah masyarakat.

Pasalnya, vaksin ini tetap melanjutkan uji klinis fase tahap II, meskipun belum mengantongi izin dari Badan Perizinan Obat dan Makanan (BPOM).

Bahkan beberapa tokoh politis secara terang-terangan mendukung adanya vaksin terobosan Terawan Agus itu.

Sejumlah pejabat pemerintah pun ikut menjadi relawan uji klinis vaksin ini dan memberikan semacam testimoni.

Melihat hal itu, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih menyinggung adanya unsur politis dalam proses uji vaksin Nusantara itu.

Ia menyebut, pengadaan vaksin itu tak perlu membawa sampai ke forum politis.

"Gausah dibawa ke forum (Mohon maaf,red) tegak politis."

"Dibawa ke forum polemik media. Saya kira, kurang sehat," ucapnya, dikutip dari tayangan Mata Najwa, Rabu (21/4/2021).

Menurutnya, vaksin ini berada di forum ilmiah, yang mana targetnya mencari keterbuktian ilmiah, bukan soal dukungan dan testimoni.

"Forum ilmiah tidak seperti itu. Tidak ada dukungan, tidak ada testimoni. Tidak ada headline yang bombastis."

"Ilmiah itu netral saja. Yang dicari itu Evidence Based , keterbuktian ilmiah," jelasnya.

Ia meminta para peniliti vaksin Nusantara untuk segera memenuhi izin persyaratan dari BPOM.

Sehingga, lanjut Daeng, proses uji dari vaksin ini akan cepat selesai.

"Seandainya, para peniliti begitu dinyatakan kurang memenuhi syarat."

"Diskusi terus dengan Badan POM. Ada yang kurang, dipenuhi," pungkasnya.

Deretan Tokoh Pendukung Vaksin Nusantara, Ada Aburizal Bakrie hingga Anang-Ashanty

Diberitakan Tribunnews sebelumya, sejumlah tokoh hingga puluhan anggota DPR RI mendukung vaksin Nusantara yang dipelopori oleh mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto.

Bahkan, beberapa tokoh tersebut telah memulai menjalani proses vaksinasi di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta pada Rabu (14/4/2021) lalu.

Dalam proses tersebut, mereka menjalani proses pengambilan sampel darah hingga nantinya disuntik vaksin pada pertemuan selanjutnya.

Kendati demikian, deretan tokoh ini tetap menjadi relawan vaksin Nusantara dan tidak mempermasalahkan polemik yang ada.

Lantas siapa saja tokoh-tokoh tersebut?

Berikut Tribunnews.com rangkum deretan tokoh yang mendukung vaksin Nusantara:

1. Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo (Panglima TNI 2015-2017)

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo ikut menjadi relawan uji klinis vaksin Nusantara.

Gatot tampak hadir UNTUK pengambilan sampel darah di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (14/4/2021).

Gatot pun bersedia menjadi relawan uji klinis vaksin Nusantara setelah ditawari oleh Terawan.

"Begini, saya ini lahir di sini, makan di sini minum di sini, diberi ilmu dan dididik seorang prajurit di bumi Pertiwi."

"Kemudian ada hasil karya putra Indonesia yang terbaik kemudian uji klinik kenapa tidak? apa pun saya lakukan untuk bangsa dan negara ini," kata Gatot di lokasi, seperti diberitakan Tribunnews.com.

Gatot mengaku tidak masalah dengan belum diizinkannya uji klinis fase kedua ini oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Dia menegaskan akan mendukung setiap produk yang diciptakan anak bangsa.

"Saya tidak tahu ada izin atau tidak tapi saya ditawari untuk jadi uji klinik saya siap," pungkasnya.

2. Jenderal (Purn) Hendropriyono (Kepala BIN 2016-2018)

Pada Februari 2021 lalu, langkah Terawan mempelopori vaksin diapresiasi oleh Guru Besar Filsafat Intelijen, Jenderal (Purn) AM Hendropriyono.

Mantan Kepala BIN ini berharap, masyarakat, khususnya netizen, turut mendorong agar vaksin Nusantara mendunia.

