Pesona Borneo

Harga Tiket Masuk Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan di Tarakan Kalimantan Utara

Daerah Kota Tarakan yang berada di Provinsi Kalimantan Utara memiliki destinasi edukasi wisata alam mangrove.

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
WISATA ALAM - Panorma keindahan wisata alam Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota Tarakan. Pengunjung KKMB Tarakan yang semakin berkurang kala pandemi Covid-19 di Kalimantan Utara, Selasa (15/6/2021).  

TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN - Daerah Kota Tarakan yang berada di Provinsi Kalimantan Utara memiliki destinasi edukasi wisata alam mangrove. 

Lokasi wisata ini bernama Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan. 

Hutan mangrove ini menyimpan khas Kalimantan, ini dibuktikan saat pengunjung berada di area dalam konservasi hutan mangrove bisa melihat satwa Bekantan, binatang endemik pulau Kalimantan. 

Selama pandemi Covid-19, jumlah pengunjung sangat dirasakan menurun di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

Baca Juga: Sempat Ditutup karena Covid-19, Wisata Konservasi Mangrove dan Bekantan Tarakan Berangsur Normal

Ini diakui Samsul Aris, Koordinator KKMB Kota Tarakan, berdasarkan catatan buku harian, selama Ramadan ini tingkat pengunjung mulai dari awal buka setiap hari cukup sepi.

"Dibanding hari-hari biasanya ditambah Covid-19 tambah sepi lagi," urai Samsul.

Jika biasanya di hari libur bisa tembus 200 hingga 300 orang, selama masa Covid-19 hanya maksimal 100 pengunjung.

"Bahkan tak sampai. Kalau di hari kerja lebih sepi lagi cuma sekitar 20-30 orang," ungkapnya.

Baca Juga: Direstui Menteri Lingkungan Hidup, Pemkab Berau Bakal Relokasi Bekantan ke Pulau Maratua

Kemudian lanjutnya usai Idul Fitri 1442 Hijriah kemarin, diakuinya memang terjadi peningkatan dibanding pandemi tahun 2020 lalu.

Estimasi kenaikan pengunjung 30 persen di tahun 2021 dibanding 2020 lalu. Meski demikian jarang pengunjung dari luar datang ke Tarakan. Begitu juga dari wisatawan mancanegara.

Jika pun ada dari luar Kaltara, tujuannya hanya untuk studi banding.

Namun itupun baru satu kali seperti kunjungan kerja dari Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove awal Juni 2021 lalu.

Harga Tiket Masuk Bagi Wisatawan

Untuk harga per tiketnya, dikatakan Samsul, dipatok Rp 5 ribu dewasa dan Rp 3 ribu anak-anak.

Sementara khusus wisatawan luar negeri atau turis mancanegara dipatok harga Rp 50 ribu.

Sampai saat ini, jenis managrove yang masih bertahan ada sekitar 27 jenis.

Kemudian populasi bekantan total 43 ekor. Untuk jantan dewasa sebanyak enam ekor dan induk betina 14 ekor.

Selebihnya anakan dan remaja. Ada juga 14 monyet ekor panjang.

"Kemudian biota laut banyak ikan tempakul kerang kepiting warna, biawak, burung, hewan hewan habitat mangrove lainnya," pungkasnya. 

Melihat Monyet Berhidung Panjang

Bekantan, primata endemik Kalimantan, bisa dijumpai di Wisata Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan (KKMB) Kota Tarakan, Kalimantan Utara.

Hingga sekarang, populasi monyet berhidung panjang itu berjumlah 40 ekor.

Pengunjung bisa menjumpai bekantan di antara pepohonan bakau.

Dari 40 ekor itu pun terbagi menjadi 2 kelompok Bekantan, yakni Cesar dan Bruno. Pemberian nama kelompok ini guna mempermudah petugas dalam pengawasan dan pengamatan perkembangan Bekantan-Bekantan ini.

Baca Juga: NEWS VIDEO Pertama Kali ke Konservasi Mangrove, Warga Tanjung Selor ini Senang Bisa Lihat Bekantan

"Jadi Cesar dan Bruno itu nama pemimpinnya di setiap kelompok.

