Virus Corona
Efikasi Vaksin Sinopharm Hasil Studi Klinis Fase Tiga 78,02 Persen
Masyarakat dunia belakangan menyoroti fenomena lonjakan kasus positif Covid-19 di Seychelles, sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia
TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Masyarakat dunia belakangan menyoroti fenomena lonjakan kasus positif Covid-19 di Seychelles, sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia.
Lonjakan kasus ini terjadi justru setelah sedikitnya 60 persen penduduk Seychelles rampung menjalani vaksinasi dosis lengkap dengan Sinopharm.
Kondisi ini membuat keampuhan vaksin Sinopharm dalam mencegah penularan Covid-19 dipertanyakan.
Padahal, vaksin produksi pabrikan farmasi asal China itu juga dipesan oleh Pemerintah Indonesia untuk program vaksinasi rotong royong.
Baca Juga: Supervisi Akademik Kunci Pembelajaran Aktif SMPN 6 Tanah Grogot Selama Pandemi Covid-19
Melalui skema tersebut, perusahaan mengadakan vaksin Covid-19 secara mandiri bagi karyawannya.
Menurut Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, vaksin Sinopharm telah mendapatkan persetujuan Emergency Use of Authorization (EUA) di lebih dari 27 negara.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan EUA sejak April 2021. Vaksin ini juga telah mendapatkan Emergency Use of Listing (EUL) dari WHO pada 7 Mei 2021.
Wiku mengatakan, vaksin Sinopharm memiliki tingkat efikasi yang tinggi. Ia menyebut vaksin itu memiliki efikasi 78,02 persen.
Baca Juga: WHO Prediksi Pandemi Covid-19 akan Jadi Endemik, Singapura Telah Siapkan Skenario Terburuk
Angka itu didapat berdasarkan studi klinis fase 3.
"Studi klinis fase 3 pada lebih dari 42 ribu subjek di Uni Emirat Arab dan beberapa negara menunjukkan efikasi vaksin Sinopharm sebesar 78,02 persen," kata Wiku dalam siaran pers, Sabtu (29/5/2021).
Dalam uji klinis tersebut, menurut Wiku, hasil pengukuran imunogenesitas penggunaan vaksin menunjukkan pembentukan antibodi tergolong tinggi pada orang lansia dan dewasa.
Uji coba tersebut dilakukan di beberapa negara, termasuk Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Namun, penelitian tersebut tidak melibatkan wanita hamil dan orang yang masih berusia di bawah 18 tahun.