Menurutnya, vaksin ini, kelak diharapkan dapat ikut membantu menyelamatkan nyawa manusia yang terpapar COVID-19.

"Para netizen bangsa yang patriotik pasti merasa bangga atas penemuan vaksin Nusantara oleh Dr Terawan Agus Putranto."

"Merekalah yang mampu menggerakkan, agar para pemimpin dan wakil-wakilnya di eksekutif, legislatif, yudikatif."

"Serta segenap masyarakat sipil bersatu padu mengibarkan penemuannya ini di forum dunia," kata Hendropriyono dalam keterangan yang dikutip Tribun Pekanbaru, Sabtu (20/2/2021).

Hendro mengatakan, upaya Terawan yang dilakukan semasa menjadi Menteri Kesehatan perlu perlindungan agar bebas dari bayang-bayang feodalisme intelektual.

Juga, bebas dari manipulasi bisnis para kapitalis domestik dan mancanegara.

"Ia dan kawan-kawan telah bekerja keras sejak di RSPAD sampai di RS Dr Kariadi untuk muncul sebagai pahlawan sejati yang menyelamatkan banyak nyawa manusia yang sedang sekarat," ujarnya.

3. Letjen (Purn) Sudi Silalahi (Menteri Sekretaris Negara 2009-2014)

Sebelumnya, dalam catatan Dahlan Iskan di Facebook pada 13 April 2021, mantan Mantan Sekretaris Negara Letjen (Purn) Sudi Silalahi ikut mendukung vaksin Nusantara.

Ia diketahui telah menjalani pengambilan darah sekitar 20 cc, tepatnya 8 ampul kecil.

Cara kerja vaksin ini, darah tersebut diberi antigen, lalu disimpan di laboratorium selama 2 minggu.

Setelah muncul antibodi di darah itu, Sudi harus kembali ke RSPAD lagi.

Darah tersebut akan dimasukkan kembali ke tubuhnya.

"Saya tadi diberi tahu untuk datang lagi tanggal 28 April," ujar Sudi Silalahi, putra Tanah Jawa Simalungun, Sumatera Utara, dikutip dari akun Facebook Catatan Dahlan Iskan.

Masih dalam catatan itu, Terawan Agus Putranto mengatakan, dalam pekan ini, pihaknya baru bisa melayani 40 orang sehari.

"Mulai minggu depan satu hari sudah bisa 80 orang," katanya.

4. Aburizal Bakrie (Dewan Pembina Partai Golkar)

Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie mengungkapkan telah disuntik vaksin Nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.

Hal itu disampaikan pria yang akrab disapa Ical dalam sebuah sebuah video yang beredar di media sosial.

Dalam video tersebut, Ical menunjukkan sebuah plastik transparan.

Dia menyatakan menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Nusantara.

"Ini vaksin Nusantara, saya pertama kali, Insyaallah berhasil," kata Aburizal dalam video tersebut, Rabu (14/4/2021).

Sementara, Juru Bicara Aburizal Bakrie, Lalu Mara Satria Wangsa membenarkan video yang beredar tersebut.

"Iya betul, beliau (Aburizal Bakrie) kirimin saya video, Kamis minggu lalu," kata Lalu saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (13/4/2021).

Lalu mengatakan, kemungkinan Aburizal disuntik vaksin Nusantara sebagai relawan karena politikus senior Partai Golkar itu memang mendukung program yang dipelopori oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto itu.

"Sepertinya sebagai relawan. Beliau juga kan sudah tahu kemampuan Prof Terawan, karena beliau boleh disebut diselamatkan melalui tindakan medis yang dilakukan Prof Terawan lewat metode brain wash-nya itu," ujarnya.

5. Siti Fadilah Supari (Menteri Kesehatan 2004-2009)

Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menjadi relawan dalam penelitian vaksin Nusantara yang diinisiasi Terawan Agus Putranto di RSPAD Gatot Soebroto.

Siti Fadila Supari pun menuturkan alasan dirinya bersedia ikut jadi relawan uji klinis vaksin Covid-19 berbasis sel dendritik tersebut.

