Berita Nasional Terkini
Polemik Pidato Presiden Sebut Bipang Ambawang, SAS Institute Minta Pendukung Jokowi tak Berlebihan
Polemik pidato presiden yang sebut bipang ambawang, SAS Institute minta pendukung Jokowi tak berlebihan.
TRIBUNKALTIM.CO - Polemik pidato presiden yang sebut bipang ambawang, SAS Institute minta pendukung Jokowi tak berlebihan.
Pidato Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) yang menyebutkan bipang ambawang sebagai salah satu makanan khas Kalimantan Barat jadi sorotan dan viral di media sosial.
Bipang yang merupakan makanan olahan dari daging babi ini tentu bukanlah menu yang disajikan saat Idul Fitri.
Umat Islam diharamkan makan daging babi.
Segera saja, pidato Jokowi tersebut segera menuai banyak perdebatan.
Banyak kalangan yang berkeberatan dengan statemen Presiden Jokowi terkait bipang ambawang.
Baca juga: Fadli Zon Sebut Fadjroel Rachman Ngeles, Ingin Kaburkan Jipang & Bipang Ambawang Dipromosikan Jokowi
Ditambah juga salah satu pendukung Jokowi, Immanuel Ebenezer (Noel) ketua Joman yang ikut-ikutan memperkeruh keadaan.
Demikian dikemukakan Abi Rekso, sebagai kalangan muda Nahdliyin juga Deputi Kajian Said Aqil Siroj Institute ( SAS Institute ).
Dia mengakui bahwa terjadi kesalahan dalam penulisan pidato tersebut.
Namun lebih, lanjut dirinya, mengajak umat muslim menilai ini sebagai salah satu ujian ibadah puasa.
“Ya harus diakui bahwa ada keliru dalam penulisan pidato Presiden. Namun, di sepuluh hari menjelang Idul Fitri ini bonus ibadah terbuka luas.
Maka, sebagai seorang muslim rasional kita maknai kekeliruan itu sebagai ujian beribadah.
Jika melihat secara positif, Insya Allah ibadah puasa kita tetap dimuliakan Allah," ujar Abi Rekso, Sabtu (8/5/2021).
Abi Rekso juga beranggapan, tidak mungkin ada niatan buruk Presiden Jokowi atau tim pembantu naskah pidato baik di bawah Kepala KSP Moeldoko ataupun Mensesneg Pratikno yang secara sengaja dengan niatan buruk kepada umat Muslim.
Baca juga: Jokowi Jadi Bulan-Bulanan Usai Promosi Bipang Ambawang, Politikus PDIP Sorot Kinerja Mendag M Lutfi
"Toh mereka juga seorang Muslim. Meski, kesalahan ini perlu menjadi evaluasi besar dan fundamental dalam group penulis naskah pidato. Perlu penyegaran tim," ujar Abi Rekso.