Berita Berau Terkini
Masuk Kemarau Basah di Berau Diprediksi Hingga Agustus Mendatang
Musim kemarau di Bumi Batiwakkal tahun ini akan berbeda dengan tahun sebelumnya.Karena, Berau saat ini menghadapi musim kemarau basah.
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB – Musim kemarau di Bumi Batiwakkal tahun ini akan berbeda dengan tahun sebelumnya.
Karena, Berau saat ini menghadapi musim kemarau basah.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, Tekad Sumardi mengungkapkan kemarau basah diperkirakan akan terjadi hingga Agustus mendatang.
Baca Juga: BREAKING NEWS Tiga Bangunan di Jalan Gatot Subroto Berau Ludes Dilalap Si Jago Merah
Baca Juga: Kelola Pariwisata Maratua Berau dengan Konsep Blue Economy
Kondisi tersebut terkesan aneh, mengingat pada Juni ini, seharusnya sebagian besar wilayah Indonesia tengah memasuki musim kemarau.
Artinya, musim kering dengan intensitas hujan yang relatif rendah.
Namun, dalam pengertian keilmuan, musim kemarau bukan berarti musim tanpa hujan sama sekali.
Awal musim kemarau ditentukan apabila curah hujan dalam satu dasarian (sepuluh hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti beberapa dasarian berikutnya.
Dengan begitu, peristiwa hujan pada musim kemarau sebetulnya merupakan hal wajar.
Baca Juga: Capaian Vaksin Tenaga Pendidik di Berau Diklaim Tinggi, Dipercepat untuk PTM Juli 2021
Baca Juga: DPRD Berau Gelar Rapat Bersama Dinas Pendidikan, Persiapan Pembelajaran Tatap Muka
Hanya saja curah hujan pada musim kemarau tahun ini diprediksi berada pada level normal hingga di atas normal.
“Kondisi tersebut yang disebut dengan istilah Kemarau Basah,” ujarnya kepada TribunKaltim.Co, Jumat (4/6/2021).
Kemarau basah memiliki arti dalam kondisi musim kemarau tetapi hujan masih turun hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Dikatakannya, hal itu terjadi karena adanya fenomena Siklon Tropis CHOI-WAN, yang meningkat hingga 24 jam kedepan.
“Iklim itu cenderung bergerak ke arah barat laut menuju Kepulauan Filipina,” katanya.
Dijelaskannya, untuk di Bumi Batiwakkal hal ini tidak akan berdampak besar terhadap masyarakat. Namun, berbeda dengan di daerah Timur Indonesia.
Di daerah Maluku, ketinggian ombak mencapai 2-4 meter. Bahkan, di Papua Barat bisa 6 meter.
“Di Berau masih terpantau aman,” tegasnya.
Baca Juga: Ratusan Calon Jamaah Haji Asal Berau Gagal Berangkat, Kanwil Kemenag Berharap Mengerti
Baca Juga: Dinas Kesehatan Berau Akui Ada Penurunan Kasus Positif Covid-19 Secara Signifikan
Lanjutnya, mengimbau masyarakat untuk terus siaga. Karena, cuaca bisa berubah sewaktu-waktu. Terutama bagi yang bekerja di perairan.
“Kalau yang di darat, mungkin lebih baik siaga mantel. Dan hati-hati berkendara saat hujan. Karena ada kemungkinan terjadi longsor dan pohon tumbang,” tutupnya. (*)