Kalau untuk Bruno itu dia lebih tua usianya dibanding Cesar," terang petugas lapangan wisata kawasan konservasi mangrove dan Bekantan kota Tarakan, Sujatmiko.

Dari kedua kelompok ini, ia menyebutkan kelompok Cesar lah yang mendominasi di kawasan konservasi ini.

"Kalau untuk jumlahnya kalau cesar itu 20 lebih lah, sekitar 26 sampai 27 gitu. Sisanya ya kelompoknya Bruno," sebutnya.

Sementara untuk Bekantan yang menderita sakit, Miko katakan hal itu jarang terjadi, kalaupun ada Bekantan yang sakit, para petugas pun akan bertindak cepat berkoordinasi dengan dinas terkait.

"Makanya di belakang itu sudah kita siapkan juga karantina, jadi kalau misalnya ada hewan-hewan yang sakit itu nanti kita taruh di situ. Nah setelah itu kita berkoordinasi sama Dinas Peternakan untuk merawat Bekantan itu," ucapnya.

Sedangkan tingkat kematian Bekantan di kawasan konservasi ini pun sangat sedikit. Dalam 1 tahun terakhir saja, Bekantan yang mati hanya ada 2 ekor.

"Untuk kematian memang ada (2 ekor) beberapa waktu yang lalu, itu pun matinya karena tersengat listrik. Karena dia biasa main sampai ke luar. Tapi itu sudah kita konfirmasi dan PLN menanggapi.

Jadi baru-baru ini dahan-dahan yang menjulur keluar yang ke kabel itu sudah dipangkas. Jadi kalau lihat di areal sana itu ada bekas pemangkasan itu," ujarnya.

Sementara itu, dirinya menyampaikan bahwa Bekantan yang ada di kawasan konservasi ini, beberapa diantaranya merupakan Bekantan yang didatangkan dari luar kota.

Hal ini disebabkan karena saat itu jumlah Bekantan yang ada sangatlah sendikit sehingga pengunjung pun kesulitan untuk melihat Bekantan-Bekantan dengan kawasan yang cukup luas ini.

"Itu kita datangkan dari Berau. Betina 6 ekor itu lah ditambahkan ke sini untuk mempercepat jumlah populasinya dan ternyata berhasil. Jadi itu lah yang berkembang biak sampai sekarang.

Kalau untuk penambahan lagi sepertinya ndak karena dari jumlah yang ada dan dibandingkan sama luas kawasannya itu sudah memadai," tuturnya.

Cocok Buat Wisata Keluarga

Akhir pekan, wisata kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan cukup ramai dikunjungi para pengunjung, Minggu (30/8/2020).

Tidak hanya pengunjung lokal, namun juga ada beberapa pengunjung yang datang dari luar kota, salah satunya yaitu Nureni.

Nureni merupakan warga Tanjung Selor yang datang ke kota Tarakan untuk berlibur.

Menariknya pula, wanita yang akrab disapa Eni ini mengaku bahwa dirinya baru pertama kali mengunjungi wisata kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan.

"Dari Tanjung Selor, Bulungan. Pertama kali (datang ke wisata konservasi mangrove dan bekantan)" ucapnya kepada TribunKaltim.co.

Saat diwawancarai, ia menyampaikan bahwa dirinya datang ke wisata kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan ini untuk melihat bekantan yang merupakan hewan endemik Kalimantan.

"Mau lihat monyet (bekantan) doang. Iya betul," ujarnya.

Ibu satu anak ini mangatakan dirinya datang ke kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan ini sekitar pukul 10.30 Wita. Ia juga datang bersama dengan keluarganya.

"Jam setengah sebelas. Sama ponakan, sama ya keluarga lah," tuturnya.

Wanita berkacamata ungu ini mengaku cukup senang datang ke kawasan konservasi mangrove dan bekantan kota Tarakan, pasalnya dirinya bisa melihat bekantan dari jarak pandang cukup dekat.

"Ya asyik juga. Ya lumayan banyak yang kelihatan," tuturnya. 

Berita tentang Tarakan

Penulis Andi Pausiah | Editor: Budi Susilo

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved