Banjir di Berau
Bupati Berau Sri Juniarsih Minta Data Kerugian Pertanian dan Peternakan Akibat Banjir
Selain merendam pemukiman warga, bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, juga berdampak pada pertanian.
Penulis: Ikbal Nurkarim | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Selain merendam pemukiman warga, bencana banjir yang terjadi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, juga berdampak pada pertanian maupun ternak masyarakat.
Banyak pertanian masyarakat disebut terdampak selain itu, banjir yang mencapai ketinggian 2 meter diberbagai wilayah membuat ternak masyarakat mati.
Menanggapi hal itu, Bupati Berau, Sri Juniarsih meminta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait agar melakukan pendataan secara menyeluruh untuk diupayakan agar bisa diberi bantuan.
"Kita sudah meminta terkait data masing-masing kampung atau warga yang memiliki hasil ternak atau tani yang rusak," ujarnya kepada Tribunkaltim.co pada Kamis (20/5/2021).
Baca Juga: NEWS VIDEO Dugaan Virus Hog Cholera Menyerang Ternak Babi di Berau, Pertama Kali di Kalimantan Timur
"Dan kedepan mungkin kita bisa bantu berupa bibit jika ada hasil pertanian yang rusak atau ternak. Saya juga sudah perintahkan dinas terkait untuk melak6 pendataan secara menyeluruh," pungkasnya.
Diketahui, kawasan ladang pertanian Kampung Tumbit Melayu Kecamatan Teluk Bayur, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur juga ikut terendam banjir menelan kerugian benih sebesar Rp 115 juta.
Demikian dibeberkan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kab Berau, Mustakim, menjelaskan banjir tahunan itu sudah beberapa kali mengakibatkan lahan pertanian di Tumbit Melayu.
Luasan lahan pertanian di Tumbit Melayu itu sebesar 160 hektar. Fokus mereka saat ini memang berada di Tumbit Melayu, sebagai kawasan pertanian.
Baca Juga: Pascabanjir, Pemkab Berau Siapkan Penanganan Jangka Pendek dan Jangka Panjang
“Tapi tidak semua lahan pertanian tergenang, namun ya tidak sedikit juga,” ungkapnya kepada Tribun Kaltim, Selasa (18/5/2021).
Lanjutnya, kerugian tersebut tidak begitu berpengaruh pada produksi tahunan, lantaran lahan yang terendam banjir sudah melewati masa panen pertama.
Saat ini yang terdampak banjir Berau adalah pertanian palawija.
Untuk penanganan pasca banjir pihaknya sudah mengantisipasi banjir tahunan ini.
Baca Juga: Banjir di Berau, Hanya Rugi Benih, Kampung Tumbit Melayu Sudah Melewati Masa Panen
Mustakim menegaskan untuk Distanak tidak fokus pada pemberian sembako, melainkan penggantian bibit yang sudah ditanam.
Bibit tersebut berasal dari stok mereka yang tersedia, meskipun per satu hektar belum bisa diketahui berapa pemberiannya, akan dilakukan pendataan kembali.
Penanganan Jangka Pendek dan Panjang
Pemerintah Kabupaten Berau tengah melakukan penanganan pascabanjir yang terjadi di wilayah Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur pada Kamis (20/5/2021).
Demikian disampaikan oleh Bupati Berau, Sri Juniarsih kepada Tribunkaltim.co di Tanjung Redeb, Kabupaten Berau.
Dia menyebutkan, dirinya telah memanggil dan rapat dengan OPD terkait untuk mengambil langkah panganan pascabanjir.
Orang nomor satu di Berau itu mengatakan, untuk jangka pendek, pemerintah daerah akan berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat yang sebelumnya terganggu seperti kebutuhan air bersih dan obat-obatan.
Baca Juga: Banjir di Berau, Hanya Rugi Benih, Kampung Tumbit Melayu Sudah Melewati Masa Panen
Sepertinya untuk penanganan jangka pendek akan memenuhi kebutuhan masyarakat seperti kebutuhan air bersih.
"Sehingga kita segera melakukan penanganan untuk memenuhi kebutuhan air bersih korban banjir," ujarnya.
"Kemudian kebutuhan akan obat-obatan, karena biasanya setelah banjir itu muncul penyakit seperti penyakit kulit atau diare," tuturnya.
Untuk penanganan jangka panjang sendiri lanjut Bupati perempuan pertama di Berau itu mengungkapkan akan membentuk kampung tangguh, termasuk memperbaiki fasilitas yang rusak akibat diterjang banjir.
Baca Juga: Ribuan Kepala Keluarga di Berau Masih Terkena Dampak Banjir
"Untuk jangka panjang kita sudah ada wacana untuk rumah layak huni untuk antisipasi ketika terjadi bencana tahunan seperti saat ini," imbuhnya.
"Kemudian kita juga rencana akan membuat rumah siaga bencana, untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat yang ketika ada bencana bisa tanggap darurat. Terus jalan yang rusak kita upayakan dilakukan perbaikan karena ketika ada hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, hujan deras yang melanda Kabupaten Berau sejak 12 Mei lalu, membuat Sungai Kelay dan Sungai Segah meluap.
Akibatnya, jalan kampung Bena Baru rusak parah, dan rumah-rumah warga terendam banjir.
Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, sebanyak 2.308 Kepala Keluarga yang terdampak dari banjir yang terjadi bersamaan dengan momen Hari Raya Idul Fitri 1442 H.
Luapan Sungai Kelay itu merembes hingga tanggul salah satu tambang batubara yang beroperasi di Berau mengalami tanggul jebol pada Minggu, 16 Mei.
Namun saat ini sebagian wilayah yang sebelumnya terendam banjir kini sudah mulai surut dan masyarakat sudah mulai membersihkan sisa banjir.
Hanya Rugi Benih
Berita sebelumnya. Kawasan ladang pertanian Kampung Tumbit Melayu Kecamatan Teluk Bayur, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur yang ikut terendam banjir menelan kerugian benih sebesar Rp 115 juta.
Demikian dibeberkan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kab Berau, Mustakim, menjelaskan banjir tahunan itu sudah beberapa kali mengakibatkan lahan pertanian di Tumbit Melayu.
Luasan lahan pertanian di Tumbit Melayu itu sebesar 160 hektar. Fokus mereka saat ini memang berada di Tumbit Melayu, sebagai kawasan pertanian.
“Tapi tidak semua lahan pertanian tergenang, namun ya tidak sedikit juga,” ungkapnya kepada Tribun Kaltim, Selasa (18/5/2021).
Baca Juga: NEWS VIDEO 15 Kampung Terdampak Banjir di Berau
Baca Juga: Ribuan Kepala Keluarga di Berau Masih Terkena Dampak Banjir
Lanjutnya, kerugian tersebut tidak begitu berpengaruh pada produksi tahunan, lantaran lahan yang terendam banjir sudah melewati masa panen pertama. Saat ini yang terdampak adalah pertanian palawija.
Untuk penanganan pasca banjir pihaknya sudah mengantisipasi banjir tahunan ini.
Mustakim menegaskan untuk Distanak tidak fokus pada pemberian sembako, melainkan penggantian bibit yang sudah ditanam.
Bibit tersebut berasal dari stok mereka yang tersedia, meskipun per satu hektar belum bisa diketahui berapa pemberiannya, akan dilakukan pendataan kembali.
Baca Juga: 23 Jiwa di Desa Tanjung Lapang Malinau Mengungsi, Bantuan yang Paling Dibutuhkan Korban Banjir
Sedangkan untuk bibit baru, pihaknya belum memasuki masa lelang.
“Nanti sistem pemberian bantuan bibit ini kami ambil dari realokasi stok per Kecamatan yang masih ada, misalkan di Gunung Tabur ada sisa, kami alihkan ke Tumbit Melayu,” ungkapnya.
Mustakim menjelaskan daerah Tumbit Melayu, tidak berpotensi besar untuk wilayah pertanian.
Sebab itu produksi tahunan di 2021, besar kemungkinan tidak berpengaruh begitu signifikan.
Baca Juga: Hasil Sumbangan OPD, Pemkab Berau Salurkan Bantuan untuk Korban Banjir
Lanjutnya, masa tanam akan kembali lagi di bulan Oktober, sebelum itu dia harap pihaknya sudah bisa mendistribusikan bantuan pasca bencana.
Sementara itu, untuk hewan peternakan dipastikan aman. Pengamanan itu berupa pembuatan kandang darurat jika banjir terjadi, pembuatan kandang itu di Tumbit Melayu berkaca terhadap bencana banjir tahunan ini.
“Untuk peternakan juga sudah aman, ada beberapa laporan saya dengar hari ini, ada yang sudah dilepas,” tutupnya.
Berita tentang Bupati Sri Juniarsih
Penulis Ikbal Nurkarim | Editor: Budi Susilo