Berita Berau Terkini
FPABK Berau Harap Pembelajaran Tatap Muka Bisa Digelar Juli Nanti
Wacana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Juli nanti, Ketua Forum Peduli Anak Berkebutuhan Khusus (FPABK) Berau, Agustam mendukung penuh adanya wacana
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Wacana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Juli nanti, Ketua Forum Peduli Anak Berkebutuhan Khusus (FPABK) Berau, Agustam mendukung penuh adanya wacana tersebut.
Kendati pihaknya tidak berharap banyak dengan adanya pembukaan PTM di Juli nanti.
Selama satu tahun evaluasi ini, para Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dan orangtua mengalami kemerosotan semangat dalam proses PJJ. Lantaran, sinergi satu sama lain memang sudah dilakukan, namun kondisi adaptasi masih belum bisa dilakukan.
Baca Juga: Ribuan Murid SD dan SMP di Balikpapan Gelar Ujian Tatap Muka, Kadisdik Sebut Jadi Ajang Uji Coba PTM
Baca Juga: Mendekati Pembelajaran Semester Genap, Pemkab Kutim Masih Kaji Perencanaan PTM di Kutai Timur
Agustam yang juga memiliki yayasan sekaligus guru terapi ABK ini, menjelaskan, bahwasanya orangtua masih banyak mengeluh lantaran pola pengasuhan ABK tidak mudah dan memerlukan pengawasan khusus.
Walaupun dalam sisi positifnya, orangtua diharuskan untuk berkomunikasi kepada pihak guru dan mengerti bagaimana pola pembelajaran ABK.
“Sudah semakin merosot semangatnya, terutama para orangtua yang kurang paham mendidik, karena memang tidak bisa sembarangan,” jelasnya kepada TribunKaltim.Co, Senin (24/5/2021).
Apalagi, ABK tidak bisa mengikuti pelajaran secara daring.
Minimal, dalam satu bulan pihaknya pasti melakukan kunjungan rutin secara langsung untuk mengetahui bagaimana perkembangan ABK yang ditangani.
Baca Juga: Disdikbud Kaltara Minta Vaksinasi untuk Guru SMA Sederajat Dikebut, Siap Gelar PTM pada Juli 2021
Baca Juga: Pelaksanaan PTM Selangkah Lagi, Disdikbud Bontang Tunggu Hasil Verifikasi Prokes
Kemudian, treatment setiap ABK pun selalu beda-beda. Dia mencontohkan, seperti mereka penyandang autisme, pada tingkat umur yang sama ada beberapa yang belum bisa menulis dan membaca.
Pastilah treatment dan bentuk tugasnya juga beda. Selama ini, pihaknya tidak memberatkan pada pemberian tugas terus menerus, tapi bagaimana pengembangan diri dengan pemantauan orangtua.
“Kami berikan tugas tidak banyak, itu juga jarang sekali ada yang mengumpulkan tugasnya. Walaupun ada, orangtua yang mengambil alih,” ungkapnya.