Berita Bulungan Terkini
MISTERI Penyebab Babi di Kaltara Mati Mendadak Mulai Terjawab, Dipastikan Tidak Menular ke Manusia
Belakangan ini publik Kaltara dihebohkan dengan kematian hewan babi secara mendadak, belakangan penyebabnya mulai terjawab
Sri Rejeki menuturkan, bila ada warga yang punya ternak babi mati dengan gejala, seperti ASF.
Dia meminta agar kandang babi dibersihkan dengan disinfektan.
Untuk selanjutnya, dibiarkan kosong selama 2-3 bulan, sebelum kandang diisi kembali dengan babi ternak.
"Dibersihkan dulu, bisa pakai disinfektan, kalau bisa 2-3 bulan didiamkan dulu kalau mau efektif, baru nanti dimasukkan dengan ternak lagi," katanya.
Tak hanya itu, bagi warga yang memiliki ternak, Sri Rejeki meminta agar pakan ternak yang diberikan kepada babi untuk dipilah, adapun untuk pemberian air minum diimbau untuk air yang sudah masak.
"Pakannya juga harus dipilih, lalu airnya untuk air minum sebaiknya air yang sudah dimasak," katanya.
Sri Rejeki memastikan, penyakit ASF yang menyerang babi, bukanlah termasuk penyakit zoonosis, sehingga tidak dapat menular ke manusia.
Dia pun meminta agar warga yang memiliki ternak dan mendapati babi ternaknya menunjukkan gejala sakit ASF atau mati dalam waktu 3-5 hari setelah bergejala, untuk segera melaporkan kepada pihak Dinas Pertanian.
"Untuk ASF ini bukan zoonosis, dia tidak bisa menular ke manusia," katanya.
"Kami minta kalau ada informasi terkait kematian babi, bisa dilaporkan ke kami, karena informasi dari warga itu penting sekali," tuturnya.
ASF yang Jangkiti Babi Bukan Zoonosis
Diberitakan sebelumnya, Dinas Pertanian Bulungan memastikan African Swine Fever (ASF), yang menjangkiti babi tidak memiliki sifat zoonosis.
Sehingga penyakit yang disebabkan oleh virus, dengan Genus Asfivirus dan Family Asfarviridae ini, tidak menular pada manusia.
Hal tersebut diungkapkan oleh Staf Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Bulungan, Deny, Jumat (11/6/2021).
"Penyakit ternak ada dua sifatnya, satu zoonosis yang bisa menular ke manusia, dan non zoonosis yang tidak menular," ujar Staf Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Bulungan, Deny.
"Untuk ASF, dia ini bukan zoonosis, artinya dia tidak menyebar ke manusia," tambahnya.
Sehingga pihaknya meminta agar masyarakat tidak perlu khawatir atau takut terkena ASF, bila melakukan kontak langsung dengan babi.
Kendati bukan zoonosis, penyakit yang pertama kali masuk di Indonesia pada awal 2020 ini, dapat menyebabkan penyakit pada babi, bahkan dengan fatalitas 100 persen.
Ini berarti bila ada sepuluh ekor babi yang terjangkit, maka kesepuluh babi tersebut, besar kemungkinannya berujung pada kematian.
"Tapi untuk kerugian ekonominya bagi peternak itu bisa 100 persen, artinya bisa semua ternak itu mati bila terjangkit," katanya.
Menyangkut adanya dugaan ASF di Bulungan, pihak Dinas Pertanian Bulungan telah menurunkan tim untuk mengambil sampel ke Kecamatan Peso, tepatnya di Desa Long Lasan dan Desa Long Pelaah.
Di mana dalam seminggu terakhir, setidaknya terdapat puluhan babi, baik babi hutan maupun babi ternak yang mati secara mendadak.
Pihak Dinas Pertanian Bulungan, mengaku belum dapat memastikan apakah kematian babi-babi di wilayah Peso, positif ASF atau tidak, mengingat masih memerlukan hasil pengujian sampel di laboratorium.
(*)