Menurut Siti Fadilah Supari, menjadi relawan sebagai bentuk dukungannya kepada mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang sedang meneliti vaksin buatan dalam negeri tersebut.

“Saya jadi relawan secara sukarela. Saya itu peneliti, jadi saya tahu persis apa itu uji klinis. Kemudian saya trust terhadap Terawan. Saya kenalnya sudah puluhan tahun. Saya tahu sifat-sifat dia seperti apa,” ujar Siti Fadilah Supari dalam Webinar bersama Tribunnews.com, Jumat (16/4/2021).

“Terawan seorang peneliti. Juga karena saya menghagai pemikiran dia, jadi saya mendukung dengan cara mengikuti penelitian ini dan rela mejadi relawan untuk menbuktikan hipotesisnya,” jelas Siti Fadillah Supari.

Apalagi kata Siti Fadilah Supari, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan dukungannya terhadap pegembangan vaksin buatan dalam negeri.

“Wong Presidennya sudah mendukung, kok menolak,” ucap Siti Fadilah Supari.

6. 40 Anggota DPR RI

Diberitakan Tribunnews.com, sebanyak 40 anggota DPR RI lintas fraksi menjalani proses vaksinasi menggunakan vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (14/4/2021).

Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad yang memimpin rombongan itu mengatakan, proses pertama tahapan vaksinasi menggunakan vaksin Nusantara yaitu pengambilan sampel darah.

Nantinya, setelah sel dendiritik dalam darah diolah selama tujuh hari, barulah vaksin disuntikkan ke dalam tubuh.

"Hari ini saya sudah mengambil sampel darah untuk diolah selama tujuh hari untuk dijadikan vaksin Nusantara yang kemudian nanti akan dimasukkan ke dalam tubuh saya dalam tujuh hari kedepan," kata Dasco di lokasi.

"Saya lihat ada beberapa, kita sekitar 40 orang tapi saya tidak hafal satu per satu tapi terutama yang hafal teman di Komisi IX ini," imbuhnya.

Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu menjalani proses vaksinasi menggunakan vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Rabu (14/4/2021).

Adian mengaku kedatangannya itu atas nama pribadi, bukan atas nama anggota Fraksi PDIP pun atas nama DPR RI.

"Saya kan bukan atas nama fraksi, bukan atas nama DPR RI. Saya harus mencari obat untuk orang yang punya penyakit jantung seperti saya," kata Adian di lokasi.

Adian mengaku kedatangannya itu atas nama pribadi, bukan atas nama anggota Fraksi PDIP pun atas nama DPR RI.

"Saya kan bukan atas nama fraksi, bukan atas nama DPR RI. Saya harus mencari obat untuk orang yang punya penyakit jantung seperti saya," kata Adian di lokasi.

Selain itu, nama Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Fraksi PKB Nihayatul Wafiroh juga ikut mendukung vaksin Nusantara ini.

Dalam tayangan Kompas TV, ia mengaku bersama Arzetty Bilbina mengikuti tahapan pengambilan sampel darah di RSPAD Gatot Soebroto pada Rabu (14/4/2021) kemarin.

7. Anang Hermansyah dan Ashanty

Sementara itu, pasangan selebritas Anang Hermansyah dan Ashanty juga menjalani pengambilan sampel darah RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Mereka datang ke Gedung Cellcure Center RSPAD sekitar pukul 14.00 WIB.

Tampak juga putra mereka Azriel Hermansyah dalam kedatangan itu.

Namun mereka tidak memberikan pernyataan apapun saat masuk. Anang dan Ashanty kemudian terpantau keluar sekitar pukul 15.45 WIB.

Saat dikonfirmasi, Peneliti utama Uji Klinik Tahap II Vaksin Nusantara, Kolonel Jonny, membenarkan Anang-Ashanty datang untuk pengambilan sampel darah.

"Iya, semua pengambilan sampel," kata Jonny.

(*)

Berita tentang Mata Najwa

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Polemik Vaksin Nusantara, IDI Singgung Adanya Unsur Politis: Forum Ilmiah Tidak Seperti Itu

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved